Wali Rajabiyyun, Kekasih Allah yang Tampak Karomahnya Hanya Ketika Bulan Rajab
KompasNusantara - Wali atau kekasih Allah merupakan orang-orang pilihan yang di dalam hatinya tidak ada rasa khawatir dan sedih dalam menjalani hidup. Dari segi tingkatan, dikenal beberapa derajat kewalian, seperti wali qutub, wali badal, wali hawari, wali khatam dan sebagainya termasuklah juga Wali Rajabiyyun.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang sosok Wali Rajabiyun, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang kadar derajat para wali secara umum di sisi Allah yang sangat dekat.
Ini penting agar kita bersikap hati-hati terhadap para Wali Allah, bukan malah menuduhnya sebagai ahli bid’ah dan tukang dongeng mistis, seperti yang sering dilancarkan oleh orang-orang tak beradab pada wali masyhur di negeri kita, Maulana Habib Luthfi bin Yahya.
Sebab seseorang yang memusuhi seorang wali, maka Allah menyatakan perang kepadanya. Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari berikut:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. (HR. Bukhari)
Lalu siapa dan seperti apakah sosok wali rajabiyun, wali yang namanya dikaitkan dengan salah satu bulan hijriah, yakni bulan Rajab?
Wali Rajabiyyun merupakan wali yang jumlahnya 40 orang setiap zaman. Tidak kurang tidak lebih, yaitu para wali yang haliyahnya selalu mengagungkan Allah SWT.
Mereka disebut dengan Rajabiyyun karena hal pada maqam ini tidak ada kecuali pada bulan Rajab, kemudian hal tersebut hilang pada diri mereka sampai masuk pada bulan Rajab berikutnya.
Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka terbaring di atas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak.
Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.
Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring di atas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian. Sesudah tiga hari baru bisa berbicara.
Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.
Jika seorang petani, akan kembali ke sawah seperti biasanya. Begitu jika ia seorang guru, ia akan kembali aktif mengajar sebagaimana sebelumnya.
Karena hal dan maqam-nya hanya terjadi pada bulan Rajab, maka tidak banyak orang yang bisa mengetahui wali ini kecuali sesama mereka.