Berbagai Tradisi Aneh Suku Pedalaman: Dari Istri Bersuami Banyak Hingga Ritual Saling Curi Istri
KompasNusantara - Pernikahan yang wajar dilakukan adalah antara satu orang wanita dan satu pria.
Keduanya bersatu dalam ikatan pernikahan sehingga terbentuk keluarga dengan keturunannya.
Tetapi masih ada pernikahan tak biasa yang dilakukan suku atau masyarakat tertentu.
Misalnya pernikahan antara ibu dan anak, kakak dan adik atau sesama anggota keluarganya yang lain.
Tetapi ada pula suku yang membiarkan istrinya diambil orang lain.
Seperti halnya suku di Himalaya ini.
Dikutip dari anehnyadunia.com, tradisi berbagi istri di pedalaman suku Himalaya, Nepal ini telah menjadi hal yang wajar.
Tradisi ini menjadi kebiasaan yang dilakukan secara turun menurun dari nenek moyang terdahulu yang kemudian dilakukan hingga saat ini.
Seorang wanita di suku Himalaya bisa memiliki lebih dari satu suami, bahkan suami yang mereka miliki mempunyai hubungan sedarah.
Tradisi berbagi istri ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat di suku tersebut.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah pertengkaran karena pembagian lahan pertanian.
Dengan pernikahan antar saudara sedarah, maka anak-anak mereka nantinya bisa saling berbagi lahan pertanian.
Jika dalam satu keluarga terdapat satu istri dan suami, maka kedua suami ini bisa bekerja, sementara satu istri yang akan bertugas mengatur keuangan keluarga.
Melakukan tradisi berbagi istri di suku Himalaya ini terkait dengan minimnya sumber daya alam yang mereka miliki.
Nenek moyang suku Himalaya ini tidak mewariskan sumber daya alam yang melimpah untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Untuk itu, praktik berbagi istri atau secara modern dikenal dengan istilah poliandri ini digunakan sebagai salah satu cara untuk menjaga kelangsungan hidup dengan sumber daya yang dimiliki.
Dengan tradisi berbagi istri maka persediaan makanan akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka secara bersama-sama.
Pernikahan yang terjadi di suku tersebut, telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Jika dalam satu keluarga memiliki anak pertama laki-laki, maka ia bisa menikah dengan adik perempuannya dari suami yang berbeda.
Dengan begitu, mereka bisa menikmati dan berbagi harta warisan nenek moyang secara bersama-sama dalam satu keluarga tersebut.
Hubungan keluarga yang terjalin pun akan semakin erat, karena mereka bisa saling membantu dan merawat adik-adiknya dari anak-anak suaminya.
Anak-anak itulah menjadi calon suami istri nantinya ketika telah mencapai usia dewasa, dan siap menikah.
Tradisi pernikahan yang tak lazim ini, tidak hanya terjadi di suku Himalaya saja.
Namun, dibeberapa daerah seperti suku Wadaabe di Nigeria juga melakukan tradisi yang cukup unik.
Pasalnya, ritual pernikahan yang terkenal di suku tersebut yaitu ritual saling mencuri istri.
Pernikahan yang terjadi di suku wadaabe telah ditetapkan sejak awal, sejak mereka masih kecil.
Dalam tradisi ini, tidak ada kepala suku yang melarang kebebasan mereka untuk mencuri istri orang lain.
Sehingga mereka memiliki kebebasan untuk mencuri istri tetangga yang mereka sukai.
Tradisi berbagi istri yang terdapat di suku Himalaya dilakukan secara terbuka tanpa ada yang disembunyikan.
Namun dalam tradisi mencuri istri di suku wadaabe ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu festival dengan berbagai aturan.
Mereka yang mengikuti festival ini diharuskan untuk mematuhi peraturan yang dibuat yaitu berpakaian mencolok, menari-nari dengan tarian khusus.
Apabila mereka berhasil melakukan tahapan ini, maka istri yang mereka inginkan bisa diperoleh.
Itulah tradisi berbagi istri yang pastinya sangat tidak lazim, namun ternyata masih dilakukan di suku pedalaman Himalaya.