Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PARANGMAYA - TELUH MEMATIKAN SUKU DAYAK


KompasNusantara - Pernah sewaktu kecil ada bapak-bapak suka main perempuan janjiin nikah tapi tidak ditepati karena dia sudah beristri tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba sakit mendadak lumpuh padahal masih muda pada saat itu usianya, badan membiru seperti memar sudah dibawa ke rumah sakit maupun obat kampung tapi tetap tak sembuh sampai beliau meninggal.

Nah dari keluarganya saya mendengar beliau terkena parangmaya.

Konsep Parangmaya adalah menerbangkan atau mengirimkan sebuah parang yang dibuat tidak terlihat (maya) dengan tujuan mengguna-gunai orang tertentu yang dianggap mengganggu atau perusak.

Cara mengirimkan parangmaya bisa berbeda tergantung ilmu dan keyakinan/agamanya seperti;

Menggunakan parang yang kemudian dimantrai lalu ditiupkan dengan menyebut nama orang yang ingin diguna-gunai atau menggunakan foto, ada juga dengan hanya menggunakan tangan langsung yang diarahkan ke orang yang ingin diguna-gunai.

Namun walaupun berbeda tujuannya tetap sama yaitu menebas jantung dan organ-organ dalam lainnya, dan kalau ilmu yang digunakan lebih kuat maka tubuh akan terpotong layaknya benar-benar dimutilasi. Dalam hitungan jam jika tidak "ditambai" (diobati) maka target akan meninggal atau bahkan ditemui hanya hitungan menit.

Jika parangmaya ini sudah dikirimkan, maka dia tidak akan kembali sebelum ada tumbal. Harus ada darah yang tumpah karnanya apabila target tidak bisa untuk ditebas, maka parangmaya akan mencari target lain atau orang terdekat dari si target awal. Ketika sudah "dapat" tumbal, maka parangmaya baru akan kembali pada tuannya dengan berlumuran darah.

Dalam hal ini bukan berarti orang-orang Dayak adalah orang-orang yang kejam dan pemb*nuh. Namun hal-hal seperti ini hanya digunakan ketika orang-orang Dayak merasa disakiti. Yup, siapapun akan kesal jika disakiti namun setiap orang pasti berbeda cara melawannya.

Santet-santet seperti ini tidak akan digunakan kalau orang-orang Dayak tidak tersakiti. Jadi, dimanapun berada harus sama-sama saling menghormati dan menghargai terlebih jika merantau; hormati dan hargailah penduduk lokal beserta adat tradisi, budaya serta bahasanya.

"Dimana Kaki Berpijak, Disitu Langit Dijunjung"
close