Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PETUAH NABI KHIDIR PADA KANJENG SUNAN KALIJAGA DALAM SULUK LINGLUNG


KompasNusantara - Di kisahkan didalam Suluk Linglung ini dijelaskan bahwa Sunan Kalijaga merupakan sosok murid yang memiliki tekad yang sangat kuat didalam mencari ilmu.

Hampir semua ilmu yang telah di ajarkan oleh gurunya Sunan Bonang diterima dengan baik bahkan di kisahkan ketika Sunan Kalijaga masih merasa bingung dengan ilmu yang di berikan oleh Sunan Bonang.

Kisah alim ulama’ yang cerdik dan pandai, yang sudah dapat merasakan mati di dalam hidup, besar keinginannya memperoleh petunjuk dari seorang yang sudah menemukan hakikat kehidupan.

yang menyebabkan beliau melakukan perjalanan, tidak memperdulikan dampak yang terjadi, bernafsu sekali karena belum memperoleh petunjuk yang dipegang para Wali, itulah tujuan yang diharapkan semata-mata.

DI DALAM SULUK LINGLUNG

Diceritakan tentang kisah Sunan Kalijaga sebagai alim ulama’ yang mempunyai semangat yang kuat didalam mencari ilmu pengetahuan.

Sunan Kalijaga berhasrat besar mencari ilmu yang menjadi pegangan para Nabi Wali, Sunan Kalijaga di ibaratkan seekor kumbang yang ingin menghisap madu/sari kembang.

Beberapa dialog yang dilakukan antara murid dan guru juga sering dilakukan antara Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang diantaranya dijelaskan pada episode ke II ( rindu kasih sayang, puh asmara dana 23 bait),

Berisi tentang: Sunan Kalijaga berguru kepada Sunan Bonang, serta wejangan- wejangan (petunjuk-petunjuk) yang diterimanya.

Setelah melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Sunan Bonang yaitu menunggui pohon gurda.

Dialog antara Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga: pertanyaan Sunan Kalijaga kepada Sunan Bonang yang jelas menanyakan tentang iman hidayat, ditulis di dalam Suluk Linglung episode ke II bait 9-10:

syech malaya berkata pelan, sungguh hamba sangat berterima kasih, semua nasihat akan kami junjung tinggi, tapi hamba memohon kepada guru,

mohon agar sekalian dijelaskan, tentang maksud sebenarnya dari sukma luhur (nyawa yang berderajat tinggi), yang di beri tadi iman hidayat.

Yang dimaksud mantep berserah diri kepada Tuhan Allah, yang mana dimaksud sebenarnya, hamba mohon penjelasan yang sejelas-jelasnya;

Kalau hanya ucapan semata, hamba pun mampu mengucapkannya, tapi kalau menemui kesalahan hamba ibarat asap belaka, tanpa guna menjalankan semua yang kukerjakan.

~•°•○•°•~

Jawaban atas pertanyaan Sunan Kalijaga di jawab langsung oleh Sunan Bonang, ditulis didalam Suluk Linglung episode II bait ke 11-12:

Kanjeng Sunan Bonang menjawab dengan lembut :

“Syech malaya benar ucapanmu, pada saat bertapa kau bertemu denganku, yang dimaksud berserah diri ialah, selalu ingat perilaku/pekerjaan, seperti ketika awal mula diciptakan, bukankah itu sama halnya seperti asap?

Itu tadi seperti bidayat wening (petunjuk yang jernih), serupa dengan iman hidayat, apakah itu Nampak dengan sebenarnya?

Namun di ketahuilah itu semua, tidak dapat diduga sebelum dan sesudahnnya, sekalipun kau gunakan, dengan mata kepala.

Aku ini juga sepertimu, ingin juga mengetahui, tentang hidayat yang sejelas-jelasnya, tapi aku belum mempunyai kepandaian untuk meraihnya,

kejelasan tentang hidayat, hanya keterangan yang saya percayai, karena keterangan itu berasal dari sabda Tuhan Allah SWT.

Pertanyaan Sunan Kalijaga kepada Sunan Bonang ditulis di dalam Suluk Linglung bab ke II bait ke 14 :

Baca juga : Suluk Mijil dalam Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia (No: 89-104)

~•°•○•°•~

Berkata kanjeng Sunan Kalijaga : 

“Bapak guru yang bijaksana, hamba mohon dijelaskan, apakah maksudnya, ada nama tanpa sifat, ada sifat tanpa nama?

Saya mohon petunjuk, tinggal itu yang ingin saya tanyakan yang terakhir kali ini saja.

Jawaban atas pertanyaan Sunan Kalijaga di Jawab langsung oleh Sunan Bonang pada bait ke-15 :

Sunan Bonang berkata lemah-lembut,

“Kalau kamu ingin keterangan yang jelas tuntas, matikanlah dirimu sendiri, belajarlah kamu tentang mati, selagi kau masih hidup, bersepi dirilah kamu ke hutan rimba, tapi jangan sampai ketahuan manusia.”

Penjelasan diatas tentang bagaimana cara Sunan Kalijaga memperoleh ilmu dari Sunan Bonang.

Dan begitu pula Kanjeng Sunan Bonang yang dengan pelan beliau menjawab dan memberikan ilmu yang telah beliau miliki.

Proses ketika Sunan Kalijaga masih belajar ilmu agama, cara belajar dengan dialog antara guru dan murid yang berlangsung baik.

Dan dilakukan proses terus menerus hingga Sunan Kalijaga memperoleh ilmu yang beliau inginkan.

WEJANGAN NABI KHIDIR KEPADA SUNAN KALIJAGA

Sunan Kalijaga diperintahkan oleh Sunan Bonang untuk melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Diperintahkan untuk naik haji dengan berjalan kaki.

Namun ditepi pantai, ketika hendak menyebrangi lautan, hatinya termangu- mangu.

Dalam keadaan di cekam oleh kebingungan itu, tiba-tiba datang yang bernama Sang Pajuningrat.

Namun ketika akan didekati, ternyata Sunan Kalijaga sudah menerjunkan dirinya ke lautan, berenang ingin melintasi samudera luas itu menuju tanah suci.

Di tengah lautan tiba-tiba Sunan Kalijaga melihat seseorang yang bertubuh kecil. Ternyata orang tersebut adalah Nabi Khidir yang sudah mengetahui seluruh uneg-uneg yang terkandung di dalam batin Sunan Kalijaga.

Di situlah Sunan Kalijaga mendapat wejangan dari Nabi Khidir, yang dituangkan dalam tulisan Suluk Linglung sebanyak 105 bait tembang seperti dijelaskan diatas.

Di lautan tempat wejangan yang di berikan oleh nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga, ilmu yang di inginkan telah diketahui oleh Nabi Khidir.

Wejangan yang diberikan Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga merupakan wejangan yang berupa wejangan sufi, hanya dengan pemaknaan sufilah wejangan tersebut dapat di mengerti dengan baik.

WEJANGAN (NASEHAT) NABI KHIDIR YANG MUDAH DI PAHAMI

a. Kalau seseorang akan melakukan ibadah Haji, maka harus diketahui tujuan yang sebenarnya; kalau tidak, apa yang dilakukan itu sia-sia belaka. Itulah yang dinamakan iman hidayat.

b. Orang Islam adalah pewaris atau penerus ajaran Muhammad SAW, oleh karena itu harus melestarikan dan memperjuangkan ajaran tersebut.

c. Tanda-tanda adanya Allah itu ada pada diri manusia sendiri. Hal ini harus direnungkan dan diingat betul. Orang yang suka membicarakan dan memuji dirinya sendiri, akan dapat melemahkan semangat usahanya.

d. Kehidupan itu ibarat wayang dengan layarnya, sedang wayang tidak tahu warna dirinya. Oleh karena itu manusia memerlukan hidayat dari Allah SWT.

Pengganti Allah adalah utusan Allah, yaitu Muhammad SAW yang termaksud badan mukmin. Ruh mukmin (ruh idhofi).

e. Sholat adalah sarana pengabdian hamba kepada sang pencipta yang menjalankan sholat adalah raga, tetapi gerakan raga terdorong oleh adanya iman yang hidup, sinarnya memancar dari ruh. Seandainya nyawa tidak hidup, maka tidak akan ada perbuatan.

WEJANGAN (NASEHAT) DALAM SULUK LINGLUNG

Terkandung wejangan di dalam Suluk Linglung oleh Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga diantaranya:

Sang Pajuningrat tahu segala perjalanan yang dialami, oleh syech malaya dengan berjuta keprihatinan, karena ingin meraih hidayat,

Berbagai cara telah ditempuh, juga melalui penghayatan kejiwaan dan berusaha mengungkap berbagai rahasia yang tersembunyi,

Namun mustahil dapat menemukan hidayat, kecuali kalau mendapatkan kanugrahan Allah yang Haq.”

Tergambar dengan jelas iman hidayat yang didambakan adalah sumber motivasi yang membuat Sunan Kalijaga melakukan ibadah haji ke mekkah.

Dan atas ijin Allah SWT akhirnya iman hidayat yang di dambakan ditemukan,

Dengan bertemunya Sunan Kalijaga dengan Nabi Khidir, ialah suatu awal langkah menuju iman hidayat.

Semua ajaran telah di berikan kepada Sunan Kalijaga, di dalam tengah lautan tersebut. Dan berakhir pula dengan pemahaman yang di alami oleh

Sunan Kalijaga, namun Sunan Kalijaga tidak mau keluar dari dalam tubuh Nabi Khidir. Nabi Khidir menjawab, untuk orang yang harus tinggal di dalam sini adalah orang yang telah mati, tetapi dirimu masih hidup jadi tidak bisa tinggal di sini.

Akhirnya Sunan Kalijaga menyadari dan kembali keluar dan pulang ke Jawa.

Begitu juga penjelasan tentang ma’rifat dijelaskan oleh Sunan Bonang, sehingga Sunan Kalijaga merasa ilmu yang di berikan dari gurunya adalah ilmu yang berasal dari Allah dan pantas untuk di ajarkan kepada para salik.

~•°•○•°•~

Tuntas sudah pelajaran Nabi Khidir sampai pupuh keenam tersebut. Penulisan kitab ini pun berakhir pula tepatnya pada hari  kemis kliwon tanggal 28 wulan besar tahun jawi 1781 atau tahun welandi 1868.

Suluk Linglung ini merupakan satu karya yang ditulis Sunan Kalijaga, Lahirnya Suluk Linglung menambah nuansa baru dan menumbuhkan nilai-nilai budaya Jawa dengan Islam.

close