Kisah Tsabit al Bunani dan Pemuda dari Alam Kubur yang Tersiksa
KompasNusantara - Mengirim pahala dan Amal baik kepada orang yang sudah meninggal dunia terkadang menjadi bahan perdebatan di kalangan umat Islam. Ada yang menganggap tidak akan sampai dan termasuk bid'ah. Namun sebagian lainnya, meyakini bahwa amal dan pahala yang kita kirimkan akan sampai kepada mereka yang telah meninggal. Dalam hal ini, ada riwayat dari seorang ulama dari kalangan Tabi'in bernama Tsabit al-Bunani. Beliau adalah salah seorang santri dari para sahabat dan pembantu Nabi Muhammad SAW, yaitu Anas bin Malik RA.
Setiap malam Jum'at, Tsabit al-Bunani memiliki kebiasaan untuk selalu berziarah ke makam dan berdoa hingga waktu Subuh tiba. Suatu ketika dia sedang khusyuk berdoa, rasa kantuk menyerangnya begitu hebat hingga dia tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat semua penghuni kubur bangkit dari kuburnya. Mereka tampak mengenakan pakaian yang indah dan wajah mereka putih berseri-seri. Masing-masing dari mereka juga mendapat satu set hidangan yang tampak berbeda dan lezat.
Namun di antara penghuni makam ada seorang pemuda dengan wajah pucat, rambutnya acak-acakan, tampak sedih, berpakaian lusuh dan kepalanya tertunduk sambil meneteskan air mata. Pemuda itu juga sepertinya tidak mendapatkan makanan seperti penghuni kuburan lainnya. Kemudian, semua penghuni kubur kembali ke kuburnya masing-masing dengan wajah berseri-seri selain pemuda berwajah sedih itu.
Pemuda itu pulang dengan rasa putus asa dan kesedihan yang mendalam. Kemudian Tsabit mendekati pemuda itu dan bertanya, "Wahai anak muda! Siapa kamu? Apa yang terjadi padamu? Mengapa mereka mendapatkan makanan sehingga mereka kembali dengan bahagia, tetapi kamu tidak mendapatkan apa-apa, sehingga kamu kembali dengan putus asa, sedih, dan bermasalah. ?”
Pemuda itu menjawab, “Wahai kaum Muslimin, aku seorang musafir. Tidak ada seorang pun di keluarga saya yang mengingat saya lagi dengan melakukan perbuatan baik dan berdoa. Berbeda dengan mereka yang memiliki anak, saudara, dan teman baik. Kebaikan dan pahala orang-orang yang masih hidup telah sampai kepada penghuni kubur.”
“Ketika saya masih hidup, saya adalah seorang pria yang ingin menunaikan haji bersama ibu saya. Namun dalam perjalanan, ketika kami memasuki kota ini, kematian datang untukku. Akhirnya ibuku menguburkanku di kuburan umum ini. Kemudian ibuku menikah lagi dengan orang lain dan melupakanku. Dia tidak mengingatku lagi untuk mengirim sedekah dan berdoa, jadi aku putus asa dan sedih sepanjang waktu.
Tsabit al-Bunani kemudian berkata, “Wahai anak muda! Katakan, di mana ibumu tinggal, aku akan memberitahunya tentang situasimu? ” Pemuda itu menjawab, “Wahai kaum Muslimin, sebenarnya ibuku tinggal di suatu tempat di desa ini. Katakan pada ibuku, jika dia tidak percaya padamu, maka katakan padanya bahwa di sakunya ada 100 gram perak yang ditinggalkan ayahku. Perak itu adalah hak anak-anaknya dan memintanya untuk bersedekah dengannya sesuai tuntunan agama.”
Setelah terbangun dari mimpinya, Tsabit al Bunani kemudian bergegas mencari ibu dari pemuda tersebut dan ingin menceritakan apa yang diperintahkan oleh pemuda tersebut. Di rumah ibu pemuda itu, Tsabit bercerita tentang putranya yang ditemuinya dalam mimpi. Ia juga menyebutkan tentang 100 gram perak yang ada di saku ibu pemuda itu. Mendengar penuturan Tsabit, sang ibu tiba-tiba pingsan. Setelah sadar kembali, ia segera menyerahkan 100 perak itu kepada Tsabit al-Bunani sambil berkata, "Tolong sedekahkanlah ini demi anakku yang berkelana”.
Tsabit al Bunani pun melaksanakan amanat ibu dan memberikan 100 perak itu sebagai sedekah, pahala yang diberikan kepada putranya. Ketika malam Jum'at berikutnya, seperti biasa, Tsabit al-Bunani pergi berziarah ke kuburan. Rasa kantuk yang berat kembali padanya hingga dia tertidur kembali.
Dalam tidurnya kali ini dia bertemu dengan musafir muda itu lagi. Namun kali ini pemuda itu tampak mengenakan pakaian yang sangat indah dengan wajah berseri-seri dan penuh kebahagiaan. Pemuda itu berkata, “Wahai kaum Muslim, semoga Allah meridhoimu sebagaimana dirimu mencintaiku.
Dengan demikian, mereka yang telah meninggal akan merasa sedih ketika keluarganya yang masih hidup tidak melakukan perbuatan baik dan malah melakukan hal-hal yang buruk. Sebaliknya, jika keluarganya selalu berbuat kebaikan, maka mereka yang telah meninggal akan merasakan kebahagiaan karena mendapat bagian pahala dari mereka yang masih hidup.
Wallahu A'lam Bishowab..