Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asal Muasal Nama Bintang-bintang di Langit


Astronomi - Di langit malam yang cerah, kita bisa melihat begitu banyak bintang. Untuk bintang-bintang paling terang, biasanya sudah memiliki nama. Katakanlah seperti Aldebaran, Antares, dan Rigel. Namun, tahukah kamu dari mana asal nama-nama ini?

Menurut catatan sejarah, rupanya nama-nama bintang yang sangat tua berasal dari orang-orang yang tinggal di Semenanjung Arab lebih dari seribu tahun yang lalu, sebelum munculnya Islam. Namun, banyak nama bintang bahasa Arab muncul kemudian dalam sejarah, sebagai terjemahan dari deskripsi bahasa Yunani kuno.

Astronom Claudius Ptolemy dalam karyanya Almagest (abad ke-2) membuat tabulasi posisi langit dan kecerahan (magnitudo visual) dari 1.025 bintang. Karya Ptolemy itu lantas diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-8 dan ke-9 dan menjadi terkenal di Eropa sebagai terjemahan Latin abad ke-12. Banyak deskripsi bintang berbahasa Arab di Almagest kemudian digunakan secara luas sebagai nama untuk bintang.

Ptolemy menggunakan strategi "referensi figur" untuk mengidentifikasi bintang menurut posisinya dalam rasi bintang atau asterisma yang sudah dikenal (misalnya, "di bahu kanan Pemburu [rasi bintang Orion]").

Para astronom Muslim pada abad ke-8 mulai mengadopsi beberapa di antaranya sebagai nama untuk bintang, dan menambahkan nama dari pengetahuan bintang tradisional Arab, yang mereka catat dalam berbagai risalah Zij.

Risalah yang paling menonjol adalah Kitab Bintang Tetap yang ditulis oleh astronom Muslim Abd al-Rahman al-Sufi (dikenal sebagai Azophi di Barat), yang secara menyeluruh menggambarkan semua bintang yang dikenalnya bersama dengan pengamatan, deskripsi, posisi, magnitudo, kecerahan, dan warna.

Di Eropa, selama Abad Pertengahan dan Renaisans, banyak nama bintang kuno dari bahasa Arab yang disalin atau diterjemahkan secara tidak benar oleh berbagai penulis, beberapa di antaranya tidak mengetahui bahasa Arab dengan baik. Akibatnya, sejarah nama sebuah bintang bisa menjadi rumit.

Untuk itu, pada tahun 2016, International Astronomical Union mulai menetapkan nama bintang resmi untuk mengatasi kesulitan menggunakan sistem penamaan yang berbeda. Banyak bintang diberi nama Arab yang umum digunakan.


Sumber Jurnal:

Duke, D. W. (2002). Associations between the ancient star catalogues. Archive for history of exact sciences, 56(5), 435-450.

Lebling, R. (2010). Arabic in the Sky. Saudi Aramko World 61, 5, 24-33.

Lohlker, R. (2019). Global History: Understanding Islamic Astronomy. Acta Via Serica, 4(2), 97-118.


close