Fakta Unik Yadnya Kasada, Ritual Sakral Suku Tengger
KompasNusantara - Ritual ini selalu diikuti oleh masyarakat suku Tengger yang merupakan keturunan dari Rara Anteng dan Joko Seger yang kini menempati 4 wilayah, yaitu di Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang.
Yadnya Kasada sendiri dilaksanakan untuk menyampaikan bentuk syukuran berupa tumpeng dan hasil bumi yang disajikan ke kawah puncak Gunung Bromo pada bulan Kasada hari ke-14 menurut penanggalan Jawa.
Selain itu tidak hanya masyarakat saja yang melaksanakan ritual ini. Namun ritual ini pun juga dibantu oleh pihak pemerintah dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS).
Untuk kamu yang belum tahu seputar tradisi Upacara Yadnya Kasada berikut ini fakta-faktanya:
1. Dilakukan dengan Melarung Sesaji
Upacara Kasada merupakan upacara adat masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang Widi sekaligus meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka.
Ritual upacara Yadnya Kasada diikuti oleh warga di empat kabupaten, Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang.
Warga melarung aneka hasil bumi dan sesaji ke dalam kawah Gunung Bromo.
Tujuannya agar terhindar dari musibah dan diberikan kemakmuran oleh leluhur.
2. Sesaji ini berupa hasil bumi, mulai dari hasil pertanian, perkebunan, ternak hewan dan masih banyak lagi
Sesaji yang dilarung ini merupakan hasil kekayaan Suku Tengger setiap tahunnya.
Sedikit rezeki yang mereka dapatkan, dikeluarkan sebagian untuk acara Yadnya Kasada.
Upacara Kasada merupakan upacara adat masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang Widi sekaligus meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka.
Hal itu merupakan bentuk syukur Suku Tengger atas nikmat dan rezeki yang sudah didapat. Sesaji ini berupa hasil bumi, mulai dari hasil pertanian, perkebunan, ternak hewan dan masih banyak lagi.
3. Diperebutkan oleh banyak orang
Sesaji yang dilarung ke Kawah Bromo diperebutkan oleh puluhan orang usai dukun, tokoh masyarakat dan warga Suku Tengger memanjatkan doa meminta keselamatan, keberkahan dan kesejahteraan.
Sebelum sesaji dilempar, jajanan dan makanan beserta lauk-pauknya diletakkan di bibir kawah. Di atas makanan tersebut, dupa ditancapkan dan dinyalakan.
Saat sesaji dilemparkan ke dalam kawah, beberapa orang turun ke lereng kawah yang labil.
Mereka bertaruh nyawa untuk menangkap sesaji yang dilemparkan dari bibir kawah.
Mereka telah menyiapkan sejenis jaring dan bahkan membentangkan terpal agar sesaji bisa ditangkap.
4. Tetap dilakukan tanpa kompromi
Ritual Yadnya Kasada akan terus dilestarikan, apa pun kondisinya.
Warga percaya bahwa ritual di Gunung ini tetap harus dilakukan meski status gunung sedang waspada, erupsi, turun hujan deras maupun angin kencang.
5. Dilaksanakan setahun sekali dan berdasarkan Kisah Roro Anteng dan Joko Seger
Upacara Yadnya Kasada atau Kasodo digelar setahun sekali setiap bulan Kasada hari-14 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger.
Upacara sesembahan atau sesajen ini adalah untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur, terutama Roro Anteng dan Joko Seger.