Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Sikap Sahabat Umar bin Khattab Ketika Dimarahi Istrinya


KompasNusantara - PADA suatu hari seorang lelaki datang ke rumah Umar bin Khaththab di saat beliau menjabat sebagai khalifah. Adapun maksud kedatangan lelaki itu adalah untuk mengadukan sikap istrinya yang suka marah kepadanya.

Beberapa kali pria itu mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban yang dapat didengar, namun ia masih tetap setia menunggu. Di dalam penantiannya, lelaki itu mendengar suara lantang dari dalam rumah, ternyata suara itu adalah suara istri Umar bin Khaththab yang sedang marah-marah kepadanya dan tidak mau mendengar sepatah kata pun yang keluar dari mulut Umar bin Khaththab.

Mendengar suara kerasnya istri Umar bin Khaththab membuatnya putus asa dan mencoba mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan khalifah. Dalam hatinya ia berkata, “Kedatanganku ini hendak mengadukan sikap istriku, tapi ternyata orang yang kuharapkan dapat memecahkan persoalanku justru mengalami nasib yang sama. Mungkin sebaiknya aku pulang saja.”

Namun belum jauh lelaki itu melangkah kakinya untuk pulang, ternyata Umar bin Khaththab pun segara keluar untuk menemuinya. Tapi lelaki itu sudah meninggalkan rumah Umar bin Khaththab. Lalu Umar pun menengok ke kanan-kiri, dan ternyata lelaki itu masih berada di sekitar rumahnya, lalu dipanggilnya lelaki itu untuk kembali dan ditanyai tentang maksud kedatangannya. Umar bertanya, “Apakah keperluanmu datang ke rumahku?”

Lelaki itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, maksud kedatanganku untuk mengadukan sikap istriku yang selalu marah-marah kepadaku. Namun belum sampai aku mengadu, aku telah mendengar sikap yang serupa dari istrimu, sehingga kuputuskan untuk pulang saja dengan dalih kalau sikap Amirul Mukminin terhadap istrinya seperti itu, kenapa aku tidak berbuat yang sama?”

Umar berkata, “Aku menyabarkan diri atas perlakuan istriku itu sebab aku telah berutang budi kepadanya. Bagaimana tidak, ia telah memasak makananku, menyuci pakaianku, menyusui anak-anakku, menyenangkan hatiku, dan sebagainya, maka aku harus bersabar. Lelaki itu pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku juga berbuat demikian.”

Umar pun berujar, “Bagus! Memang harusnya kau kuatkan kesabaranmu! Berapa lama sih kita hidup di dunia ini? Untuk itu mudah-mudahan kita semua, baik lelaki maupun perempuan mendapatkan budi pekerti yang baik. Amin.” []

Dikutip dari buku “Kisah Klasik Koleksi Islam” karya A. Ni’am Syukry

close