Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Hasan Al-Bashri dan Gadis Cantik yang Mencukil Matanya


KompasNusantara - Hasan bin Abu Al-Hasan Yassar Al-Bashri atau akrab di sapa dengan Hasan Al-Bashri merupakan seorang guru sufi yang berasal dari Bashrah, sebuah kota terbesar kedua di Irak.

Disebutkan dalam kitab Hilyah Al-Awliya’ wa Thabaqat Al-Ashfiya’ karya al-Imam Abu Nu’aim al-Ashfahani (w. 430 H), Hasan Al-Bashri merupakan sosok yang khusyuk dalam beribadah, zuhud, wara’, sedikit dalam tidurnya, tidak terpengaruh terhadap gemerlap dunia, dan tidak suka meminta-minta.

Pada suatu hari, ketika Hasan Al-Bashri mulai menginjak masa remajanya, saat ia berjalan menyusuri lorong-lorong pasar untuk mencari sesuatu, pandangan matanya dikejutkan ketika melihat seorang gadis cantik yang sedang berbelanja di salah satu toko. Perlahan tapi pasti, karena merasa kagum dengan gadis cantik itu, Hasan Al-Bashri mulai mendekati sang gadis tersebut.

Namun demikian, bukannya senang, sang gadis justru merasa gelisah saat diperhatikan oleh Hasan Al-Bashr, yang notabene tidak ia kenal. Dengan sesegera mungkin, sang gadis tersebut mulai membereskan barang belanjaannya lalu bergegas meninggalkan pasar.

Melihat sang gadis pergi, Hasan Al-Bashri tidak lantas mengalihkan perhatiannya kepada hal yang lainnya. Ia justru mulai mengikutinya dari belakang. Di saat yang bersamaan, sang gadis yang merasa sedang diikuti, semakin cepat dalam berjalan.

Di tengah perjalannya, secara tiba-tiba, sang gadis berhenti dan menoleh ke arah belakang menghadap Hasan Al-Bashri seraya berkata, “Maaf, mengapa tuan membuntuti saya?”.

Hasan Al-Bahsri kaget. Keringat dingin mulai keluar membasahi dahi Hasan Al-Bahsri. Dengan terbata-bata, Hasan Al-Bashri perlahan mengusap dahinya dan berkata, “Tidak apa-apa, nona”.

“Yasudah. Kalau begitu, tolong jangan ganggu saya lagi”, kata sang gadis yang kemudian bergegas pergi meninggalkan Hasan Al-Bashri.

Tidak berhenti sampai di sini, Hasan Al-Bashri kembali mengikuti langkah sang gadis tersebut. Sang gadis yang mengetahui hal itu, kembali menambah kecepatannya dalam berjalan.

Merasa kesal dan jengkel, sang gadis tersebut kembali menghentikan langkahnya. Dan benar saja, Hasan Al-Bashri tepat berada di belakang gadis tersebut. Perlahan sang gadis tersebut mendekati Hasan Al-Bahsri dan berkata, “Maaf tuan, apa yang sebenarnya Tuan mau dari saya?”.

“Katakanlah kepada saya, mungkin ada yang bisa saya bantu”, desak sang gadis.

Dan untuk yang kedua kalinya, Hasan Al-Bashri kaget dan hanya terdiam saja. Dengan muka agak kemerehan menahan rasa malu, Hasan Al-Bashri mulai memberanikan dirinya untuk berkata, “Wahai nona, maaf, saya menyukai anda sejak awal saya melihat anda di pasar tadi”.

Sang gadis pun tersentak mendengar pernyataan Hasan Al-Bashri kemudian berkata, “Maaf tuan, kalau boleh tahu, tuan ini siapa ya?”.

Hasan Al-Bashri menjawab, “Saya Hasan Al-Bashri”.

“Tuan Hasan Al-Bashri, kalau boleh tahu, apakah yang membuat anda menyukai saya? Sedangkan saya pun tidak mengenali anda sebelum”, tanya sang gadis kepada Hasan Al-Bashri.

“Saya menyukai anda sejak awal saya melihat anda, nona. Terlebih dengan kedua bola mata anda yang indah itu”, jawab Hasan Al-Bashri sembari merayu.

“Baiklah tuan, saya akan mewujudkan keinginan anda. Datanglah besok pagi-pagi sekali ke rumah saya. Rumah saya ada di ujung desa ini”, kata sang gadis dan bergegas pergi meninggalkan Hasan Al-Bashri.

Dengan wajah yang berseri-seri, hati yang dirundung dengan kebahagiaan, Hasan Al-Bashri bergegas kembali ke rumah. Di sepanjang malam, Hasan Al-Bashri selalu membayangkan pesona cantik sang gadis yang ditemui tadi.

Keesokan harinya, hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh Hasan Al-Bashri akhirnya datang. Ia lantas bersiap-siap mengenakan pakaian yang serapi mungkin. Dengan penuh keyakinan bahwa sang gadis itu akan membalas cintanya, ia bergegas menuju ke rumah sang gadis tersebut.

Sesampainya di rumah sang gadis, Hasan Al-Bashri disambut dengan ramah oleh pelayan sang gadis. Dipersilahkannya Hasan Al-Bashri untuk duduk sembari sang pelayan menyajikan hidangan di meja.

“Silahkan dinikmati tuan hidangan yang ada di atas meja itu, sebentar lagi sang putri akan memenuhi janjinya kemarin”, kata sang pelayan.

Pelayan tersebut lantas meninggalkan Hasan Al-Bashri dan menuju ke kamar sang gadis tersebut. Tidak lama setelah itu, sang pelayan kembali mendatangi Hasan Al-Bashri dengan membawa piring yang ditutupi dengan kain.

“Silahkan tuan, buka sendiri hidangan ini”, kata sang pelayan.

Dengan penuh kegembiraan, Hasan Al-Bashri kemudian membuka piring yang tertutupi kain putih tersebut. “Pasti ini surat balasan cintaku dari gadis cantik tersebut”, gumam Hasan Al-Bashri dalam hati.

Setelah membuka kain tersebut, betapa terkejutnya Hasan Al-Bashri ketika melihat piring yang berisi dua bola mata lengkap dengan darah segar yang membasahi di setiap sisinya. Merasa tidak percaya, Hasan Al-Bashri kemudian bergegas mendatangi kamar sang gadis cantik tersebut dan terlihat sang gadis telah meninggal dunia.

Hasan Al-Bashri tidak menyangka, bukannya balasan cinta dari sang gadis yang ia dapatkan, justru ia harus kehilangan sang gadis untuk selama-lamanya. Dengan derai air mata, Hasan Al-Bashri belari pulang disertai rasa penyesalan yang mendalam. Dan sejak saat itu, ia semakin meningkatkan ibadahnya kepada Allah dan bertobat.

Hikmahnya, melalui kisah di atas, mari kita menyadari bahwa terkadang Allah SWT menguji kecintaan hamba kepada-Nya justru melalui sesuatu yang sangat ia senangi dan cintai.

Wallahua’lam...
close