Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SRI MANGANA PANGREKSA CARUBAN


KompasNusantara - Pada pertengahan abad ke 15, Ki Gedeng Tapa yakni Raja Singhapuran wafat. Sidang Sesepuh Kerajaan Singhapuran mengambil keputusan, meminta Pangeran Cakrabuwana putra Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi, naik tahta di Singhapuran.

Akan tetapi Pangeran Cakrabuwana menolak, dengan berbagai alasan yang sampai detik ini masih saya lacak bukti primer sejarahnya. Semoga suatu hari saya bisa menemukannya.

Kemudian! Agar tidak terjadi kekosongan kepemimpinan di wilayah Singhapuran, kemudian Pangeran Cakrabuwana mendirikan Kadipaten sementara untuk mengendalikan wilayah Singhapuran.

Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi begitu mendengar putranya mendirikan Kadipaten paska wafatnya Ki Gedeng Tapa, kemudian Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi mengutus tujuh Sesepuh Pajajaran menemui Pangeran Cakrabuwana (putranya) dengan maksud bahwa Pajajaran memberikan dukungan penuh jika putranya mendirikan Kerajaan.

Sampailah suatu hari Pangeran Cakrabuwana menerima dukungan Ayahandanya tersebut, setelah melalui proses serta pertimbangan yang sangat matang.

Mengganti status Kadipaten sementara Singhapuran dengan Kerajaan baru yang berkedaulatan dibawah naungan Pajajaran. Kerajaan tersebut diberi nama Pakungwati.

Pangeran Cakrabuwana menaiki tahta kerajaan Pakungwati atas titah langsung dari Ayahandanya, dengan gelar Sri Mangana Pangreksa Caruban.

Pada upacara Adat Titah, Pangeran Cakrabuwana mendapat pengukuhan dari Ayahandanya berupa Keris Ki Tunggul Manik, Pedang Golek Panikem, Kandaga (surat berharga Kerajaan Pajajaran) dan Kursi Gilang Kencana (bertabur emas serta berlian)

Sampai pada suatu masa Ratu Mas Ayu Rara Santang (adiknya) dari Mesir kembali ke Pajajaran setelah suaminya yakni Sayyid Abdullah / Seorang Raja di daratan Mesir, wafat. Kepulangan Ratu Mas Ayu Rara Santang di Pajajaran ditemani oleh putranya bernama Syarif Hidayatullah.

Kemudian Syarif Hidayatullah di angkat menantu oleh Pangeran Cakrabuwana, dinikahkan dengan putrinya yang bernama Ratu Mas Ayu Pakungwati Reksaningrat.

Bersama itu pula Syarif Hidayatullah mendapat Titah sebagai Raja Pakungwati dari Pangeran Cakrabuwana dengan pemberian gelar Sri Mangana Pangreksa Caruban Nagari Karuwa. Sekaligus mendapat pengukuhan dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi (Kakeknya) berupa Mande Jajar.

Hingga pada masa inilah kemudian kerajaan Pakungwati dalam kendali Sri Mangana Pangreksa Caruban Nagari Karuwa atau Syekh Syarif Hidayatullah atau Kanjeng Sunan Gunung Jati, berhasil mempersatukan berbagai ragam keyakinan, bangsa, adat dan budaya.

Dipersatukan bukan berarti diseragamkan, akan tetapi diberi hak merdeka sesuai kehendaknya masing-masing tanpa perlu merugikan atau mengganggu pihak lain. Amukti Hangajawi! Dengan simbol Astana Nur Giri Cipta Rengga.

Petikan naskah:
"Teher Lagi Hera Tineung, Mana Kahayu Tapa Gunu, Tapa Are, Tapa Sunda,Tapa Jawa, Tapa Baluk, Tapa Buwun, Tapa Cempa, Manyaga Ulah Dipajar Palaim."

Wallahu'aklambhishowab...

WA ILAA HADROTI JAMII-IL AULIA ALLAH FIL JAWI KHUSUSON "SUNAN GUNUNG JATI SYEKH SYARIF HIDAYATULLAH", WA AHLI BAITIHI WA ASH-HAABIHI WA DZURRIYATTIHI AJ-MA'IIN SYAI-UN LILLAAHI LAHUMUL AL- FATIHAH..



close