Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Fakta dan Lika- Liku Sejarah Rupiah yang Tak Banyak Orang Tahu


KompasNusantara - “Tiada orang yang tak suka pada yang bernama Rupiah. Semua orang mencarinya, di mana Rupiah berada.” Penggalan lagu Bang Haji Oma berjudul Rupiah ini memang sangat menunjukkan fenomena masyarakat Indonesia terhadap mata uang tercinta kita itu. Bukan sesuatu yang menghebohkan, hal ini cukup lazim mengingat Rupiah adalah satu-satunya mata uang sah di negeri ini.

Tentang Rupiah, pada proses penciptaannya, uang kebanggaan ini tak langsung ada begitu saja. Sebelum tercipta, masyarakat masih memakai sistem barter alias tukar menukar barang. Sampai akhirnya sistem ini bikin bingung gara-gara tak punya acuan dan tak lama setelah itu Rupiah pun tercipta, di samping karena eksistensinya dibutuhkan sebagai syarat berdirinya suatu negara.

Pada perjalanannya Rupiah mengalami banyak fase, termasuk eksistensinya yang malah bikin inflasi. Masih tentang si mata uang kesayangan, berikut beberapa fakta lain soal Rupiah yang mungkin belum pernah kamu dengar.

Kata Rupiah Ternyata Berasal dari Bahasa Mongol

Lembar-lembar rupiah

Setelah budaya tukar menukar barang mulai dianggap rumit, masyarakat terdahulu lantas menggunakan emas dan perak untuk transaksi jual beli. Antara emas dan perak, yang lebih sering digunakan adalah perak. Perak dalam bahasa Mongolia disebut rupia, dalam bahasa Sanskerta disebut ru-pya. Sampai di Indonesia disebut rupiah. Konon, akhiran “h” ini berasal dari pelafalan orang Jawa yang kerap menambahkan huruf tersebut di akhir kalimat. Jadilah sampai saat ini, mata uang resmi negara kita dikenal dengan rupiah.

ORI, Sebutan Uang Indonesia Sebelum Rupiah

Oeang Republik Indonesia

Sebelum menggunakan rupiah, nama uang yang dikeluarkan pemerintah adalah Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Uang ini lahir saat Indonesia baru merdeka. Lahirnya mata uang ini sedikit banyak membuat ekonomi kita dulu agak memburuk lantaran inflasi. Hal ini disebabkan oleh beredarnya tiga mata uang di Indonesia yaitu De Javasche Bank, Gulden Hindia Belanda, dan uang masa penjajahan Jepang. Kala itu, jabatan menteri keuangan dipegang oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara, yang menggagas percepatan terbitnya mata uang Indonesia agar bisa menunjukkan bahwa negara Indonesia telah berdaulat. Akhirnya, 30 Oktober mata uang negara Indonesia resmi beredar dengan nama ORI. Dan hingga saat ini, tanggal 30 Oktober diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional.

Uang Indonesia Tidak Diakui Belanda

Uang pada masa pemerintahan RIS

Sesaat setelah penerbitan ORI, Belanda tidak mau mengakui alat tukar baru di Indonesia. Belanda yang ke Indonesia untuk kembali melakukan penjajahan tetap menggunakan uang negaranya demi keperluan militer saat itu. Setelah tiga tahun, penggunaan ORI berhenti karena Indonesia berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Sehingga mata uang RIS resmi menggantikan ORI pada 1 januari 1950.

Pemakaian Nama Rupiah

Rupiah yang dikeluarkan Bank Indonesia

Sejak Belanda sepenuhnya mengakui kedaulatan Indonesia, pemerintahan yang sebelumnya disebut Republik Indonesia Serikat (RIS) berubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini juga menjadi tonggak sejarah eksistensi Bank Indonesia (BI) yang resmi menggantikan De Javasche Bank yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Begitu BI mempunyai peran dan fungsi sebagai bank sentral, uang baru mulai dirilis yang hingga kini dikenal dengan sebutan Rupiah.

Lembaran Rupiah Tak Berbahan Kertas

Serat kapas, bahan untuk membuat uang kertas

Meski disebut dengan uang kertas, namun lembaran rupiah nyatanya menggunakan bahan yang sama sekali bukan dari kertas. Bahan yang dipilih untuk membuat lembaran rupiah adalah kapas. Alasan dipilihnya kapas adalah karena dapat membuat uang kertas mempunyai elastisitas tinggi, tidak robek, dan tahan terhadap air.

Desain Rupiah Dibuat Seniman Profesional Selama Bertahun-Tahun

Uang rupiah baru

Lembaran-lembaran uang rupiah memiliki desain yang tidak hanya cantik, tapi juga berkarakter. Selain itu, rupiah yang didesain dengan paduan warna berbeda tiap nominalnya memberi ciri khas yang mudah diingat. Dibalik hal itu, adalah beberapa seniman yang berprofesi sebagai engraver atau pengukir gambar pada uang-uang yang dicetak oleh Peruri. Pembuatan gambar uang ini tidak sembarangan dan mengalami proses seleksi yang ketat. Proses pembuatannya pun sangat sangat lama mulai dari hitungan bulan sampai tahun.
close