7 Burung Endemik Asal Jepang yang Memesona
Bulunya berwarna-warni
KompasNusantara - Kalau kamu mengira hanya negara tropis seperti Indonesia atau Brasil yang memiliki keanekaragaman spesies burung, kamu salah besar! Negara empat musim seperti Jepang pun mempunyai spesies burung yang bervariasi. Beberapa di antaranya endemik atau tidak ditemukan di belahan dunia yang lain.
Penasaran dengan burung endemik yang hidup di Jepang? Gulirkan layarmu ke bawah dan siap-siap terpukau!
1. Okinawa rail
Seperti namanya, burung dengan nama ilmiah Hypotaenidia okinawae ini merupakan endemik Pulau Okinawa. Termasuk dalam keluarga Rallidae, burung ini hampir tidak bisa terbang dan membuat sarang di tanah.
Makanan favoritnya adalah kadal, siput, dan belalang. Sedihnya, burung ini terancam punah karena populasinya menurun, kehilangan habitat, dan ancaman predator. Jumlahnya saat ini tidak sampai 1.000 ekor.
2. Bonin mata putih
Burung kicau kecil dengan nama latin Apalopteron familiare ini adalah endemik Kepulauan Bonin atau Kepulauan Ogasawara. Makanan utamanya adalah buah, terutama murbei, tetapi terkadang mengonsumsi serangga, biji-bijian, hingga reptil kecil.
Perannya penting bagi ekologi Kepulauan Bonin, sebab burung ini merupakan penyebar benih bagi tanaman asli. Sayangnya, statusnya di IUCN Red List adalah hampir terancam karena hutan tempat tinggalnya berubah menjadi pemukiman, pertanian, dan pariwisata.
Selain itu, karena sering mencari makan di tanah, membuatnya rentan dimangsa kucing. Sarangnya juga sering diserbu tikus.
3. Pegar tembaga
Nama internasionalnya adalah copper pheasant (Syrmaticus soemmerringii). Ini adalah burung pegar dengan bulu berwarna tembaga. Mereka memiliki sifat dimorfisme seksual yang kuat. Artinya, burung jantan dan betina mempunyai warna bulu yang berbeda.
Mereka tersebar di hutan di pegunungan Pulau Honshū, Kyūshū, dan Shikoku. Makanan kesukaannya ialah serangga, akar, daun, dan biji-bijian. Karena kehilangan habitat dan perburuan liar, statusnya di IUCN Red List adalah hampir terancam.
4. Burung pelatuk hijau Jepang
Burung pelatuk yang panjangnya sekitar 30 cm ini memiliki nama ilmiah Picus awokera. Penghuni Pulau Honshū dan Tanegashima ini suka membuat sarang di pohon bunga sakura.
Seperti burung pelatuk pada umumnya, mereka mematuk batang pohon untuk mencari serangga atau laba-laba. Selain itu, paruhnya digunakan untuk melubangi batang pohon dan membuat sarang, mengutip Takao 599 Museum.
5. Burung hantu Ryūkyū
Burung hantu dengan nama latin Otus elegans ini termasuk dalam golongan scops owls. Istilah ini merujuk pada burung hantu dunia lama dari famili Strigidae dan genus otus.
Mereka menghuni Kepulauan Ryūkyū di selatan Jepang. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ornithological Science tahun 2011, makanan utama bagi anakan burung hantu Ryūkyū adalah kecoak.
6. Izu thrush
Berasal dari Kepulauan Izu, burung dengan nama ilmiah Turdus celaenops ini akan bermigrasi ke Honshū dan Shikoku pada musim dingin. Makanan favoritnya ialah serangga dan cacing serta buah-buahan seperti ceri dan murbei.
Menurut IUCN Red List, statusnya adalah rentan. Jumlahnya diperkirakan antara 2.500 hingga 9.999 ekor. Populasinya makin berkurang karena aktivitas manusia, penyakit, dan hewan invasif.
7. Ryūkyū minivet
Burung dengan nama latin Pericrocotus tegimae ini merupakan bagian dari famili Campephagidae. Seperti namanya, mereka menghuni Kepulauan Ryūkyū, tetapi pada tahun 1970-an menyebar ke Kyushu selatan dan pada tahun 2010-an ditemukan di Honshū barat dan Shikoku.
Mereka biasanya tinggal di perkebunan dan hutan cedar, terutama di ketinggian 0 hingga 1.700 meter dari permukaan laut. Menurut IUCN Red List, spesies ini memiliki risiko rendah atau least concern.
Nah, itulah beberapa burung endemik asal Jepang yang masih hidup sampai sekarang.