Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Inilah Perbincangan Allah SWT dengan Nafsu


Saat manusia diciptakan, Allah SWT memberikan nafsu pada setiap manusia yang ada di muka bumi ini.

Tentu, diantara Allah SWT memberikan nafsu kepada manusia, agar manusia bisa hidup. Mereka tak bisa hidup jika tidak ada keinginan untuk makan, mencari harta dan keinginan lainnya.

Selain itu, nafsu diberikan agar manusia dapat mengontrol amarahnya, sekaligus sebagai cobaan dan ujian.

Kemudian alasan lainnya, nafsu diberikan agar seorang hamba menghadap diri kepada Allah dan menghinakan diri di hadapan-Nya.

Selanjutnya, agar seorang hamba mempunyai gairah untuk mendapatkan ganjaran dan kecintaan terhadap akherat.

Karena itu, manusia yang mampu mengontrol nafsunya, maka dia akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Hingga muncul sebuah istilah jika perang yang sesungguhnya adalah perang melawan hawa nafsu.

Beratnya melawan atau perang dengan hawa nafsu ini, bisa kita lihat saat hawa nafsu diciptakan oleh Allah SWT.

Berikut ini perbincangan Allah SWT dengan akal dan hawa nafsu usai diciptakan.

Pernah ada suatu riwayat yang mengisahkan tentang perbincangan Allah SWT dengan akal dan nafsu.

Konon dikabarkan, setelah Allah menciptakan akal dan nafsu, maka Allah SWT bertanya kepada mereka berdua.

Perbincangan ini dikutip dari kitab Tanbihul Ghafilin dan Durratun Nashihin.

Ketika Allah SWT menciptakan akal, maka kemudian Allah SWT berfirman kepada akal:

"Wahai akal menghadaplah engkau" Maka Akal pun menghadap kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT berfirman kepadanya:

"Wahai akal berbaliklah engkau" Lalu Akal pun berbalik. Kemudian Allah berfirman lagi kepadanya:

"Wahai akal, siapakah Aku" Lalu Akal pun menjawab: "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hambaMu yang lemah".

Lalu Allah SWT berfirman lagi kepadanya: "Wahai akal, tidak kuciptakan makhluk yang lebih mulia dari engkau".

Setelah itu, Allah SWT menciptakan nafsu, lalu Allah SWT berfirman kepada nafsu:

"Wahai nafsu, menghadaplah engkau" Namun nafsu tidak menjawab sepatah katapun dan justru mendiamkan diri.

Kemudian Allah SWT berfirman lagi: "Siapakah engkau dan siapakah Aku".

Lalu nafsu berkata: "Aku adalah aku dan engkau adalah engkau".

Setelah itu Allah SWT menghukum nafsu selama seribu tahun di Neraka Jahim yang sangat panas. Dan dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah SWT menghukum nafsu selama 100 tahun.

Setelah Allah menghukum nafsu di Neraka Jahim selama seribu tahun, kemudian Allah mengeluarkannya dan berfirman lagi kepadanya:

"Wahai nafsu, siapakah engkau dan siapakah Aku?".

Lalu nafsu menjawab kembali: "Aku adalah aku dan engkau adalah engkau".

Lalu Allah berfirman lagi: "Masih begitu juga kah engkau wahai nafsu".

Lalu Allah memasukkan nafsu ke dalam Neraka Juu' yaitu neraka yang penuh dengan rasa kelaparan. Nafsu dimasukkan ke Neraka Juu' selama 1000 tahun dan dilaparkan.

Kemudian setelah itu Allah SWT mengeluarkannya kembali dan berfirman:

"Siapakah engkau dan siapakah Aku?".

Lalu nafsu berkata: "Aku adalah aku dan engkau adalah engkau".

Setelah itu Allah SWT menghukum nafsu selama seribu tahun lagi di neraka yang sangat dingin, kemudian Allah SWT mengeluarkannya dan berfirman lagi:

"Wahai nafsu, siapakah engkau dan siapakah Aku". Lalu nafsu menjawab: "Aku adalah aku dan engkau adalah engkau".

Lalu Allah berfirman: "Masih begitu juga kah engkau wahai nafsu". Lalu Allah memasukkan lagi nafsu ke dalam neraka selama 1000 tahun dan dilaparkan. Setelah itu Allah SWT mengeluarkannya dan kembali berfirman kepada nafsu:

"Wahai nafsu, siapakah engkau dan siapakah Aku".

Lalu nafsu menjawab: "Aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku".

Lalu Allah berfirman: "Wahai nafsu, sekarang engkau masuklah bersama tubuh anak Adam".

Dan sesungguhnya, Allah SWT menciptakan nafsu itu sebagai cobaan untuk menguji manusia yang sudah sanggup memikul amanah dan juga sebagai sebuah penyaring bagi perbuatan anak cucu Adam.

Tiap-tiap perbuatan anak cucu Adam yang dilandasi sifat Mazmumah atau sifat buruk seperti Riya', sombong dan sebagainya, akan tinggal dalam saringan nafsu sebagai ampas.

Dan segala perbuatan anak cucu Adam yang ikhlas karena Allah, akan melewati saringan hawa nafsu dan sampai kepada Allah SWT. []

close