Dahsyatnya Pedang Imam Ali di Perang Uhud Membuat Takut Kafir Quraisy yang Berjumlah 3 Ribu Pasukan
KompasNusantara - Ini kisah tentang dahsyatnya pedang Imam Ali di Perang Uhud yang menakutkan kafir Quraisy yang berjumlah 3 ribu pasukan.
Walaupun akhirnya pasukan umat Islam kalah di perang Uhud, tapi pedang Imam Ali bin Thalib terkenang sepanjang masa.
Keberanian Imam Ali dengan kilatan pedangnya menjadikan pasukan umat Islam gagah berani untuk melawan kafir Quraisy yang jumlahnya lebih besar.
Dijelaskan, bahwa dalam perang Uhud ini, Rasulullah SAW menyerahkan panji kaum muhajirin kepada Imam Ali.
Sedangkan panji kum Anshar diserahkan kepada salah seorang di antara mereka sendiri.
Peperangan Uhud terkenal dalam sejarah sebagai peperangan yang amat gawat. 700 pasukan muslimin harus berhadapan dengan 3.000 pasukan kafir Quraisy yang dipersiapkan dengan perbekalan dan persenjataan serba lengkap.
Kecuali itu diperkuat pula dengan pasukan wanita di bawah pimpinan Hindun binti 'Utbah, isteri Abu Sufyan bin Harb, guna memberikan dorongan moril, agar orang-orang kafir Quraisy jangan sampai lari meninggalkan medan tempur.
Untuk menghadapi kaum musyrikin yang sudah memusatkan kekuatan di Uhud, pasukan muslimin di bawah pimpinan Rasulullah menuju ke tempat itu, dengan memotong jalan sedemikian rupa, sehingga gunung Uhud berada di belakang mereka.
Kemudian Rasulullah mulai mengatur barisan.
50 orang pasukan pemanah ditempatkan pada sebuah lembah di antara dua bukit. Kepada mereka diperintahkan supaya menjaga pasukan yang ada di belakang mereka.
Ditekankan jangan sampai meninggalkan tempat, walau dalam keadaan bagaimanapun juga.
Sebab hanya dengan senjata panah sajalah serbuan pasukan berkuda musuh dari belakang dapat ditahan.
Perang Uhud mulai berkobar dengan tampilnya Imam Ali ke depan melayani tantangan Thalhah bin Abi Thalhah yang berkoar menantang-nantang.
"Siapakah yang akan maju berduel?"
Seperti api disiram minyak semangat Imam Ali membara. Dengan ayunan langkah tegap dan tenang, serta sambil mengeretakkan gigi, ia maju dengan pedang terhunus.
Baru saja Thalhah bin Abi Thalhah menggerakan tangan hendak mengayun pedang, secepat kilat pedang Imam Ali 'Dzul Fikar' menyambarnya hingga terbelah dua.
Betapa bangga Rasulullah menyaksikan ketangkasan putera pamannya itu.
Ketika itu kaum muslimin yang menyaksikan kesigapan Imam Ali, mengumandangkan takbir berulang-ulang.
Dengan tewasnya Thalhah bin Ahi Thalhah, pertarungan sengit berkecamuk antara dua pasukan.
Sekarang Abu Dujanah tampil dengan memakai pita maut di kepala dan pedang terhunus di tangan kanan yang baru saja diserahkan oleh Rasulullah kepadanya.
Ia seorang yang sangat berani. Laksana harimau keluar dari semak belukar ia maju menyerang musuh dan membunuh siapa saja dari kaum musyrikin yang berani mendekatinya.
Bersama Abu Dujanah, Imam Ali mengobrak-abrik barisan musuh.
Dalam pertempuran ini Hamzah bin Abdul Muthalib tidak kalah semangat dibanding dengan putera saudaranya sendiri, Imam Ali, dan Abu Dujanah.
Hamzah demikian lincah dan tangkas melabrak pasukan musyrikin dan menewaskan tiap orang yang berani mendekat.
Ia terkenal sebagai pahlawan besar dalam menghadapi musuh.
Sama seperti dalam perang Badar, dalam perang Uhud ini Hamzah benar-benar menjadi singa dan merupakan pedang Allah yang sangat ampuh. Banyak musuh yang mati di ujung pedangnya.
Dalam pertempuran antara 700 pasukan muslimin melawan 3000 pastikan musyrikin itu, bisa disaksikan kejantanan trio Imam Ali, Hamzah dan Abu Dujanah.
Mereka merupakan tauladan dan wujud dari kekuatan moril yang sangat tinggi. Suatu kekuatan yang membuat pasukan Quraisy menderita kehancuran mental, mundur dan surut.
Tiap panji mereka lepas dari tangan pemegangnya dan diganti oleh pemegang panji yang lain, tiap kali itu juga dipangkas habis oleh tiga sejoli pahlawan Islam itu.
Thalhah bin Abi Thalhah kepalanya dibelah dua oleh Imam Ali, Utsman bin Abi Thalhah dipotong gembungnya oleh Hamzah.
Abu Saad lolos dari ujung pedang Abu Dujanah dan berusaha merebut panji musyrikin Quraisy yang sudah dirobek-robek oleh Abu Dujanah, tetapi keburu dipisahkan kepalanya dari batang tubuhnya oleh Imam Ali.
Sembilan orang pemegang panji musyrikin Quraisy tewas berturut-turut di ujung pedang Imam Ali, Hamzah dan Abu Dujanah.
Keterangan tersebut dikutip dari buku 'Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib' karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini yang diterbitkan Lembaga Penyelidikan Islam tahun 1981.[]