Sayyidina Husein di Tanah Karbala 10 Suro, Terjadi Hujan Air Mata di Langit Dunia
Ini kisah tentang Sayyidina Husein di Tanah Karbala 10 Suro atau 10 Muharram (Asyuro), terjadi hujan air mata di langit dunia.
Detik-detik perang antara pasukan Sayyidina Husein yang sangat sedikit dengan pasukan Yazid bin Muawiyah yang berjumlah ribuan pada 10 Suro atau 10 Muharram (Asyuro).
Satu per satu pasukan Sayyidina Husein gugur, anggota keluarganya juga dibunuh. 10 Suro terjadi hujan air mata di langit dunia. Hari Asyuro (10 Muharram) dunia bersedih.
Dikisahkan, pasukan Yazid bin Muawiyah telah melakukan penghadangan terhadap laju gerak rombongan Sayyidina Husein di sebuah tempat yang bernama Karbala, tidak jauh dari sungai Furat.
Mereka mencegah anak-anak kecil dan perempuan-perempuan keluarga Nabi untuk mendapatkan air sungai.
Hari ke-10 bulan Muharram (Asyuro) atau 10 Suro, hari yang begitu panas membakar padang Karbala.
Di sanalah Sayyidina Husein mengingatkan orang-orang akan akibat perbuatan yang mereka lakukan.
“Wahai sekalian manusia, kenalilah siapa aku ini! Kemudian kembalilah pada diri kalian masing-masing, dan hujatlah diri kalian itu.
Sadarlah! Apakah dihalalkan bagi kalian untuk membunuhku dan menodai kehormatanku?
Bukankah aku adalah putra dari putri Nabi kalian, putra khalifahnya, putra dari putra pamannya, dan putra dari orang pertama yang beriman kepada Allah SWT dan yang membenarkan risalah rasulnya?
Bukankah Hamzah penghulu para syuhada itu adalah pamanku?
Bukankah Ja‘far At-Thayyar itu adalah pamanku?
Tidakkah kalian mendengar kesaksian Rasulullah tentang aku dan kakakku, bahwa dua pemuda ini adalah penghulu para pemuda di surga?”
Warga Kufah sangat mengenal Sayyidina Husein dengan baik. Hanya saja mereka telah tertipu oleh bisikan syetan.
Warga Kufah mengutamakan kehidupan dunia yang hina bersama Yazid dan Ibnu Ziyad, serta begitu mudahnya meninggalkan Sayyidina Husein.
Kepada Sayyidina Husein, mereka mengatakan, “Baiatlah Yazid sebagaimana kami telah membaiatnya”
Dengan tegas beliau membalas mereka:
“Tidak! Demi Allah, aku tidak akan pernah mengulurkan tangan (baiat)-ku kepadanya sebagaimana orang-orang hina mengulurkannya. Aku tidak akan pernah melarikan diri sebagaimana para budak yang ketakutan”
Umar Ibnu Sa’d, komandan pasukan Yazid mengeluarkan perintah untuk segera menyerbu pasukan Sayyidina Husein.
Maka, terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat. Lima puluh sahabat Sayyidina Husein berguguran sebagai syahid.
Tinggallah Sayyidina Husein bersama sejumlah kecil sahabat dan keluarganya.
Mereka semua mengajukan diri, satu persatu, untuk meraih kesyahidan dengan gagah berani, tanpa rasa takut sedikitpun.
Karena, mereka yakin bahwa mereka akan mati syahid di jalan Allah dan menjelang surga.
Tatkala seluruh sahabat dan laki-laki keluarganya telah gugur, tinggallah Sayyidina Husein seorang diri. Sayyidina Husein segera turun ke medan pertempuran.
Sebelum meninggalkan keluarga dan menyampaikan perpisahan kepada mereka, Sayyidina Husein meminta mereka untuk bersabar di jalan Allah SWT.
Sayyidina Husein memacu kudanya dan maju mengoyak ribuan barisan musuh.
Di tengah pertempuran yang tak seimbang itu, Sayyidina Husein akhirnya terhempas di atas kerikil-kerikil padang pasir Karbala dan gugur sebagai Sayyidus Syuhada, Penghulu Para Syahid.
Merasa belum puas melihat Sayyidina Husein tak bernyawa lagi, Ibnu Ziyad memerintahkan para pasukan berkudanya—yang telah menjual diri mereka dengan kehidupan dunia- untuk menginjak-injak dada Sayyidina Husein.
Sepuluh pasukan berkuda melompat dan mulai merobek-robek dada suci itu dengan kaki-kaki kuda mereka.
Setelah itu, Ibnu Sa’d memerintahkan pasukannya untuk membakar kemah-kemah Sayyidina Husein setelah mereka merampas isinya.
Lalu mereka menyeret anak-anak dan kaum wanita sebagai tawanan sampai ke Kufah.
Di antara mereka adalah Sayyidah Zainab, putri Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Ada juga Sayyid Ali Zainal Abidin, putra Sayyidina Husein.
Sayyidah Zainab dengan penuh ketegaran maju menghampiri tubuh saudaranya, Sayyidina Husein, lalu meletakkan kedua tangannya di atas jasad suci itu.
Kemudian ia mengangkat kepalanya, menengadah ke atas langit sambil berkata dengan penuh khusyuk dan bangga, “Ya Allah, terimalah dari kami pengorbanan ini!”
Kisah syahidnya Sayyidina Husein menggetarkan umat Islam di seluruh dunia. Langit dunia menangis atas wafatnya cucu Rasulullah SAW.
Demikian kisah Sayyidina Husein, cucu Rasulullah yang wafat dalam tragedi Karbala yang dikutip dari catatan Fahri Haidar di media pribadinya. []