Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

AKIBAT KURANG AJAR DI GUNUNG MERAPI. DICULIK BANGSA LELEMBUT HINGGA MENGALAMI GANGGUAN JIWA (Part2)


Dion pun kembali berjalan jalan di area Pasar Bubrah. Dan akhirnya Dion pun tampak duduk di salah satu batu besar. Di sisi lain, om Heru masih mengobrol dengan salah seorang pendaki dari Jogja yang sejak awal dari basecamp sudah bersama dengan rombongan  om Heru. Di kemudian waktu, kelak saya tahu kalau pendaki dari Jogja ini memiliki kemampuan untuk bias “melihat” hal-hal tak kasat mata.

Tiba-tiba saja, ia memberitahu om Heru kalau ada sosok tinggi besar,, yang sedang memperhatikan Dion. “Mas,, mohon maaf ya,, aku melihat sosok besar yang  kelihatannya marah sama temen sampean(kamu) itu”ujarnya.

Dan tak hanya itu, menurut peraturannya, ada beberapa “sosok” yang duduk dan berdiri di batu-batu tersebut. Tapi si Dion tampak tidak merasakan apapun. Dia duduk dengan santai di batu besar itu sembari merokok, minum kopi, dan sesekali memainkan ketapelnya dengan batu, dan menendang-nendang batu kea rah manapun. Tentunya ini sangat berbahaya sekali, karena om Heru dan teman-teman lain takut nani batu itu mengenai pendaki lain yang sedang melintas, atau mengenai tenda lain yang ada di pos pasar bubrah.

Namun tiba-tiba .. Dion terjatuh. Jatuhnya Dion ini seolah-olah ada yang menjorokan dia. Tetapi dia justru marah-marah ke kita semua,”lu yah yang jorokin gue???”Tak hanya itu, dia juga menyumpah serapah menggunakan kata-kata bahasa kebon binatang. Padahal secara logika, tidak mungkin salah seorang dari kita pelakunya, karena posisi kita jauh dari dia. Kita semua hanya keheranan dan mengelengkan kepala atas sikap sombongnya itu. Dion pun lalu masuk ke tenda untuk beristirahat.

Lalu.. waktu magrib pun tiba. Kita semua sholat magrib. Tetapi si dion justru tidak melakukan sholat magrib dan malah asyik memainkan kenapelnya. Tapi om Heru dan yang lain memilih untuk menghiraukan hal itu.

Setelah sholat magrib , kita semua mengobrol ngalor ngidul dan ketawa-tawa untuk bercerita masa-masa dulu. Dion juga mulai bergabung untuk berkumpul. Kami melakukannya sembari ditemani makan malam kami sangat enak, yakni seperti omelet, rending. Dll. Pokoknya, logistic kita komplit.

Om Heru  dan teman-teman tentu kaget terbangun merasakan fenomena angin kencang ini di malam hari. Tapi yang bikin om Heru binggung  kemudian, ternyata Dion tidak tidur. Dia masih duduk duduk di depan tenda. Om Heru pun bertanya padanya, “kenapa nggak tidur bos?” Dia lantas menjawab, “Gue nggak bias tidur  kalau belum ada binatang yang kenak slepetan gue!” Kontan saja, kata “astafirllah” om Heru ucapkan secara kompak bersama teman-teman ditenda mendengar dia berkata begitu.

Om Heru kembali teringat kalau tadi sore saat mengobrol dengan beberapa pendaki rombongan lain, banyak pendaki yang kesal melihat tingkah laku tengilnya si dion.

Mereka mengatakan , “mas temannya itu belagu amat sih, kalau ngomong bahasa inggris mulu.” Tapi disisi lain ada juga pendaki cewek yang suka ama dion. Dion ini memang sosoknya tinggi dan ganteng, serta rambut gondrong sebahu mirip dengan artis Buck depp.

Om Heru mencoba member saran kepada Dion, “Dion, lu itu jangan begiti.Kita ini ada di areal yang disakralkan..”. Namun dia justru membalas, “Alah lu apaan sih, kebanyakan nonton film horror kali! Gue ini di Amerika sudah naik Gunung berkali-kali, dan disana gunung nggak ada serem-seremnya ama sekali!” Mendengar balasan Dion,  om Heru hanya bergumam dalam hati, ah sudahlah lanjut tidur aja.

Dan pada akhirnya,  dion pun tidur juga. Mungkin karena nggak ada teman atau mulai mengantuk dengan sendirinya. Ia masuk tenda dan selanjutnya tidur. Sementara om Heru masih berusaha tidur karena sejak tadi hanya tidur-tidurayam.

Tetapi tak lama kemudian, om Heru mendengar suara seperti orang mengerang. Om Heru pun bangkit dari tidur, melihat kalau sumber suara itu berasal dari Dion. Dalam tidurnya dia mengigau dan mencekik lehernya sendiri.. dia teriak-teriak minta ampun! Dan disela-sela suara Dion, terdengar suara yang amat keras dan lantang, “NGALEH-NGALEH KOWE..(PERGI KAMU) KAMU KURANG AJAR DISINI..!! SAYA MAU ANAK INI TINGGAL DISINI AMA SAYA UNTUK MENERIMA HUKUMAN ATAS PERBUATANNYA!!! Dalam bahasa jawa.

Beberpa pendakai pun ada yang berdatangan ke tenda kami. Kita semua ramai-ramai berusaha untuk melepaskan cekikan lehernya, tapi tidak  bias. Akhirnya ada salah seorang pendaki yang Nampak senior pada waktu itu bernama Mas Gatot, yang bisa melepaskan  cekikan di lehernya dion. Hal itu ia lakukan dengan membaca doa-doa, dan jidatnya dion ditempelkan sebuah batu (entah batu apa namanya). Akhirnya tak lama kemudian dion tersadar dari kesurupannya setelah diminumkan air putih yang sudah didoakan oleh mas Gatot.

Tak lama kemudian, si dion pun siuman. Badanya berkeringat banyak. Hal yang aneh mengingat saat itu cuaca sedang dingin-dinginya. Ia siuman dengan kondii dikelilingi orang banyak. Dia tentun binggung akan apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa banyak orang pada berkerumun di tendanya.

Tapibukannya bilang terimakasih sudah ditolongin karena kesurupan, dia justru marah-marah dan berkata, “MANA MUNGKIN KESURUPAN, GUE  LAGI TIDUR, LU PADA KEBANYAKAN NONTON FILM HORROR SIH! DAH SANA BUBAR, GUE JADI GERAH DAN KERINGETAN NIH KEBANYAKAN ORANG DISINI.

 Mendengar hal itu, tentu saja mas Gatot dan para pendaki rombongan lain sangat kecewa dengan perkataan Dion. Akhirnya mereka pun membubarkan diri menuju tenda masing-masing untuk melanjutkan tidur. Sementara itu,om Heru , Kamal, dan Andri sempat mengobrol sebentar diluar tenda. Kami mendiskusikan perihal evaluasi masalah kelakuan si Dion ini. Om Heru dan teman-teman tentu merasa malu atas perbuatannya di area pasar bubrah. Tetapi pada akhirnya mau bagaimana lagi, karena biar bagaimanapun dialah yang membiayai perjalanan kita-kita saat ini.

Saat saya melihat kedalam tenda, si Dion tertidur dengan pulas, bahkansampai mengorok. Mungkin dia capek banget.

Akhirnya setelah merokok satu batang, om Heru langsung masuk tenda dan mencoba untuk tidur. Tetapi saat om Heru hendak benar-benar tertidur kira-kira jam 1-an dini hari, tiba-tiba,,

TERDENGAR ADA SUARA GAMELAN..! Tapi tak hanya itu, ternyata suara gamelan itu juga diiringi suara DERAP LANGKAH KAKI KUDA DALAM JUMLAH BANYAK..! Sontak om Heru yang mendengar lalu terbangun dan keluar tenda. Rupanya dari tenda sebelah, Kamal juga keluar. Rupanya ia juga mendengar. Lalu om Heru dan Andri melihat ada rombongan pasukan berkuda muncul dari dari arah pohon besar di bawah pinggiran pasar bubrah. Para pasukan itu menggunakan pakaian zaman kerajaan dahulu.

Di barisan tertepan, ada seperti sapi yang menarik gerobak. Di belakangnya ada kereta kuda yang berjalan. Ada juga perempuan-perempuan yang membawa nampan yang berisi bunga dan menbar-nebarnya. Rombongan itu berjalan diiringi suara gamelan yang juga terdengar. Sementara sang pemimpin rombongan itu rombongan itu tampak memegang tombak di tangan kanan, sementara tangan kirinya menunjuk ke arah om Heru dan Kamal.

Entahlah,, waktu itu om Heru berpikir apakah ini hanya halusinasi atau sekedar bermimpi. Tetapi sepertinya semua terasa nyata.

Entah apa yang di ucapkan om Heru tidak mengerti dan mengapa om Heru bias melihat, Setahu om Heru, dulu memang om Heru bias melihat hal-hal tak kasat mata, tetapi mata batin om Heru sudah ditutup oleh orang pintar. Om Heru hanya bias menunduk sembari tangan om Heru di angkat keduanya, bermaksut memohon ampun mintak maaf diatas kepala. Om Heru berpikir, apakah jangan-jangan peristiwa ini ada hubungannya dengan perilaku yang dilakukan oleh teman om Heru Dion itu? Entahlah.

Untungnya,, tidak lama setelah itu, rombongan kerajaan itu melewati tenda kita dan pergi menghilang. Om Heru dan Kamal yang masih keheranan sebenarnya, memutuskan untuk kembali melanjutkan tidur.

Tetapi belum lama om Heru tidur,, si Dion ini tiba-tiba kesurupan lagi. Dan kali ini, tingkahnya seperti orang yang di borgol tanganya dari belakang. Dia lalu berlari keluar tenda sambil, ‘AAMPUN,,AMPUN,,AMPUN NYAI,, AMPUN..AMPUN EYANG’ suaranya menjerit tak karuan dan menangis.

Mendengar itu, kontan saya semua pendaki yang sedang tertidur di tenda menjadi terbangun, termasuk mas Gatot. Tak lama kemudian, MAS Gatot keluar dari tenda dan mengejar si dion dan berhasil di tangkap sebelum ia menuju ke pinggir jurang. Saat menangkap Dion sendiri., Mas Gatot sampai berguling-gulingan di tanah.

Energi kita benar-benar habis malam itu karena mengurusi  si Dion yang kesurupan. Si Dion pun akhirnya bisa   disadarkan oleh Mas Gatot. Kejadian menyadarkan itu berlangsung sampain 1 jam an lamanya. Mas Gatot juga dibantu oleh om Heru, Kamal, dan Andri, serta para pendaki lain yang ikut berdoa ayat=ayat kitab suci yang kita hafal saja. Begitu Dion tersadar , lagi-lagi dia heran mengapa dia sudah di kerumuni orang banyak. Namun begitu om Heru jelaskan kalau dia kesurupan, dia hanya membantah kalau dia sedang tidur enak-enak di tenda. Mendengar hal itu, om Heru dan teman-teman tentu nggak enak dengan Mas Gatot, karena sudah dibantu dan kita merepotkan beliau. Padahal beliau sedang bawa rombongan pendaki juga.

Akhirnya saya pun membawa Dion masuk ke tenda. Kita lantas beristiraha dan tertidur lelap sekitar jam 3 pagi.

Hari kamis, kita terbangun sekitar jam 9 pagi. Otomatis kita tidak dapat sunrise karena bangun kesiangan. Tak lama kemudian, kita pun sarapan dan bersiap untuk pergi melanjutkan perjalanan ke puncak garuda merapi.

Dan singkat cerita, akhirnya kami sampai di puncak garuda yang runcing itu kira-kira sekitar jam 11-an siang. Betapa puncak merapi sangat indah.

Nampak dari puncak ini, pemandangan gunung merbabu, gunung sindoro, dan gunung sumbing begitu indahnya serta terlihat sangat jelas dia siang itu. Dion pun juga terlihat sangat senang bisa mencapai puncak garuda merapi. Tak lupa pula kami berfoto-foto dan makan-makan, serta merokok diatas puncak yang waktunya kurang lebih setengah jam-an.

Lalu singkatnya, sekitar jam 1 an kami tiba di pasar bubrah. Kami lalu beristirahat sebentar, untuk kemudian beres-beres peralatan, tenda, dll. Mas Gatot yang tampak sudah selesai beres-beres pun bersiapturun bawa rombongan.

Tapi tak lupa Mas Gatot  berpesan kepada om Heru, agar kalau saat turun berkonsentrasi dan tetap jalan terus, serta jangan hiraukan panggilan suara apapun. Kami juga dimintak untuk menjaga sikap, lebih khusunya pada Dion. Hal ini dikarenakan dapat menjadi bahaya untuk dirinya sendiri. Lalu Mas Gatot pun turun bersama rombongan, meninggalakn rombongan om Heru yang memang masih belum selesai. “Saya tunggu di basecamp yam as”, seru dia sembari berjalan meninggalakn kami.

Dan tibalah saat kami selesai beres-beres dan mulai turun gunung, ternyata hanya rombongan om Heru yang terahir, yang lainnya sudah turun.

close