Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

AKIBAT KURANG AJAR DI GUNUNG MERAPI. DICULIK BANGSA LELEMBUT HINGGA MENGALAMI GANGGUAN JIWA (Part3)


Rombongn om Heru inipun langsung turun kira-kira jam 2 siang dari pasar bubrah. Nah,, sapanjang perjalanan kita turun ini, si dion tampak sering memainkan ketapelnya dan menembak nembak burung di hutan. Dion tertawa tawa begitu menembak binatang-binatang di hutan.

Sampai akhirnya kita masuk kawasan HUTAN PATUK ALAP-ALAP,, dan masih saja Dion menembak nembak dengan ketapelnya. Akhirnya tembakan pun mengenai sasaran seekor burung yang tengah bertenggerdi sebuah pohon, dan burung itu pun jatuh. Saya kontan marah atas kelakuan si dion itu..

Om Heru pun bilang ke dia, “lu cari burung itu dong! Kalau burung itu mati, lu harus makan dagingnya, nggak boleh dibiarkan mengeletak di hutan itu!”Tentu  karena om Heru masih kepikiran akan hal itu, om Heru memilih untuk mencari sendiri burung yang mati itu tadi.

Om Heru pun bergegas  turun ke tanah yang lebih rendah sendirian, untuk mencari bangkai burung itu. Dan saat om Heru tengah mencari, om Heru melihat ada sosok bapak-bapak yang memakai caping, berdiri di samping pohon. Om Heru hanya bilang “permisi  mbah “ sembari untuk fokus pada bangkai burung.

Namun semakin lama om Heru mencari, semakin tak bertemulah dengan bangkai burung yang dicari. Lalu tampak Kamal dan Andri dari belakang juga ikut menyusul om Heru untuk membantun mancari dimana burung itu jatuh. Sementara si Dion Nampak duduk beristirahat melihat kami.

Dan selang beberapa waktu lamanya mencari, akhirnya kita pun menyadari kalau ternyata kita sudah keluar dari jalur pendakian, dan hari sudah sore sekitarjam 5an. Om Heru sendiri pun bingung, karena sepengetahuan om Heru juga, om Heru tidak keluar terlalu jauh dari jalur. Di sisi lain, kabut gunung pun semakin tebal. Akhirnya kita memutuskan untuk istirahat dan mendirikan tenda.

Tentunya tak mungkin kita turun malam itu karena kabut sangat tebal. Yang ada malah rawan untuk tersesat. Om Heru dan teman-teman tentunya merinding saat mendirikan tenda di hutan patuk alap-alap. Bukan karena cerita mistisnya hutan itu yang pernah kita dengar, melaikankan tingkah lakunya dion yang tak bisa mereka control. Sempat kita berdebat sengit karena kelakuan dion itu. Di keliling tenda kita, terdapat pohon-pohon besar semua. Om Heru hanya berdoa dalam hati agar diberi keselamatan oleh ALLAH SWT.

Lalu singkat cerita, saat hari mulai gelap,kita pun makan malam dan ngopi-ngopi sembari mengevaluasi kenapa kita bisa keluar dari jalur itu.

Namun akhirnya perdebatan kita berganti topic pembicaraan yang ringan-ringanaja, seputar pendakian mana aja sudah kita lalui. Si Dion bicara tetap dengan kesombongannya. Dia bercerita pengalaman dia berburu waktu di amerika. Suasana malam itu mencekam, tapi cukup hangat karena kita menyalakan api unggun dari ranting-ranting kayu yang sudah patah. Om Heru sempat melihat penampakan sosok orang berjubah tinggi besar dibalik pohon besar. Tapi om Heru diam saja tidak mengatakannya pada yang lain. Saya memilih untuk melanjutkan merokok dan minum kopi.

Dan tiba-tiba saja Dion membuka topic lain pembicaraan.”semalam itu gue dikerumunin orang-orang, bilang kalau gue kesurupan. Apa bener sih?”

Om Heru dan teman-teman lain pun saling pandang. Kamal pun berkata,”Iya, lu kesurupan kemarin”. Om Heru yang merasa sudah males berdebat memilih  untuk merokok. Dan benarlah dugaan om Heru, Dion masih bersikukuh untuk tidak percaya kalau dia kesurupan pada malam itu. Yang ia rasakan hanyalah ia tidur nyenyak di tenda, dan begitu terbangun dikelilingi banyak orang. Lalu tak lama setelah pembicaraan itu, kami semua memutuskan untuk masuk ke tenda dan tidur.

Lalu saaat tengah malamnya,, sesuatu terjadi.

Waktu itu Dion tertidur diujung tenda, Andri  sebelah Dion, Kamal tidur diluar tenda dengan sleeping bagnya, dan om Heru sendiri tertidur di depan pintu tenda. Tiba-tiba saja terdengan kalau tenda kita ada yang menggaruk-nggaruk. Mungkin saja binatang buas, tetapi anehnya tidak ada suaranya. Dan tak lama kemudian, Andri yang berada di  samping Dion melihat ada wujud tengan besar berbulu dengan kuku yang sangat panjang sekali,, dan tiba-tiba,,, tangan itu menarik Dion!! Ya.. begitu Andri bangkit untuk melihat lebih jelas, ia melihat Dion sedang ditarik oleh sesosok makhluk tinggi besar..!!

 Tak hanya ditarik, Dion juga diseret keluar tenda untuk dibawa lari.

Andri berteriak tapi tidak bisa mengapai badan si dion yang ditarik oleh makhluk tinggi besar itu. Kamal yang baru terbangun di luar rupanya juga melihat kalau sosok tinggi besar berbulu itu masuk ke hutan,, di balik pohon-pohon besar itu. Ya.. hilang.

Tak lama kemudian, om Heru, Kamal, dan Andri keluar tenda. Kami putuskan untuk mencari dion di kegelapan dan berteriak-teriak memanggil namanya. Kita bertiga pun terus mencari dan mencari. Namun.. setelah beberapa jam, tidak ada hasil dari usaha kita. Kita lalu kembali ke tenda dengan nafas terengah-engah dan keringat yang mengucur deras dari tubuh.

“Celaka  kalau sampai dionnggak bisa kita temukan. Apa yang mesti kita katakana sama orang tuannya? Bisa-bisa kita ditahan ama polisi.”Ucap om Heru pada Kamal dan Andri sembari terengah-engah. Kekhawatiran tentu ada benarnya, mengingat orang tua Dion ini bukanlah orang sembarangan. Kami semua pun terdiam,, tidak tau apa yang harus dilakukan. Fisik sudaha terkuras habis rasanya. Kamal pun berkat, “kita istirahat saja dulu. Besuk kita lanjut pencarian Dion, dan turun ke basecamp untuk melaporkan kejadian  ini.

Akhirnya lama kita terdiam sambari merokok. Kebetulan yang kami rokok adalah rokok kepunyaan Dion. Waktu itu dia membawa rokok banyak sekali. 

close