Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HARU MAHAMERU Part5


KisahNyata - Bismillahirohmannorrohim Kabeh babagan Pati dan urip iku kuasaning GUSTI Demit,wingit lan manungso ono ing dunyo dampingan iku kuasaning lan kersaning GUSTI MAHA SUCI ALLAH KANG MAHA AGUNG

Dari sebelah kanan kami keluarlah pasukan putih berkuncung .. " Cok! Ati - ati ono pocongan iku ning sampingmu" (Cok! Hati-hati ada pocong itu di sampingmu) kata hendro sambil menarikku..

Di tempat itu kami mendapatkan sambutan kurang begitu mengenakkan Ada sekitar tujuh pocongan diatas kanan, dan puluhan lainnya dibawah kami..

Pocongan itu keluar dari sela-sela pepohonan kenapa dihutan seperti ini ada pocongan? Muka yang terkelupas dengan sedikit daging membusuk, mata yang gosong namun memendam rasa kebencian yang teramat dalam..

"halaaah santai ae.. lha wong pocongan ae, pokoe koen kabeh ojok sampek kenek idoni soale keroken koen mesti telung wulan" (Halaaaah santai aja.. cuma pocong, pokoknya kamu semua jangan sampe kena ludahnya bisa gatal-gatal tiga bulan) jawabku kepada hendro

Ada pocong memang yang bisa meludah, dan ludahnya jika terkena kulit akan melepuh, gatal-gatal dan membuat bekas koreng hitam bernanah dan baunya sangat busuk

Suno langsung mengambil langkah depan, sembari tertawa dan berkata "Ojok sampek salah sijine koen-koen ngidoni aku karo koncoku, neg sampek iku koen lakokno, tak sikso koen cong pocong.."-

(Jangan sampai salah satu dari kamu meludahi aku dan temanku, kalau sampai itu kamu lakukan, aku siksa kamu cong pocong..)

Kami memang tidak pernah takut dengan pocongan, genderuwo, kuntilanak, itu semua demit kelas teri bagi kami...

Aku dan suno suka sekali memainkan game, balapan pocongan dikampung dan tau pocongan mana yang ganas dan yang pemalu..

Mungkin banyak orang tidak percaya, tapi bagi kami itu biasa, kami tidak pernah takut dengan jenis demit/setan seperti itu, karena kami sudah dibekali ilmu mengaji dan ilmu spiritual khususnya mata batin sejak dini oleh keluarga kami

"Wes talah, iku demit kampungan le ojok diladeni wes, ayo podo diobong.." (Udahlah, itu setan kampungan le jangan diladenin, ayo cepat dibakar..) lanjut suno padaku

Bagi kami demit kampungan atau demit yang sukanya mengganggu lebih biasa, daripada seramnya bertemu ibu kost, atau bertemu depcolektor tukang tagih kreditan.. setan kredit....

Pocongan-pocongan masih kelayapan dan mengintai kami, sorot matanya sangat jelas melotot, apalagi tidak hanya satu-dua pocongan, tapi puluhan pocongan..

Kami tak mau menghiraukan pocongan-pocongan itu.. Kami tetap melangkah dengan sekuat tenaga untuk mencapai batu bergambar merah itu...

Dalam lontar yang diberikan mbah buyut sebagai petunjuk arah kami, disana diberi tanda matahari dan meng-isyaratkan tidak boleh telat sampai disana, dan jangan sampai malam mendahului kami..

Pagi bergerak mendatangkan siang... Siangpun cepat menyuguhkan petang..

"Wes sorop cuk, opo gak ono bahaya maneh tha maringene?" (Sudah gelap cuk, apa tidak ada bahaya lagi nanti disini?) kata hendro was-was pada kami

"Sorop yow bahno le, sing di wedeni iku duduk sorope, tapi cangkemmu sing molai maeng mesah misoh ae.. gak bosen tha koen iku misuhan?"

(Gelap ya biarkan saja, yang menakutkan itu bukan gelapnya, tapi mulutmu itu yang dari tadi bicara kotor terus.. tidak bosan ya kamu bicara kotor?) ucapku sembari menutupi ketakutan

Sore ini, petang ini, malam ini Lolongan asu kikik/anjing hutan mulai membahana memenuhi alam Padahal belum malam, kenapa kengerian ini sudah disuguhkan pada kami...

Bagaimana pun kami harus mencapai batu besar itu. Memang sudah kelihatan dan tampak dekat, tapi kami rasakan batu itu seakan selalu menjauhi kami

Apakah cuma rasaku saja atau memang sering terjadi pada para pendaki lainnya? terlihat dekat bukan berarti dekat memang

Sekitar satu jam kami menaiki jalan terjal untuk sampai di titik pertama kami, dan akhirnya kami sampai juga..

Batu biasa memang, tidak ada yang aneh.. tapi kenapa banyak penjaga tak kasat mata disana, batu itu bagaikan diselimuti kabut tipis, dan yang pasti kami dibuat ngeri lagi..

Dan yang kami herankan juga, kami selalu ditunjukkan bahwa ada dimensi lain yang akan kami lalui.. Kami dapat melihat semua demit alas semeru ini dengan mudah

Tanpa berpikir panjang, aku menyuruh suno untuk membakar kayu Perapian guna menghangatkan kami dimalam itu, tidak lupa kami membakar garam dari mbah buyut

Keanehan terjadi lagi... ternyata mbah buyut tidak hanya membekali kami dengan garam, namun juga dupa tanpa kami sadari...

"Koe kabeh ojo mlayu, bar iki ono menungso wujud buto" (Kamu semua jangan lari, habis ini ada manusia berwujud raksasa) suara itu kami dengar, tapi lagi-lagi tidak ada orang disekitar kami..

"Rek koen krungu wong ngomong jek tas?" (Bro kamu dengar sesuatu tidak?) Tanya suno sambil berbisik pada aku dan hendro "Iyo, tapi sopo yow?" (Iya tapi siapa ya?) Jawabku juga berbisik

"Ora usah kuatir, koncomu iki sing ngadepi neg ono buto teko, lha iki aku wes digawani menyan dupo ratus nang mbah mau isuk, aku yow dikongkon ngijolno dupo iki karo dalan munggah, koyo mbayar tiket ngono lho cok." (Tidak usah khawatir, temanmu ini yang akan menghadapi jika raksasa itu datang, lha ini aku sudah dibekali menyan dupa ratus dari mbah tadi pagi, aku juga disuruh menukar dupa ini dengan jalan naik, seperti bayar tiket begitu lho cok.) Ucap si hendro sangat santainya

Sempat ku berpikir, apakah hendro kesurupan lagi?? Yang aku tau dia adalah seorang penakut yang cengeng, tapi kenapa sekarang dia bisa "berubah" ?

Malam disertai hujan menambah beban tersendiri dihati kami Kami tidak bertenda, namun berlindung di lobang kayu besar diatas batu bertulis itu

Benar saja... Baru selang berapa lama, dari kejauhan kami melihat ada sebuah bayangan Bayangan manusia apa hewan? ahhh tidak terlalu jelas dengan hanya mengandalkan mata dan penerangan api perapian didepan kami itu

Lama memang, tapi terus mendekat ke arah kami... Dan aku memutuskan sesuatu....

"Wes saiki patenono perapen iku, ayo podo munggah nang duwur wit, ojo sampek makhluk iku nyekel lan nyilakakno awakedewe" (Udah sekarang matikan api unggun itu, ayo cepat naik keatas pohon, jangan sampe makhluk itu menangkap dan mencelakakan kita) Ajakku kepada suno dan hendro

Kami bergegas naik ke atas pohon besar itu, Memang agak sulit memanjat batangnya yang sangat besar, namun lagi-lagi kami dibuat tidak masuk akal, kami dengan mudahnya menaiki dahan demi dahan sampai pada batang tertinggi menurut kami

Aku lihat dari arah barat, masih dan masih menuju kami.. Kami tidak percaya, Seseorang dengan wujud itu Berbadan tinggi besar melangkahkan kakinya menuju kami.....

Bahkan kayu yang kami naiki hampir sama dengan tinggi badannya, matanya memancarkan aura yang sangat kuat, dengan rambut sebahunya serta wajah sangar nya..

"Waduh Gusti, lakok elek temenan iki cok, aku gak wani cok ngejak barteran karo menyan neg rupane sangar medeni ngono cokkkk, koen ae wes pur sing ngomong," (Waduh Gusti, kok jelek banget ini cok, aku tidak berani cok mengajak barter sama menyan kala mukanya sangar menakutkan begitu cokkkkk, kamu aja pur yang ngomong,) ucap hendro yang berbanding terbalik dengan sikapnya tadi...

Siapa lagi... Siapa lagi kalau bukan aku... Aku yang harus bertemu dan berhadapan untuk menukar menyan ini

Aku berusaha menahan tangisku, aku berusaha berani Apa ini? Apakah ini yang biasa orang disebut b****** , atau apa......

Dalam gemetarku kubaca surat sang penguasa subuh dari kitab suciku Ku ulang-ulang walaupun dengan nada yang terbata-bata

Ohh.. Tuhanku, aku yakin bahwa semua atas kehendakmu Aku mati mereka mati dan semua pasti mati ya Tuhanku Namun aku meminta pertolongan serta perlindungan dari-Mu semata ohhh... Tuhanku.....

Kucoba membenarkan posisiku di dahan pohon besar itu, aku berdiri disalah satu rantingnya Keberanikan diri kumantapkan hati... Dan aku sudah siap!!!

Herrg herggg herrrggg.. (menggeram) "Wes suwe aku gak ngrasakno getih, daging karo balungane menungso, koe kabeh iso dadi panganan ku ugo nambah kasaktianku...hwhaahahah" (Sudah lama aku tidak merasakan darah, daging, dan tulang manusia, kami siapa bisa jadi santapanku juga menambah kesaktianku... whahahah) suara buto itu keras melengking serasa suara petir yang menyambar

Sosok ini ternyata adalah buto/raksasa dari golongan demit/setan

"Sik-sik... Ojo kesusu, Aku karo koncoku iki arep golek dalan amargo kesasar. Lha kok koen arep mangan aku, lha koen iku sopo? Koen wani bayar piro? Opo koen gelem nanggung duso-dusoku karo koncoku" (Sebentar... jangan tergesa, aku dan temanku ini mau cari jalan karena kesasar

lha kenapa kamu mau makan aku, lha kamu ini siapa? Kamu berani bayar berapa? Apa kamu berani menanggung dosaku dan dosa teman-temanku)

"Ojo sampek koen buto aing kenek bendune pengeran lan walate kanjeng rosul.. opo koen mampu? Umpamane koen mampu yow sak karepmu ate opo ae karo awakku iki lan konco-koncoku iki" (Jangan sampai kamu buto kena murka tuhan, wan karmanya rasul, apa kamu mampu? Seandainya kamu mampu ya terserah kamu mau melakukan apa saja terhadap aku da teman-temanku ini) jawabku lantang dan berusaha tegar

"Aku rojo b******* ora ono acara mundur! maju teros tak pangan dagingmu, tak kletak ndas mbunbunanmu, tak sesep getih lanangmu menungso!!! Hwahaha....," (Aku raja b******* tidak ada acara mundur! Maju terus aku makan dagingmu, aku kunyah kepalamu ubun-ubun mu, aku hisap darah jantanmu manusia!!! Whahahaha.....) jawab makhluk itu tak menggubris ucapanku

Tanpa kami sadari si Hendro membakar kemenyan yang diberikan mbah ditangannya dengan korek apinya.. Memang kecil tapi wangi menyan itu sangat harum dan belum pernah kami cium rasakan aroma seperti ini..

Malam yang sudah tak terhitung lagi mencekamnya kala itu.... Aku purnomo tidak pernah takut dengan setan demit apa saja, tapi aku takut sangat takut dan selalu takut bila teringat hal itu lagi...

Tak bisa dan tak bisa! Aku dan kawanku harus hidup, harus selamat!!!!

"Ambune opo iki? aku mambu menyan dupo ratus khayangan alas b*****, sopo sing nduweni? aku njalok, aku njalok, aku njalok..." 

(Bau apa ini? aku mencium menyan dupa ratus surga alas b*****, siapa yang punya? Aku minta, aku minta, aku minta..) Ucap rojo buto diulang-ulang olehhya sambil mencari asal wangi dari asap menyan dupo ratus

"Aaa... aku iiso ngekei koen, mung ono syarate, dadi buto sing bener, dadi buto sing bener, dadi buto sing manut kalian sang hyang betoro durgo" (aaa... aku bisa memberi mu, tapi ada syaratnya, jadi raksasa yang benar, jadi raksasa yang menurut dengan sang hyang bathara durga) ucap hendro sambil merapal mantra dengan terbata-bata

Seketika itu juga manusia setengah raksasa itu mundur dari kami, manusia setengah raksasa itu mundur dan memberikan semacam salam hormat kepada kami dengan membungkukkan badannya seraya menyentuh dadanya..

"Sepurone Aku ora ngerti, neg koen kabeh iku sik sak peduluran karo menungso ning alas b*****, aku iki pager lan kang mageri kampung alas b***** sak isine"

(Maaf aku tidak tahu, kalo kalian semua itu masih satu saudara dengan manusia di alas b*****, aku ini pagar dan menjaga kampung alas b***** seisinya) Ucap makhluk itu sambil menunduk dan bersimpuh

Mahluk itu adalah raja buto (raksasa) namanya yai buto penjaga gerbang menuju alas suwung dan kampung alas b*****

"Aku ora wani mangan getih daging resi t********* lan anak sak keturunane, tolong sepurono awakku iki, tolong aku njalok sepuro" (Aku tidak berani majan darah daging resi t********* dan keturunannya, tolong maafkan aku ini, aku minta maaf) Ucap raja buto yang tak kami mengerti

Yang aku tau hanya permintaan maaf dari raksasa itu.. Apakah memang ada raksasa dijaman ini, apakah hanya perwujudan demit alas semeru saja yang menunjukan eksistensinya pada kami sebagai manusia.. Pertanyaan yang kembali tidak kami temukan jawabannya

Namun aneh terjadi kembali Lagi-lagi suno merapal mantra, sepertinya dia sudah hafal diluar kepala, padahal setiap kata di mantra itu dengan bahasa sansekerta yang sangat tidak kami pahami

Hendro temanku merapal mantra dengan nada yang lembut tapi terasa tegas... Kami merasakan getaran yang cukup kuat...

Apakah ini yang dimaksud gesekan dimensi? Apakah ini yang dimaksud moksa ora ilang???

Dadaku berdegup kencang, serasa darahku mengalir derasnya ke ujung kepala Rojo buto hanya diam tanpa nelangsa Rojo buto tunduk pada temanku yang bukan apa-apa

Wahai sodaraku, tolong antarkan anak cucu manusia ini menuju dunia nyata Dunia kebebasan dunia tempat mereka bertemu dengan keluarganya, dengan ibu yang melahirkannya, dengan bapak yang menafkahinya, dengan sesama saudaranya Wahai sodaraku..... Suara nurani ku penuh harap

Sempat kututup telingaku, terasa berat tubuh dan kepalaku... Namun Akhirnya...

"Monggo munggah teng pundak kulo, kulo saget nggowo njenengan sedoyo mlampah nganti keraton dewi ******" (Mari naik kepundakku, saya bisa membawa kalian berjalan sampai keraton dewi ******)

"Keraton ingkang arupo ranu.. mung tetep kulo kalian njenengan sedoyo mboten wonten utang lan piutang teng alam nduyo utawi nirwono" (Keraton yang berwujud ranu/danau.. tapi tetap saya dan kalian tidak ada hutang baik di dunia atau akhirat) ucap rojo buto kepada kami

Kamipun segera naik ke pundak raksasa itu, hanya orang yang waras yang akan mengerti dan memahami tentang cerita kami... Kami waras, penduduk alas b***** pun waras, bahkan agamaku juga mengharuskan kami mempercayai kewarasan hal dan alam ghaib

Apakah kalian waras Atau hanya orang yang merasa waras??? Ahhh dunia tidak hanya bisa dihitung dari akal saja... Bahkan Tuhan menciptakan sesuatu yang tak mampu akal ini memikirkannya..

Jangan kalian merasa waras, hanya karena kalian lebih rasional daripada kami Kami waras karena kami manusia ciptaan Tuhan pencipta alam semesta

Sangat terasa bulu-bulu kasar dari punggung raksasa itu Kamipun bercengkrama dan saling bercerita

Aku mendengar kisah kelam dari si buto, dia menceritakan bahwa dirinya diselamatkan oleh resi markandya dari kematian... Apakah demit atau raksasa bisa mati?

Tapi nyatanya memang bisa, semua makhluk ciptaan tuhan bisa mati atas kuasa tuhan

Buto akhirnya bercerita bahwa dia berasal dari alas tengger Dia serasa hidup nelangsa matipun tak akan ke nirwana imbuhmya.. Dia dikuasai oleh demit jahat yang memerintahkan dirinya membangun istananya di perbukitan utara tengger

Yang aku tahu ada memang sebuah perbukitan dan merupakan salah satu objek wisata di daerah itu


--------------------------
Judul : Haru Mahameru
Penulis : Balakarsa
Source : https://twitter.com/balakarsa/status/1244567424399114240?s=09
--------------------------
close