Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HARU MAHAMERU Part6


KisahNyata - Sempat si buto ingin melarikan diri tapi tidaklah mudahhh.....

Ahhh... Biarkanlah kisah kelam si rojo buto menjadi rahasiaku dan dirinya saja Kurang begitu santun bila aku menceritakan apa yang dirasakan oleh nya dan rakyatnya kala itu

Cukup tau saja Mungkin puluhan tahun yang lalu, atau ratusan tahun yang lalu ada seorang resi yang menolongnya

Dan sekarang rojo buto, akan dan akan selalu menjadi benteng pertama bila ada manusia luar yang ingin masuk ke wilayah alas b*****...

Sentuhan angin lembut menyeka muka dan jiwaku, kurasakan tubuhku berayun-ayun seirama dengan gerakan rojo buto..

Kami Kecil Tuhan... Bayangkan saja kami bertiga ada di pundaknya(buto) dan digendongnya menaiki jalan terjal nan menanjak itu... Kami bagai anak bayi yang digendong orang dewasa dikeranjang pundaknya...

Berkali-kali kami menyaksikan kayu dikanan dan kiri kami disibaknya dengan tangan kekar itu.. Tak jarang dia(buto) berpegangan pada batang-batang kayu besar agar tidak terpeleset dan mencelakakan kami yang ada di atas pundaknya..

Perjalanku bagaikan perjalanan...... Ahhh... Aku sudah kehabisan kata-kata untuk menceritakan dan melukiskannya

Perjalanan yang tidak kami rencanakan dengan matang, tidak kami lakukan dengan pertimbangan, bahkan perjalanan dengan alasan segala kebohongan...

Tuhan.. Engkau masih sayang pada kami bertiga, engkau masih menginginkan kami bertiga ada di muka bumi yang kau ciptakan dengan segala keindahan nya..

Tuhan....... Biarkan hambamu ini mengucap syukur atas semua karunia-Mu... atas segala rencana-Mu... atas samudera maaf-Mu... Bahkan bila ada murka-Mu... Aku akan selalu tunduk padaMu, wahai sang pencipta ku.......

Penciptaku dari bapak ibuku, Pencipta adam dan hawa manusia pertamaMu.... Tuhan terimakasih atas semua kesempatan dan pelajaran yang engkau gariskan pada kami dikesempatan ini.....

"Teros langkahno lakumu menang ing dalan apik lan sae, urip kui duduk masalah sopo sing ngarani koe olo opo apik, urip kui sing penting mbok jalani lan berguno nggo koe lan wong sak liyane" (Terus langkahkan perilakumu jaya di jalan kebajikan dan mulia, hidup bukan masalah  siapa yang menyebut kamu jelek atau buruk, hidup itu yang penting dijalani dan berguna untukmu dan orang lain) ucap buto mengagetkan kami bertiga

"Enggih yaii..." (Iya yaii...) Jawab kami serempak-serentak sedikit kaget

Tuhan selalu memberi kemudahan padaku..

Mulai dari mengirimkan lik slamet pembuat peta buta kami, pencari ijuk pemberi tongkat penjalin kami, wong agung soko (orang sakti dari) semeru penjaga kami, harimau jawa guardian Angel kami,

Warga alas b***** berserta keramahan dan dan tentunya perawan ayunya, sampai rojo buto yang dengan sukarela menjadi tunggangan kami melewati tanjakan dan celah alas suwung/ blank

Sungguh pemgalaman yang terasa sejuk, sakit, bimbang, bahagia, nelangsa, dan bercampur aduk dalam larutan turunnya dingin malam bertabur angan akan semua keselamatan dari kami bertiga...

Yai buto tidak segan-segan memberikan kami wejangan, walaupun itu dari sosok yang sangat menakutkan namun mulutnya mengisyaratkan kebaikan bagiku dan semua orang yang mampu mendengar serta melakukan semua kebaikan dihidupnya...

Banyak orang yang mengaku pintar namun tidak berguna, bahkan cenderung merendahkan dan selalu menyudutkan orang lain, apalah gunanya orang seperti ini, orang yang hanya melihat sesuatu dari apa yang masuk akal dipikiran mereka

Orang-orang pandai seperti ini lah yang akan menghancurkan dunia beserta isinya karena murka Tuhan

Andaikan semua bisa dicitrakan Apakah aku mampu memikirkan dan bahkan mengingat semua ciptaan Tuhan

Ahhh manusia... Kalian selalu melihat sesuatu dengan mata dan otak kalian... Padahal otak dan mata kalian tidak akan mampu melihat bahkan membayangkan saja seperti apa kalian setelah ada pelukan bumi ini

Ahh manusia.... Bisanya mengerutu saja karena ketidakmampuan akan akal dan hatinya

"Yai, nopo sik suwe perjalanan nang ranu kuning kono yai?" (yai, apa masih lama perjalanan ke ranu kuning sana yai?) tanya suno pada buto

"Digawe cepet iso, digawe suwe yow iso, gari koe njalok sing yok opo" (Dibuat cepat bisa, dibuat lama juga bisa, tinggal kamu mau yang mana) jawab buto memberi pilihan padaku

Bejuta pertanyaan dihatiku Apakah dia makhluk nyata apa demit?

Semua itu tak akan ku dapatkan jawab bila aku tak bertanya pada dia si buto tunggangan kami

"Sepurane sing gede yai, sak jane koen iku golongan opo? Demit opo pancen makhluk sing nyoto??" (Mohon maaf yai, sebenarnya kamu itu golongan apa? Demit/setan apa memang makhluk nyata??) Tanyaku penuh perhatian

Hergg..hergg.... Hahahahahaha!!!! Tawanya menggema dilembar malam ke enam kami, malam yang memberikan keberanian kepada kami, malam yang hanya dapat dinikmati oleh manusia berhati dewa

Apakah semua manusia berhati dewa?

Ahhh... Tentulah tidak... Banyak manusia yang tidak bisa menampakkan bahwa dirinya dewa, melainkan hanya manusia serupa anjing yang selalu menyalak-nyalak karena keiriannya, anjing yang hanya bisa memakan sisa-sisa tulang dan bangkai dari saudaranya

Mampukah engkau menjadi dewa? Atau kau hanya seekor anjing yang tak mampu menemukan ekormu walau itu melekat ditubuh mu

Dewa tetaplah dewa Tetapi belajarlah, jadilah manusia berhati dewa, karena dewa selalu memberi bukan meminta, selalu memuji bukan mencela, selalu memberi kebahagiaan bukan membuat nelangsa/susah

"Tak jawab opo onone kang, aku sejatine rojo buto teko gunung *******, aku abdi lan pesuruhe resi markandya, aku ono neg kene iki gawe pager kampung alas b*****, aku soko golongan demit" (Saya jawab apa adanya kang/mas, aku sejatinya raja raksasa dari gunung *******,

Aku abdi dan pesuruh resi markandya, aku ada disini untuk pagar kampung alas b*****, aku dari golongan demit/setan)

"Aku demit kang, mung aku iso wujud kasar.. hwahahaha" (Aku demit kang/mas, cuma aku bisa berwujud kasar... hwahahaha) jawab yai buto menjelaskan apa yang ada dipikiran ku

Perjalanan yang lumayan menyenangkan malam itu, disamping kiri kanan kami banyak sekali clorot/sorot pancaran cahaya bagaikan bintang jatuh dan melesat datang dan pergi...

Cahaya yang bagai kunang- kunang malam... Indah Sangat indah... Sampai tiba-tiba.....

Wadoh biyuuuung......

Tanpa ada sedikitpun tanda yai roboh entah kenapa Sempat kami terlempar jatuh ketanah dengan keras Bahkan sunopun lagi-lagi pingsan dibuatnya

Wushhhhhhhhhhhhh............ Tiba-tiba ada Sekelebat cahaya menghantam yai buto secepat kilat

"Ojo sampek ilang pikir, podo waspodo.." (Jangan sampai hilang akal, tetel waspada..) ucap yai buto kepada kami

Namun bagaimana kami harus sadar dan harus waspada, kami cemas karena suno sudah dibuat pingsan karena jatuh ketanah

"Yai, ono opo sakjame iki? koncoku ono sing semaput iki.." (Yai, ada apa ini sebenarnya ini? Temanku ada yang pingsan ini..) jawabku seraya menghampiri suno dan dibantu hendro berusaha menyadarkan suno

Di depan bola mata kami ada seekor ular yang sangat besar, dengan cepat melingkar ketubuh dan membelit leher yai Buto

Pertarunagan mereka bagai pertarungan dua sosok yang besar, Perang tanding yang kami tak mampu melihat, hanya kilatan-kilatan cahaya yang membara dan suara gaduh yang memekakan telinga

Dicengkramnya ular itu dengan kedua tangan kekar yai buto Namun tetap saja tak dapat dilepas belitan ekor ular itu dari leher yai buto

Hergg!! herggg!!!! Krakkk!!!! krakkk!!!! Suara-suara pertarungan yang mengerikan disuguhkan tepat dihadapan kami dengan segala kengeriannya.....

Apakah ini akhir hidup yai buto? Batinku meronta dan terus berdoa agar tidak terjadi hal tersebut

Tuhan.... Apalagi yang akan aku lewati, apalagi kekejaman yang akan kau berikan kepada kami... Aku takut Tuhan...

Sudah tidak terhitung lagi tetesan air mata ini membasahi pipi dan dadaku

Bagai mana nasib suno temanku ini? Bagaimana lagi kami meminta untuk tetap selamat? Apakah mungkun kami akan tetap hidup dan selamat di hutan belantara dengan sejuta demit dan ke ghoibannya Mengerikan... Sangat mengerikan...

Akhirnya hendro kembali membaca mantra dan membakar menyan dupo ratus ditangannya

Apa lagi yang diperbuat anak ini, berkali-kali dia membaca mantra ketika ada gangguan dari para demit alas itu

Sempat juga kami terkena terjangan dan sebetan dari tubuh ular dengan sisik kasarnya itu Andai saja aku tak memakai jaket parasut merk KONIKA ini, mungkin kulit dan dagingku pasti terkelupas dari tubuh kecilku

Keseret suno menjauh dari pertarungan mereka berdua, pertarungan dua demit beringasan

Kusandarkan temanku itu dipohon randu itu, kucoba untuk meraih bungkusan garam

Pyurrr!!!! Pyurrr!!! Kusemburkan garam itu ke tubuh ular besar itu

Seketika itu juga ular yang melilit yai berubah menjadi seorang puteri Puteri dengan wajah ayu nya namun sangat menakutkan Disela mulut indahnya terselip dua taring Serta tatapan tajamnya kepada kami Tatapannya yang sangat mengerikan...

"Aku njalok cah lanang kui!!! " (Aku minta anak laki-laki itu!!!) ucap puteri itu sambil menunjuk diriku

Yai buto lemas tak berdaya, nafas beratnya tersengal-sengal hampir hilang...

Sosok buto saja jatuh lunglai dibuatnya apalagi aku Aku yang hanya manusia biasa tanpa kemampuan apapun....

Kuberanikan untuk bicara lantang walau sesikit segan "Awakmu sopo kok wani wanine njalok aku !? mbok kiro aku iki babumu opo !?" (Kamu siapa kok berani meminta aku !? Kamu kira aku ini pesuruhmu apa !?) Jawabku sambil berteriak

"Aku milih koe krono aku ngerti koe, anak lanang rebo wage, aku kepingin nyecep getih gajihmu kanggo nglengkapi kanuraganku"

(Aku memilihmu karena aku tau kamu, anak laki-laki rabu wage, aku ingin mengisal darahmu guna melengkapi kanuraganku) jawab si putri dengan kemben jarik kuning sedada itu

Memang tampak cantik bila dilihat secara kasat mata, tapi bagaimanapun dia adalah demit alas semeru, pasti perwujudan itu hanya sebagai pertanda bahwa derajat kastanya jauh lebih tinggi diatas yai buto

Wahh... ini tidak bisa dibiarkan, aku harus lebih cerdik dibanding dia, batinku bicara Aku harus bisa membuat si putri ini sibuk dengan pertanyaanku..

"Sopo jenengmu? Getih gajihku kate mbok ijoli opo neg pancen tak kekno nang awakmu?" (Siapa namamu? Darahku mau kau apa jika nanti kuberikan untuk mu?) Tanyaku untuk memperlambat waktu

"Aku dewi ****** sing nguasai ranu kuning lan sak piturute, aku iso gawe koe bojoku lan iso gawe koe dadi lanang lanang ing jagad, keturunanku teko tetesmu iso dadi paku lan sabuk semeru, koe ora usah susah ning ndunyo, iso molah malih rupo"

(Aku dewi ****** yang menguasai ranu kuning dan sekitarnya, aku bisa membuat kamu jadi suamiku dan bisa jadi lelaki terhebat didunia, katurunan ku dari tetesmu bisa jadi paku dan sabuk semeru, kamu tidak usah memikirkan dunia, bisa merubah-ubah paras) jawab putri itu

"Aku iso mbok rabi lan nyecep getih gajihku, tapi ono siji syarat e, opo koen sanggup!?" (Aku bisa kau nikahi dan menghisap darahku, tapi ada satu syaratnya, apa kamu sanggup !?) Tanyaku pada puteri itu

"Tak sanggupi opo ae sing mbok jaluk" (Aku sanggupi apapun permintaanmu) jawab si putri yang mengaku dewi ****** itu

Lama aku memikirkan apa yang harus aku syaratkan pada dia, yang pasti dengan kesaktiannya akan mudah mendapatkan apa yang aku mau

Tanpa perintah dewi sudah mencengkeram dan mengangkat leher hendro Crattt!!!! Srettt!!! Ssssyruuppppp!!! Sssyruppp!!!! Dewi memutus leher hendro dan menghisap darah hendro dengan brutalnya.....

"Huaaaaa!!!! Hend.... henn... hendro!!!" Aku berteriak gemetar, kulihat tubuh hendro yang tanpa kepala itu menggeliat kejang disampingku

Tubuh hendro yang tanpa kepala masih bergerakk.... bergerak kejang..... Tubuhku lemas... Air mataku sudah habis.... Ketakutan yang teramat sangat menikam jantung ini... Ya tuhan.....

"koen ngerti sopo pengeranku !? Saiki aku njalok koen ngucapno syahadat marang Gusti Allah, kalian netepno Muhammad iku rojo menungsomu, opo koen sanggup !!!??"-

-(Kamu tahu siapa tuhanku !? Sekarang aku minta kamu mengucapkam syahadat untuk Gusti Allah, dan menetapkan Muhammad itu raja manusiamu, apa kamu sanggup !!!??) Pintaku akan syarat yang harus dewi ucapkan

"Neg pancen koen gak iso, saiki munduro teko kene!!! gampangno dalanku! balikno koncoku lan dadio baturku!!!" (Kalau memang kamu tidak bisa, sekarang mundur dari sini!!! Mudahkam jalanku! Kembalikan temanku dan jadi pesuruhku!!!) ucapku dengan lantang dan menantang

Ketika ku ucapkan kalimat syahadat, dewi menjerit sejadi-jadinya Dia menjauh entah kemana... Hilang musnah atau pergi begitu saja dariku

Masih dengan kepala terputus dan darah yang memancur dari lehernya yang terkoyak, tubuh hendro temanku sudah tak bergerak lagi


--------------------------
Judul : Haru Mahameru
Penulis : Balakarsa
Source : https://twitter.com/balakarsa/status/1244567424399114240?s=09
-------------------------
close