Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kampung Adat Bena di Kaki Gunung Inerie, Desa Wisata Yang Mirip Zaman Batu


Kampung Adat Bena di Kaki Gunung Inerie, Desa Wisata Yang Mirip Zaman Batu

Pulau Flores tidak hanya memiliki Desa Wae Rebo yang menjadi objek wisata dunia tetapi terdapat juga satu desa yang bernama kampung tradisional Bena. Mengunjungi kampung Bena rasanya akan seperti kembali ke sejarah masa lalu di zaman megalitikum melalu mesin waktu. Kenapa hal demikian bisa terasa ? karena kamu akan melihat bentuk rumah adat yang sederhana dan kehidupan di dalamnya yang jauh dari sentuhan teknologi saat ini.

1. Luas dan Lokasi Kampung Bena

Kampung Bena memiliki panjang sekitar 375 meter dan lebar sekitar 80 meter. Secara administratif kampung Bena terletak di kabupaten Ngada, propinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya di desa Tiworiwu, kecematan Jerebuu. Sekitar 12,4 km atau 25 menit menggunakan kendaraan roda empat dari Bajawa Ibu Kota Kabupaten Ngada.

2. Keunikan Kampung Bena

Terletak di kaki gunung Inerie, membuat kampung adat yang satu ini tidak hanya menawarkan keunikan bentuk perkampungan rumah dan tradisinya, tapi juga pemandangan gunung Inerie yang mempesona dan memanjakan mata setiap wisatawan. Kampung ini memiliki lebih dari 45 buah rumah tradisional dengan batu megalitik besar yang saling berhadap-hadapan, bentuk kampungnya memanjang dari utara ke selatan dan terlihat seperti perahu.


3. Terdapat Nga’du dan Bagha

Di tengah-tengah kampung terdapat sebuah bangunan yang disebut oleh masyarakat Bena yakni Nga’du dan Bagha. Keduanya merupakan simbol leluhur kampung yang berada di halaman, kisanatapat, tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka. Nga’du berarti simbol nenek moyang laki-laki yang bentuknya menyerupai sebuah paying dengan bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk, hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang Ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan ketika pesta adat. Sedangkan Bagha berati simbol nenek moyang perempuan yang bentuknya menyerupai bentuk miniatur rumah.

4. Penduduk dan Tradisi Kampung

Mata pencaharian utama penduduk kampung Bena Bajawa ini yakni berladang bagi kaum laki-laki dan menenun bagi kaum perempuan, dimana hasil menenun dijual ke para wisatawan atau ke kota Bajawa. Penduduk kampung Bena masih meyakini keberadaan Yeta (dewa yang bersingga di gunung Inerie) yang melindungi kampung Bena. Penduduk Bena termasuk ke dalam Suku Bajawa dengan mayoritas penduduknya menganut Agama Katolik.

Di kampung ini pada awalnya hanya ada satu klan (sekelompok orang yang dipersatukan oleh perasaan adanya hubungan kekerabatan atau seketurunan, baik aktual maupun tidak) yakni klan Bena tetapi sekarang ditambah 8 klan yang lain yakni Dizi, Dizi Azi, Wahtu, Deru Lalulewa, Deru Solamae, Ngada, Khopa dan Ago. Pernikahan dengan suku lain melahirkan klan-klan baru yang sekarang ini membentuk keseluruhan penduduk kampung adat Bena.
close