Perjalanan Spiritual Kejawen Gunung Lawu Part2
Setelah sekian lama aku mencari dan memanggilnya, Sigit tidak meresponku hingga kejadian itu membuatku bingung.
Dalam hati aku bilang,
“Kemana perginya anak ini?”
Karena tidak juga bertemu Sigit yadi pun berfikir,
“Jangan-jangan Sigit sudah duluan ke Hargo Dalem dengan kakek yang katanya meminta rokok tadi?”
Akhirnya Akupun kembali ke tempat istirahatku tadi dan aku mengira kalau Sigit memang sudah duluan ke Hargo Dalem dan meninggalkanku.
Akupun segera melanjutkan perjalanan dan membawakan tas Sigit yang tertinggal.
Singkat cerita, sampailah Aku di Hargo Dalem, sesampainya disitu aku tidak juga melihat Sigit.
Aku berfikir,
“Mungkin Sigit sedang di tempat lain untuk mencari ayam Cendilaras”
Akupun segera meletakkan tasku dan tidak memikirkan Sigit lagi, aku segera mencari ayam Cendilaras itu, karena kata sang guru ayam Cendilaras itu cuma ada satu takutnya Sigit lebih dulu menemukannya.
Aku berkeliling di area Hargo Dalem untuk mencari ayam tersebut dan siapa tau dia juga bisa bertemu dengan Sigit.
Lama mencari, tapi Aku tidak juga bisa menemukan keberadaan Cendilaras begitu juga Sigit.
Karena merasa capek Aku beristirahat di sebuah batu besar dan berbaring di atas batu tersebut sambil berfikir dimana aku bisa menemukan ayam itu.
Aku hampir putus asa tapi tidak lama kemudian tiba-tiba aku mendengar seperti ada suara ayam berkokok sangat pelan, mendengar itu aku merasa sedikit senang dan segera mencari sumber suara tersebut.
Setelah menemukan sumber suara tersebut ternyata benar itu adalah se’ekor ayam Cendilaras yang sedang kucari dan aku langsung menangkapnya.
Aku merasa sangat senang karena aku sudah mendapatkan ayam itu terlebih dahulu tepat sebelum matahari terbit.
Saking senangnya aku langsung membawa ayam itu turun dan tidak lagi memikiran teman-temanku.
Sesampai di candi cetho ternyata sang guru sudah menungguku dan akupun segera memberikan ayam itu kepada sang guru.
Setelah kuberikan sang guru bertanya,
“Dimana teman-teman kamu Yad, kenapa kamu seorang diri?”
“Saya terpisah dengan Sigit selama perjalanan naik, dan Harun saya mengira dia menyerah dan kembali turun. Saya tidak tau mereka kemana” jawabku kepada guru.
Mendengar itu sang guru langsung terdiam sambil meletakan tangan di keningnya, seperti orang yang sedang berfikir.
Tidak lama kemudian sang guru mengatakan sesuatu kepadaku,
“Ya sudah sekarang kita pulang, nanti akan aku ceritakan tentang teman-temanmu setelah sampai di padepokan”
Akupun bingung dengan apa yang di maksud oleh guru dan kenapa guru meninggalkan Sigit dan Harun.
Tanpa banyak tanya akupun menurut dan mengikuti apa yang di katakan oleh sang guru, dan kami pulang.
Singkat cerita, sampailah kami di padepokan, sesampai di sana guru memintaku agar menaruh ayam itu di dalam kandang yang sudah disediakan oleh sang guru, setelah ayam itu kutaruh di dalam kadang aku kembali menghadap sang guru.
Disini sang guru menceritakan semua yang telah terjadi kepada teman-temanku, kalau ternyata Harun dan Sigit telah dibawa oleh jin ke alam lain.
Karena aku merasa yang paling tua diantara kami bertiga, akupun menangis setelah mendengar cerita dari sang guru, aku merasa sangat bersalah karena aku sudah membiarkan teman-temanku terpisah waktu itu.
Lalu sang guru menenangkanku sambil berucap,
“Kamu tidak usah khawatir, Harun dan Sigit pasti akan dikembalikan tapi entah kapan”
Mendengar itu aku sedikit lega meskipun aku tidak tau kapan teman-temanku akan kembali pulang.
Sang guru lalu memintaku agar membersihkan badan dan istirahat, setelah selesai istirahat sang guru memintaku untuk menghadapnya.
Mendengar perintah itu akupun segera mandi untuk membersihkan badan kemudian lanjut istirahat.
Sekitar sore hari aku bangun dan menghadap sang guru, ketika sedang menghadap guru memintaku agar melakukan puasa 7 hari 7 malam, karena itu adalah salah satu syarat untuk memperoleh ilmu kejawen yang kuinginkan.
Singkat cerita, 2 bulan lamanya aku tinggal di padepokan dan mengabdi kepada guru, selama 2 bulan itu aku terus mendo’akan kedua temanku yang waktu itu hilang di gunung lawu.
Singkat cerita, setelah sekitar 2 bulan lebih lamanya aku tinggal di padepokan, guru memintaku agar pulang untuk mengambil pakaianku, karena aku harus mengabdi di padepokan lebih lama lagi.
Akupun pulang ke kampung halamanku di Madiun yang hanya diberi izin oleh guru selama 14 hari.
Selama berada di rumah aku tidak berani keluar rumah karena takut orang tuanya Harun dan Sigit akan bertanya karena mereka tidak ikut pulang bersamaku.
Setelah 1 minggu berada di rumah aku kaget karena tiba-tiba ada orang yang datang kerumahku, aku takut kalau yang datang itu adalah orang tua Harun atau Sigit.
Aku memberanikan diri untuk melihat siapa yang datang, kalaupun itu adalah orang tua Harun dan Sigit aku harus berani mengatakan yang sebenarnya.
Setelah kubuka pintu ternyata yang datang kerumah itu adalah Harun.
Melihat kedatangan Harun aku benar-benar sangat terkejut, seakan aku tidak percaya kalau yang datang itu benar-benar Harun.
Aku langsung memeluk Harun sambil menangis bahagia, dan seketika itu juga aku ingat dengan apa yang pernah dikatakan oleh guru, kalau teman-temannya pasti akan pulang tapi entah kapan.
Akupun langsung mempersilahkan Harun untuk masuk dan kami berdua duduk di ruang tamu, lalu aku bertanya kepada Harun kemana dia selama ini.
Harunpun menceritakan semua yang dialaminya kepadaku tentang menghilangnya dia di gunung lawu waktu itu.
(Cerita dari Harun)
Ternyata ketika Harun selesai buang air kecil waktu itu dia merasa sedang berjalan berdua bersama Yadi tapi tiba-tiba dia tidak sadar dengan jalan yang dilaluinya itu, karena bingung Harun bertanya pada Yadi,
“Loh, ini kita ada dimana sih?”
Tapi aku tidak menjawabnya dan Harunpun hanya fokus berjalan dibelakangku.
Setelah lama berjalan tiba-tiba Yadi mengajak Harun untuk istirahat di bawah pohon, dan ketika sedang istirahat itu Harun merasa dirinya ngantuk.
Akhirnya secara tidak sadar Harunpun tertidur dibawah pohon itu.
Lama dia tertidur, lalu dia terbangun karena merasa ada sebuah rambut panjang yang menutupi seluruh wajahnya, sontak dia kaget lalu dia berfikir,
“Ini rambut siapa? Perasaan rambutnya Yadi tidak sepanjang ini?”
Setelah dilihat dengan jelas, ternyata itu memang bukan rambuntya Yadi melainkan rambut seorang pria yang wajahnya sangat menyeramkan, dan waktu terbangun itu Harun tidak melihat Yadi di sampingnya.
Dan yang lebih anehnya lagi setelah bangun itu tiba-tiba Harun berada di sebuah gubuk, padahal sebelum tidur tadi dia ingat dengan jelas kalau dia tertidur bersama Yadi di bawah pohon.
Karena takut, Harun pun segera berlari meninggalkan gubuk tersebut, dia berlari tanpa tujuan, hingga akhirnya dia tidak tau arah kembali dan tidak tau dimana dia berada, akhirnya dengan kebingungan dia hanya bisa berjalan terus tanpa tujuan.
Tidak lama kemudian dia melihat ada sebuah pohon yang sangat besar dengan akar yang menjalar dari pohon tersebut.
Harun pun berjalan kearah pohon itu dan duduk tepat dibawah pohon itu sambil merenung, bagaimana awalnya dia bisa sampai di tempat ini.
Akhirnya dia tau satu hal, bahwa yang berjalan didepanya waktu itu bukanlah Yadi, melainkan Jin yang sengaja menyesatkannya ke alam gaib.
Tidak lama kemudian dari kejauhan dia melihat ada sebuah perkampungan yang aneh dan beberapa orang yang berjalan mondar mandir tanpa tujuan, sama halnya seperti Harun.
Diapun berjalan menghampiri salah satu orang itu dan bertanya jalan pulang,
“Pak, saya mau tanya”
Tapi orang itu tidak meresponnya dan mengabaikan pertanyaan Harun, Harunpun tidak berputus asa, dia terus mendatangi satu per satu orang yang yang ada disitu dan hasilnya tetap nihil, dia tidak menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Akhirnya dia berinisiatif berjalan mengikuti salah satu orang tersebut, siapa tau orang ini bisa menuntunnya pulang.
Orang yang di’ikuti waktu itu adalah seorang kakek tua dengan wajah pucat dan berjenggot panjang menutupi seluruh lehernya.
Terus berjalan mengikuti kakek itu, tapi kakek itu malah menuntunnya kearah sebuah sungai, dan kakek tua yang di’ikutinya itu tiba-tiba berjalan kearah sungai tersebut dan menghilang begitu saja.
Harun semakin bingung dibuatnya dan dia semakin tidak tau dimana dia berada.
Dia hanya bisa terduduk lemas di tepi sungai sambil menangis meratapi nasibnya, hingga tidak terasa dia tertidur.
Lama dia tertidur, bangun-bangun ternyata hari sudah mulai terang, dan setelah bangun itu fikirannya semakin bingung hingga akhirnya dia linglung.
Lalu dengan keada’annya yang sudah tidak karuan dia berjalan menyeberangi sungai itu, dan setelah sampai diujung sungai dia melihat ada sebuah perkampungan lagi.
Diapun berjalan menuju ke perkampungan tersebut, sesampainya di perkampungan itu dia semakin bingung karena melihat banyak sekali orang yang sedang beraktifitas, dan Harun, dia hanya bisa melihat orang-orang itu sambil berjalan mengitari perkampungan tersebut.
Dia enggan bertanya pada orang-orang yang ada disitu karena dalam pikirannya pasti orang-orang ini tidak akan menjawabya seperti yang sudah dilakukan sebelumnya.
Terus berjalan mengitari kampung dan tanpa tujuan, karena merasa lapar dia mencoba mendatangi salah satu rumah yang ada disitu untuk meminta makanan.
Satu rumah didatanginya tapi penghuninya tidak memberinya makanan, lalu dia berjalan menuju kerumah yang lainnya dengan tujuan yang sama dengan hasil yang sama malah dia diusir dari rumah kedua yang didatanginya, akhirnya diapun terus mendatangi satu persatu rumah hingga rumah kelima penghuninya mau memberinya makanan.
Harun pun menerima makanan yang sudah diberikan kepadanya dan membawanya pergi kedalam hutan dan memakan makanan itu di hutan.
Setelah selesai makan dia merasa haus dan akan kembali ke rumah tadi untuk meminta air.
Ketika sedang berjalan menuju rumah yang akan ditujunya, Harun melihat ada sebuah sumur tua yang sudah berlumut. Dia berjalan mendekati sumur tersebut untuk melihat apakah sumur itu ada airnya, setelah dilihat ternyata benar, sumur itu berisi air yang sangat jernih dan bisa diminum.
Harun segera mengambil air sumur itu dan meminumnya, setelah meminum air sumur itu dia membasuh wajahnya dengan air tersebut.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya