LAILATUL QADAR SEUNTAI NASIHAT DI AKHIR RAMADHAN
KompasNusantara - Saudara rahimakumullah ketahuilah, 10 hari terakhir Ramadhan adalah penentuan apakah baik atau buruk amalan kita selama Ramadhan, berdasarkan keumuman hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
"Dan hanyalah amalan itu tergantung pada penutupnya."[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu'anhu]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Yang menjadi ukuran adalah sempurnanya penutupan, bukan kurangnya permulaan." [Majmu’ Al-Fatawa, 15/55]
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Wahai hamba-hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan telah bertekad untuk pergi, dan tidak tersisa waktunya kecuali sedikit, maka siapa yang telah berbuat baik di dalamnya hendaklah ia sempurnakan, dan siapa yang telah menyia-nyiakannya hendaklah ia menutupnya dengan amalan yang lebih baik.” [Lathooiful Ma’arif, hal. 216]
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Sungguh Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada lailatul qodar. Dan tahukah engkau apa lailatul qodr itu? Lailatul qodr adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Turun para malaikat dan Jibril pada malam itu dengan izin Rabb mereka untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan keselamatan sampai terbit fajar.” [Al-Qodr: 1-5]
KEMULIAAN MALAM LAILATUL QADAR
Surat Al-Qodr adalah satu surat penuh yang berbicara tentang kemuliaan lailatul qodr. Diantara kemuliaannya yang dijelaskan dalam surat yang mulia ini:
1) Malam yang Penuh Berkah
Lailatul qodr adalah malam yang penuh dengan kebaikan yang melimpah, ketenangan dan keselamatan, malam yang dimuliakan dengan turunnya Al-Qur’an, sebagaimana pada ayat yang lain Allah ta’ala menegaskan,
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” [Ad-Dukhan: 3-4]
2) Nilai Amal Shalih Dilipatgandakan Menjadi Lebih Baik dari Amalan 1000 Bulan
Amal shalih pada malam itu lebih baik dari amal shalih yang dilakukan selama 1000 bulan (83 tahun 4 bulan) tanpa lailatul qodr, padahal jika seseorang hidup selama itu belum tentu dia memiliki amalan senilai itu apalagi lebih besar. Asy-Syaikh Abdur Rahman As-Si’di rahimahullah berkata,
فالعمل الذي يقع فيها، خير من العمل في ألف شهر خالية منها
“Amalan yang dilakukan ketika lailatul qadr lebih baik dari amalan selama seribu bulan tanpa lailatul qodr.” [Tafsir As-Si’di, hal. 931]
Dan ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa keutamaan tersebut bersifat umum, siapa saja kaum muslimin yang beramal di malam tersebut maka insya Allah ia akan mendapatkan keutamaannya, tidak khusus orang-orang tertentu saja. Sama saja apakah ia menyadari malam itu lailatul qodr atau tidak.
3) Banyaknya Malaikat yang Turun bersama dengan Berkah dan Rahmat Allah ‘Azza wa Jalla
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya malaikat di malam tersebut di muka bumi lebih banyak dari jumlah batu-batu kerikil.” [HR. Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 2205] Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Banyaknya malaikat yang turun di malam tersebut karena keberkahannya yang melimpah, dan malaikat turun bersama dengan turunnya berkah dan rahmat.” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/444]
4) Malam Penentuan Takdir Tahunan
Al-Imam Qotadah rahimahullah berkata,
يقضى فيها ما يكون في السنة إلى مثلها
“Ditetapkan pada malam itu apa yang akan terjadi selama satu tahun sampai tahun berikutnya.” [Tafsir Ath-Thobari, 24/534]
5) Malaikat Mendoakan Orang yang Beribadah
Para malaikat mengucapkan salam (mendoakan keselamatan) untuk orang-orang yang beribadah di malam tersebut. Al-Imam Asy-Sya’bi rahimahullah berkata, “Malaikat mendoakan keselamatan ketika lailatul qodr untuk orang-orang yang beribadah sampai terbit fajar.” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/444]
KAPAN LAILATUL QADAR ?
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Carilah lailatul qodr pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah Radhiyallahu Anha] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda, “Carilah lailatul qodr pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir Ramadhan.” [HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Dua Cara Menghitung Malam Ganjil Pertama: Dihitung dari depan, yaitu malam 21, 23, 25, 27 dan 29.
Kedua: Dihitung dari belakang (malam-malam yang tersisa), yaitu 9, 7, 5, 3 dan 1 hari yang tersisa.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Carilah lailatul qodr di sembilan malam yang tersisa, tujuh malam yang tersisa dan lima malam yang tersisa.” [HR. Al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda, “Maka carilah lailatul qodr di sepuluh malam terakhir Ramadhan, carilah di malam ke 9, 7 dan 5 (yang tersisa).” [HR. Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu]
TANDA-TANDA LAILATUL QADAR
[Matahari Terbit di Pagi Harinya Tidak Menyilaukan] Dikatakan kepada Ubay bin Ka’ab radhiyallahu’anhu: Dengan apa engkau mengetahui malam lailatul qadr? Beliau berkata: Dengan tanda yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
“Beliau mengabarkan kepada kami, bahwa matahari terbit di pagi harinya seperti baskom, tidak memiliki cahaya yang menyilaukan.” Inilah tanda yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang termasuk tanda yang paling masyhur dalam hadits.
[Malam yang Jernih dengan Bulan yang Bercahaya]
Dan juga diriwayatkan tentang tanda-tandanya, “Bahwasannya lailatul qodr adalah malam yang jernih (bulannya) lagi bercahaya.
[Tidak Terlalu Panas]
Malam yang udaranya tidak terlalu panas
[Tidak Terlalu Dingin]
Tidak pula terlalu dinggin. Dan bisa jadi Allah ta’ala menampakkan malam itu bagi sebagian orang ketika tidur maupun terjaga, maka mereka dapat melihat cahaya-cahayanya, atau melihat orang yang mengatakan kepadanya inilah lailatul qadr, dan bisa jadi pula dibuka hati seseorang untuk dapat menyaksikan lailatul qadr. Wallahu Ta’ala A’lam.” [Majmu’ Fatawa, 25/284-286] Perintah Mencari Lailatul Qodr Termasuk sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah bersungguh-sungguh ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadhan demi mendapatkan pahala lailatul qodr yang melimpah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Carilah lailatul qodr pada sepuluh malam terakhir
Ramadhan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,
“Maknanya: Bersemangatlah mencari lailatul qodr dan bersungguh-sungguhlah dalam beribadah di waktu itu.” [Syarhu Muslim, 8/58]
AMALAN AMALAN 10 HARI TERAKHIR RAMADHAN
1) Meningkatkan Ibadah dan Lebih Semangat
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi waktu yang lainnya.” [HR. Muslim]
“Dianjurkan untuk semangat beribadah di siang hari seperti semangat di malam hari.” [Lathooiful Ma’aarif, hal. 204]
Ibadah yang ditekankan di sini adalah ibadah-ibadah yang bersifat pribadi, seperti sholat-sholat sunnah, membaca Al-Qur’an, doa, dzikir, istighfar, taubat dan yang semisalnya di sepuluh hari terakhir Ramadhan.
2) Lebih Fokus Ibadah dan Mengajak Keluarga
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata, “Nabi shallallahu’alaihi wa sallam apabila masuk sepuluh hari terakhir Ramadhan maka beliau mengencangkan sarungnya (tidak berhubungan suami istri), menghidupkan malamnya (dengan memperbanyak ibadah) dan membangunkan keluarganya (untuk ibadah).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
3) I’tikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata, “Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau masih melakukan i’tikaf sepeninggal beliau.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim] Maksud dan hikmah i’tikaf adalah,
تسليم المعتكف: نفسه، وروحه، وقلبه، وجسده بالكلية إلىعبادة هللا تعالى، طلباً لرضاه، والفوز بجنته، وارتفاعالدرجات عنده تعالى، وإبعاد النفس من شغل الدنيا التي هيمانعة عما يطلبه العبد من التقرب إلى هللا عز وجل
“Orang yang beri’tikaf menyerahkan dirinya, ruhnya, hatinya dan jasadnya secara totalitas untuk beribadah kepada Allah ta’ala, demi mencari ridho-Nya, menggapai kebahagian di surga-Nya, terangkat derajat di sisi-Nya dan menjauhkan diri dari semua kesibukan dunia yang dapat menghalangi seorang hamba untuk berusaha mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla.” [Ash-Shiyaamu fil Islam, hal. 459]
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Makna i’tikaf dan hakikatnya adalah memutuskan semua
interaksi dengan makhluk demi menyambung hubungan dengan khidmah (beribadah secara totalitas) kepada Al-Khaliq.” [Lathooiful Maarif, hal. 191]
Akan tetapi di masa tersebarnya wabah penyakit menular, dan pemerintah serta ahli kesehatan menghimbau untuk beribadah di rumah demi memutus rantai penyebaran wabah, maka tidak boleh i’tikaf di masjid. Namun tidak pula i’tikaf di rumah, karena tempat i’tikaf di masjid, maka dapat diganti dengan memperbanyak ibadah di rumah, di sepuluh hari terakhir Ramadhan.
4) Meningkatkan Sholat Tarawih Terutama saat Lailatul Qodr
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa sholat malam saat lailatul qodr karena iman dan mengharapkan pahala maka akan diampuni dosa- dosanya yang telah lalu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu] Sahabat yang Mulia An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhuma berkata,
“Kami sholat bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di bulan Ramadhan malam ke 23 sampai sepertiga malam yang pertama, kemudian kami sholat lagi bersama beliau malam ke 25 sampai pertengahan malam, kemudian kami sholat lagi bersama beliau malam ke 27 (sampai akhir malam) hingga kami mengira bahwa kami tidak akan sempat makan sahur.” [HR. An-Nasaai, Sholatut Tarawih,hal 10]
5) Doa Lailatul Qodr
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata, “Wahai Rasulullah, doa apakah yang aku baca apabila aku mendapati lailatul qadr? Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: Engkau mengucapkan,
‘Allahumma innaka ‘Afuwwun tuhibbul ’afwa fa’fu anniy’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi mencintai pemaafan, maafkanlah aku).” [HR. Ahmad, At-Tirmidzi, An- Nasai dan Ibnu Majah, Ash-Shahihah: 3337] Membaca doa ini dilakukan sendiri-sendiri, tidak berjama’ah, karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
SEMOGA BERMANFAAT