BERHALA PERTAMA
KompasNusantara - Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwwa‘, Yaghuts, Ya‘uq dan Nasr.” [Q.S Nuh : 23]
Begitulah perkataan suatu kaum yang berawal beriman kemudian ingkar dan menyembah Tuhan yang salah. Nama-nama tersebut adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nabi Nuh (عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ).
Sepeninggalnya orang shalih tersebut setan membisikkan kepada kaumnya agar mendatangi majelis-majelis mereka dan kemudian membuat gambar dalam bentuk patung yang diberi nama sesuai dengan nama-nama mereka bertujuan untuk mengenang keshalihannya. Namun, begitu halusnya bisikan setan hingga mereka tiada sadar bahwa hal tersebut adalah awal dari tipu daya yang sangat menyesatkan.
Wadd adalah laki-laki shalih dan sangat dicintai oleh kaumnya. Tatkala ia meninggal dunia, maka bersedihlah kaumnya di dekat kuburannya. Iblis yang melihat hal tersebut sebagai suatu celah untuk menyesatkan lantas menjelma menjadi manusia dan berkata, “saya melihat kalian sedang gelisah atas kematian orang ini. Maukah kalian aku buatkan gambar orang ini dan diletakkan di tempat-tempat ibadah kalian sehingga kalian bisa dengan mudah mengingatnya?” Mereka menjawab, “Ya”.
Kemudian Iblis membuatkan gambar Wadd untuk mereka yang kemudian mereka letakkan disetiap tempat ibadah mereka. Dan lebih jauh lagi, Iblis berhasil menghasut mereka untuk dibuatkan gambar serupa untuk mereka letakkan disetiap rumah-rumah mereka dengan tujuan untuk mengenang keshalihannya. Generasi terus berganti, anak cucu mereka melihat apa yang mereka lakukan tanpa benar-benar paham dan tak yakin betul siapa sosok gambar yang selalu terpampang.
Hingga puncaknya, gambar tersebut bukan lagi menjadi kenangan namun justru berubah menjadi sebuah penyembahan. Mereka mengubah gambar tersebut menjadi sebuah berhala-berhala yang kerap mereka sembah.
Ya, begitulah tipu daya iblis dan bala tentaranya. Berawal seakan baik nan indah namun bisa berujung petaka yang berbahaya. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada-NYA kita memohon pertolongan untuk melakukan setiap ibadah.
Dari penyimpangan besar tersebut, maka Allah utus Rasul pertama untuk menyelamatkan umat manusia dari jurang kesesatan.
Referensi :
Arifin, B. (2015). Rangkaian Cerita Al-Qur'an. Jakarta: Zahira.
Katsir, I. (2017). Kisah-kisah Para Nabi. Solo: Insan Kamil.