SIDRATUL MUNTAHA YANG TERLETAK DI LANGIT KE TUJUH
Dari Asma binti Abu Bakar, yang mengatakan, bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda tentang Sidratul Muntaha, "Seorang penunggang kuda terbaik menempuh perjalanan seratus tahun di bawah naungan satu dahannya. Beliau juga bersabda, "Di bawah dahannya seratus pengendara bernaung. Di sana terdapat tanah lapang yang terbuat dari emas. Buah-buahannya beranjang-ranjang."
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Aku melihat Shidratul-Muntaha di langit ke tujuh. Buahnya seperti kendi daerah Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam. Kemudian aku bertanya, “Wahai Jibril, apakah keduanya ini?” Dia menjawab, “Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua yang di luar itu adalah Nil dan Eufrat. (HR. Bukhari 3207)
Dari Asma bintu Abu Bakr radhiyallahu ‘anhuma, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang Sidratul Muntaha, "Orang yang naik kuda baru bisa melintasi bayang-bayangnya selama seratus tahun atau seratus penunggang kuda, bisa dinaungi bayang-bayangnya, di sana ada laron dari emas, buahnya seperti kendi besar. (HR. Turmudzi 2541 dan beliau menilai: Hasan Shahih).
Sidrah artinya pohon Sidr (bidara), sama nama namun beda hakekatnya. Muntaha artinya puncak. Ibn Abbas mengatakan, dinamakan sidratul muntaha (pohon puncak) karena ilmu malaikat puncaknya sampai disini. Tak ada yang bisa melewatinya, keecuali Rasulullah Saw.
Dan diriwayatkan dari Ibn Mas'ud, bahwasanya dinamakan sidratul muntaha karena ketetapan Allah yang turun pangkalnya dari sana, dan semua yang naik ujungnya ada disana.
Gambar hanya sebagai ilustrasi.
Fakta ini dikutip dari buku terjemahan kitab "Hadil Arwah ila Biladil Afrah" karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dengan judul Surga yang Allah Janjikan.
Semoga bermanfaat
Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.
Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).
Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.
Wallahu a’lam bis-shawab.