Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KETIKA LANGIT DIBUKA UNTUK SEMUA PINTA

Lelaki itu terlihat tergugu. Pundaknya berguncang naik turun menahan emosi yang membuncah. Di balik masker yang menutup sebagaian wajahnya, terlihat air mata yang menderas.

Kursi-kursi lipat kecil itu berderet rapi di tengah lapang. Orang-orang berpakaian ihram terlihat mengangkat tangan.

Ada yang duduk, ada yang berdiri. Semua menghadap ke arah yang sama, sesekali kepala mereka tengadah menatap langit.

Suasana di dalam Masjid Namira tak jauh berbeda. Orang-orang yang hanya mengenakan dua lembar kain ihram terpekur di atas karpet tebal. Kepala mereka tertunduk mendengarkan khutbah wuquf.

Saya tak pernah melewatkan momen khutbah wuquf yang diisiarkan secara langsung setiap tahun dari padang Arafah. Ba’da Dzuhur di sana, sekitar pukul 16.00 waktu Jakarta.

Saat jamaah menderaskan doa, saya pun ikut bercucuran air mata. Seperti melihat video kehidupan, rentetan dosa dan kesalahan berkelebatan.

Namun bisik lembut itu selalu terdengar, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.”

Kelu rasa lidah ketika harus mengucap sesuatu. Rasanya tak pantas untuk sebuah pinta, sementara dosa tak berbilang jumlahnya.

Di antara sedu sedan, saya bisikkan apa yang dihajatkan. Sungguh saya yakin, doa-doa yang dideraskan hari ini lebih cepat sampai ke pintu langit.

Sebesar apa pun permasalahan, ada Allah Yang Maha Besar. Karenanya kita deraskan kalimat takbir, untuk membesarkanNya sekaligus mengecilkan semua problem manusia.

Tak ada yang mustahil bagiNya, karena DIA Sang Maha Pembuka. Diajarkanya untuk menyebut, “Yaa Fatah,” sebelum memulai pinta.

DIA akan angkat selubung yang selama ini menjadi penyekat. DIA berikan jalan yang tak pernah terlihat oleh manusia meski sesaat.

Di Arafah terdapat Jabal Rahmah yang bermakna bukit cinta. Tempat di mana Adam kembali dipertemukan dengan ibunda Hawa.

Di tempat itu pula Ibrahim dan keluarganya memberikan bukti cinta. Melalui pengorbanan ketiganya. Dengan keteguhan hati Sang Nabi melaksanakan perintah yang muncul dalam mimpi.

Ibunda Hajar, perempuan hebat itu meyakini tak ada takdir yang “salah alamat”. Ia jalani semua ketetapanNya sepenuh hati.

Ismail putra yang sabar, ia berikan apa yang dipinta tanpa sedikitpun keraguan di hati.

Alangkah indahnya syariat ini, berkurban dijadikanNya sebagai bukti cinta. Hingga Ibrahim mendapat gelar Al Khalil: kekashNya.

Inilah saatnya,

Ketika langit dibuka untuk semua pinta

Pertaubatan diterima

Doa dan air mata sama derasnya

Ampuni kami

Ijabah doa-doa ini

Izinkan kami menikmati jamuanMu lagi

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qodir


BACA JUGA : Kisah Malaikat Maut Menangis Ketika Hendak Mencabut Nyawa Seorang Perempuan


close