Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH HARU MAHAMERU-Selamat Jalan Hanafi

Siapapun yang membaca postingan ini saya minta tolong untuk turut mendo'akan almarhum Hanafi.

Saya akan menuliskan kisah perjalanan almarhum.

Sebelumnya saya berterima kasih kepada bang Upit Saha yang sudah menceritakan perjalanannya bersama almarhum waktu itu.
Berikut Kisahnya;
Sebelum meninggal Hanafi punya 2 keinginan, yang pertama dia ingin ke Gang Potlot, karena dia adalah anak Slankers.
Keinginan pertamanya sudah terpenuhi bersama sahabatnya anak Slankers Jombang.
Keinginan keduanya dia ingin menginjakan kakinya di Gunung Semeru, dan keinginan ini terpenuhi bersama dua sahabatnya yaitu Saha dan Faruq.

Ada banyak kisah mengharukan dalam perjalanan mereka pada waktu itu, hingga akhirnya Hanafi menghembuskan nafas terakhirnya di Ranu Kumbolo setelah keinginannya sudah terpenuhi.
Waktu itu pertengahan bulan Desember 2009, Mapala Indonesia mengadakan acara napak tilas Soe Hok Gie ke Gunung Semeru.
Soe Hok Gie adalah seorang aktivis sekaligus penulis yang mendirikan Mapala UI, Mapala pertama di Indonesia.
Soe Hok Gie meninggal di usia yang relatif muda pada 16 Desember 1969, hanya beberapa jam sebelum ulang tahunnya yang ke-27.
Soe Hok Gie meninggal di puncak Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa karena menghirup gas beracun.
Dalam acara napak tilas itu pesertanya dari semua komunitas pecinta alam se indonesia.

Nah mendengar kabar itu, Saha dan ketiga temannya ada Faruq, Herman dan Hanafi berencana ikut serta dalam acara napak tilas tersebut untuk mewakii kota Jombang dan membawa nama Jago Adventure.

Dianatara mereka berempat, Herman lah yang sebumnya sudah pernah mendaki ke Gunung Semeru, jadi setidaknya mereka sudah ada teman yang udah pernah kesana, jadi bisa merangkul mereka yang belum pernah ke Gunung Semeru.
Singkat cerita setelah 1 hari sebelum pemberangkatan acara napak tilas soe hok gie, tiba-tiba Herman memberi kabar kalau dia tidak bisa ikut serta dalam acara tersebut. Mendengar kabar itu mereka sedikit tersentak dan berunding kembali, karena disisi lain kondisi keuangan mereka sangatlah menipis. Hanafi coba mengajak salah satu temannya untuk ikut menggantikan Herman, tapi temannya gak bisa karena mendadak dan belum ada persiapan sama sekali, disisi lain keuangan teman yang diajaknya itu juga menipis. Hanafi coba merayunya lagi agar mau ikut dengan kata-kata,

"Udahlah ayo ikut, masalah uang yang penting cukup untuk berangkat, urusan pulang gampang"
Tapi temannya tetap tidak bisa ikut, karena disisi lain dia juga tidak ada persiapan fisik sama sekali untuk mendaki ke Gunung Semeru.
Akhirnya mereka (Saha, Hanafi dan Faruq) memutuskan untuk tetap berangkat bertiga.
Ke'esokan harinya mereka berangkat dari Jombang ke Tumpang
(Tumpang adalah salah satu daerah di Malang)
Sesampai disana mereka sempat berdiskusi lagi karena keuangan semakin menipis, dan di tumpang mereka bertemu dengan peserta napak tilas lainnya.
Saha bertanya pada Hanafi,

"Gimana Mang uangnya cukup nggak untuk kita ke Ranupani?"
Amang adalah nama panggilan dari Hanafi.
Lalu Hanafi menjawab,
"Sebenernya kurang, ini cuma cukup kita sampai Ranupani doang, dan untuk turunya gak cukup"
"Terus gimana? Apa kita tetep berangkat?", Tanya Saha kepada Hanafi.
"Udah kita tetep berangkat, untuk turunnya gampang, kita bisa numpang mobil sayur yang ke arah Lumajang, nanti kita kerumahku dulu, baru setelah itu kita balik ke Jombang", jawab Hanafi.

Tempat tinggal Hanafi adalah di Lumajang, tapi tinggal di Jombang untuk sekolah dan kuliah, disana dia tinggal dengan bibinya.
Akhirnya mereka berangkat ke Ranupani dengan menaiki kendara'an hardtop bersama peserta napak tilas lainnya.
Sesampai di Ranupani mereka berkumpul dengan peserta napak tilas lainnya dari berbagai daerah.
Sesampai di Ranupani mereka sempat berunding lagi soal keuangan untuk turun, dan satu kata dari Hanafi yang masih di'ingat,

"Nanti setelah ini kita pulang ke rumahku dulu ya, kalo udah sampai di rumahku dapat uang terus kita balik ke Jombang"

Setelah berunding akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat, pada waktu itu pendakian Gunung Semeru gak se-ramai sekarang, bahkan dulu tiket masuk pun belum ada.

Perjalanan itu di bagi menjadi sekitar tujuh kelompok, Saha, Hanafi, dan Faruq mendapat kelompok terakhir, dan di kelompok itu kebanyakan pendaki udah senior.
Mulai berjalan, mereka berjalan dengan pelan sambil sesekali break untuk membuat kopi.
Mereka heran dengan para senior, ternyata kalau jalan santai banget sampai sempat membuat kopi dulu karena saking santainya dan waktu itu mereka tidak ada kendala sama sekali, kondisi mereka sangatlah fit.
Singkat cerita sampailah mereka di Ranu Kumbolo, sesampai disitu mereka break sambil merasakan indahnya danau ranu kumbolo.
Semua orang pasti akan kagum dengan keindahan danau Ranu Kumbolo.
Setelah puas beristirahat di Ranu Kumbolo, kurang lebih jam dua siang mereka lanjut berjalan ke Kalimati, di perjalanan mereka sangat have fun dan tidak lupa membuat kopi di sela-sela perjalanan hingga sampailah mereka di Kalimati, sesampai di Kalimati Hanafi sangat senang karena sudah bisa melihat puncak Mahameru.
Sesampai disitu mereka mendirikan tenda dan beristirahat karena nanti jam sebelas malam mereka berencana akan summit ke puncak Mahameru.

Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, mereka semua bersiap-siap akan berjalan ke puncak Mamaheru, dan di kelompok 7 itu yang naik ada 5 orang termasuk mereka bertiga.
Sebelum berjalan mereka sempat berfikir,

"Ini beneran ya kita akan naik ke puncak".
Seakan gak percaya gitu, soalnya pas waktu di Kalimati itu kondisi mereka sudah sangat kecapekan, berbeda dengan kondisi sebelum sampai di Kalimati tadi.
Akhirnya mereka memutuskan untuk tetep naik dan meminum suplemen agar bisa fit lagi.
Sebenernya waktu itu yang dikhawatirkan Saha adalah Faruq, karena Faruqlah yang lebih muda diantara mereka bertiga.

Berjalan dengan langkah pelan, sampailah mereka di Arcopodo, sesampai disitu langkah kaki semakin pelan, karena kondisi jalan menanjak yang penuh pasir dan berdebu.
Waktu itu kondisi Hanafi terlihat fit di depan Saha, tapi sebenernya Saha tau kalau Hanafi sangat kecapekan tapi dia tidak ingin membebani temannya dan Saha sebenernya sudah menunggu kata-kata Hanafi, "kalau memang capek ya nggak usah dilanjut mending kita turun aja".
Tapi Hanafi tetap bersikokoh untuk tetap lanjut berjalan ke puncak hingga akhirnya sampailah mereka di Cemoro Tunggal (pohon terakhir).
Sesampai disitu mereka senang karena bisa melihat lampu-lampu dari pendaki lain yang udah berjalan duluan diatasnya.
Mereka merasa udah berjalan paling belakang padahal sbenernya dibelakang mereka masih ada pendaki lain tapi masih jauh.
Tidak lama kemudian mereka lanjut berjalan naik dengan posisi Faruq di depan, Saha di tengah dan Hanafi di belakang.
Terus berjalan ketika sudah sampai di pertengahan antara Cemoro Tunggal dan puncak disitu barulah terlihat kalau Hanafi memang benar-brnar kelelahan, dia terduduk letih sambil menatap kebawah, sedangkan Faruq sudah berjalan lumayan jauh diatas.
Saha bertanya pada hanafi,

"Mang, kalau memang capek kita turun aja gpp".
Tapi hanafi tetap ingin lanjut ke puncak dan bilang,
"Kamu duluan susul Faruq, nanti aku nyusul".

Mendengar itu Saha berjalan duluan dan meminta Faruq untuk berhenti.
Sesampai saha di tempat Faruq, Hanafi menyusul, sesampai Hanafi di tempat Saha, Faruq berjalan.
Jadi jalan mereka saling menyusul.
Pagi telah tiba, terlihat matahari mulai terbit menyinari perjalanan mereka, dan disitu semua ego mulai terlihat.
Faruq tetap berjalan duluan karena ingin cepat sampai di puncak.
Saha dan Hanafi sempat berhenti lumayan lama sambil membayangkan,

"Enak ya yang dibawah yang nggak ikut naik, bisa menikmati kopi"
Saat itu Hanafi sedang terduduk sambil menatap kebawah, lalu Baha bilang,
"Gimana Mang? Aku duluan nyusul Faruq lagi ya nanti kamu nyusul aku".
Hanafi bilang iya.

Lalu Saha berjalan duluan meninggalkan Hanafi dan menyusul Faruq.
Sesampai Saha di tempat Faruq berjalan, ternyata Hanafi tidak menyusulnya.
Saha sudah berfikir kalau Hanafi memang benar-benar sudah kelelahan.
Setelah lama menunggu Saha dapat pesan pendaki yang mau naik,

"Mas, ini mas saha ya dari Jombang"
"Iya mas betul", jawab Saha.
"Tadi saya dapat pesan dari temennya dibawah katanya dia mau balik turun", kata pendaki yang akan naik itu,
"Oh iya mas terima kasih", jawab Saha.

Melihat Faruq yang udah berjalan jauh diatas Saha bingung antara kembali turun atau menyusul Faruq diatas, sementara puncak sudah terlihat dekat.
Lalu Saha titip pesan kembali melalui pendaki yang akan turun waktu itu,

"Mas nanti kalau ketemu pendaki dari Jombang tolong bilangin ke dia kalau saya ke puncak dulu sebentar, nanti saya susul setelah kembali dari puncak"
Lalu Saha bergegas berjalan keatas dan menyusul Faruq untuk ke puncak.
Setelah sampai di puncak Saha merasa menyesal karena tidak bisa berdiri di puncak Mahameru bersama-sama dengan Hanafi.

Di puncak mereka hanya sedikit berdokumentasi, yang penting sudah menunjukan kalau mereka perwakilan dari Jombang sudah sampai di puncak Mahameru.
Setelah itu Saha dan Faruq kembali turun untuk menyusul Hanafi.
Setelah sampai di jalur batu rock Saha melihat Hanafi sedang berjalan tertatih-tatih. Waktu itu hari udah lumayan siang.
Tadi yang niatnya hanafi ingin turun itu batal, karena mendengar pesan dari Saha yang dititipkan pada pendaki yang turun tadi.
Hanafi berusaha naik ke puncak untuk menyusul Saha dan Faruq.
Lalu saha menghampiri Hanafi yang waktu itu berjalan tertatih-tatih dan Saha bilang pada hanafi,

"Gimana mang, kita balik lagi ke puncak ta biar kamu bisa sampai ke puncak?"
"Tapi aku takut kalau ke puncak nanti asap wedhus gembel akan megharah ke puncak", jawab Hanafi yang sedang kelelahan.
Lalu saha mencoba untuk membuat Hanafi agar tidak kecewa.
"Yaudah Mang gpp, disini aja kamu udah sama seperti sampai di puncak kok".

Lalu saha meminta Hanafi untuk membuka bendera yang AWH yang dibawanya dan akan di foto untuk dokumentasi.
Setelah berdokumentasi Saha bilang,

"Udah kan, udah terpenuhi untuk sampai di Mahameru?"
"Lega ya rasanya bisa sampai disini"
Jawab hanafi sambil tersenyum.
"Yaudah sekarang sudah waktunya kita turun ya Mang", ucap Saha.

Mereka berdiri dari duduknya untuk bergegas turun, tapi Hanafi tidak berdiri, dia masih tetap di posisi duduknya berselonjoran.

Akhirnya Saha mengundur nitanya untuk turun waktu itu dan berdokumenrasi lagi.
Tidak lama kemudian hal yang sama terulang lagi, Faruq udah berjalan duluan, lalu Hanafi bilang pada Saha,

"Kamu duluan susul Faruq, nanti aku nyusul"

Sebelum Saha turun dulu untuk menyusul Faruq mereka bertemu dengan ketua kelompok 7 yang waktu itu juga akan turun.
Melihat itu Saha sedikit lega karena Hanafi ada temannya disitu dan dia bisa turun dulu untuk menyusul Faruq.
Berjalan turun, Saha dan Faruq berniat menunggu Hanafi di pohon terakhir, yaitu Cemoro Tunggal.
Setelah sampai di Cemoro Tunggal Saha dan Faruq duduk untuk menunggu Hanafi.
Lama menunggu, tapi Hanafi tidak juga terlihat. Karena sangat capek dan angin sepoi-sepoi mereka berdua tertidur di Cemoro Tunggal.
Tidak lama kemudian mereka terbangun dan melihat Hanafi belum juga datang menyusul, saha berfikir mungkin Hanafi sudah berjalan turun ketika mereka tertidur tadi.
Lalu saha mengajak Faruq untuk turun,

"Yaudah Ruq kita turun aja, mungkin tadi Amang udah jalan turun pas kita tidur, lagian Amang kan udah sama ketua kelompok tadi"
Dan mereka mereka berjalan turun.

Sesampai di Arcopodo Saha dan Faruq sempat berhenti lagi karena masih ragu, takutnya Hanafi masih diatas.
Tapi setelah lama menunggu Hanafi tidak kunjung datang, mereka berdua memutuskan untuk berjalan turun dan menunggunya di Kalimati.
Setelah sampai di Kalimati Saha mendapat kabar dari pendaki yang turun kalau diatas ada pendaki dari Jombang yang digendong karena kelelahan.
Tidak lama kemudian Saha melihat Hanafi sudah datang dan digendong sama ketua kelompok.
Melihat itu Saha langsung menghampirinya dan ganti menggendong Hanafi.
Saha menggendong hanafi ke shelter Kalimati, setelah sampai di shelter Hanafi langsung ditangani oleh tim medis napak tilas dari UI (Universitas Indonesia).
Ketika Hanafi sedang dalam penanganan tim medis, disisi lain Saha dan Faruq sedang rapat dengan peserta napak tilas lainnya dan membahas perjalanan turun.
Ketika sedang rapat tiba-tiba terdengar suara Hanafi dari dalam shelter sedang menggerung.
Mendengar itu Saha cepat-cepat datang ke shelter untuk menengeok keadaan Hanafi, ternyata disitu Hanafi terlihat sedang menggigil kedinginan hebat, lalu Saha memindahkan Hanafi ke dalam tenda agar lebih hangat.
Sesampai di tenda Hanafi masih tetap menggigil kedinginan sambil menggerung, Saha berfikir Hanafi sedang kesurupan, lalu dia bacakan doa-doa sebisanya.
Ketika Hanafi sedang menggigil kedinginan Hanafi sempat sebut-sebut nama cewek baju merah.
Nama cewek itu adalah Dian peserta napak tilas dari Jakarta.
Mendengar itu saha bertanya pada hanafi,

"Baju merah siapa mang? Dian ta?"
Tapi hanafi tidak menjawab dan hanya menggigil kedinginan.

Dian adalah wanita yang dikagumi Hanafi selama perjalanan napak tilas itu.
Tidak lama kemudian tiba-tiba Hanafi mengeluarkan busa dari mulutnya, melihat itu Saha sangat panik dia berfikir mungkin di dalam tenda ini terlalu pengap, lalu Hanafi dibawa keluar tenda ketika sudah berada diluar tenda tim medis datang untuk memberi pertolongan dengan memberinya oksigen, tapi oksigen dari tim medis tidak bertahan lama karena kehabisan.
Karena kehabisan bahan oksigen Saha mencoba memberi pertolongan dengan memberi nafas buatan pada Hanafi dengan memompa dadanya kemudian meniup bagian mulutnya, tapi busa yang keluar dari mulutnya Hanafi semakin banyak.
Saha tidak berputus asa, dia terus memberi nafas buatan pada Hanafi sambil dalam hati berkata,

"Ini temanku, aku gak mau kita pulang hanya berdua".

Tidak lama kemudian busa yang keluar dari mukutnya Hanafi sudah mulai berkurang.
Karena hari sudah mulai sore banyak kelompok yang memutuskan untuk turun dari Kalimati dan mau tidak mau mereka harus membawa Hanafi untuk turun ke Ranu Kumbolo malam ini juga, karena percuma kalau mau menunggu tim penolong dari bawa sampai disini, keburu keadaan Hanafi semakin memburuk.
Akhirnya saha memutuskan untuk mencari kayu dan menandu Hanafi turun ke Ranu Kumbolo dengan di bantu teman-teman lainnya.

Berjalan turun sambil menandu Hanafi.
Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba Saha merasa Hanafi sangat berat sa'at menandunya. Hal yang sama juga dirasakan teman-teman yang ikut membatu menandunya.
Padahal tadi pas digendong di Kalimati tidak seberat ini, rasanya yang dipikul itu seperti bukan hanya Hanafi, tapi ada orang lain.
Saha tidak ingin berfikir negatif, ya mungkin memang dia sedang kelelahan karena memikul sambil membawa tas carier.
Sesampai di Oro-oro Ombo mereka semua sempet berhenti karena kecapekan, disitu Saha melihat wajah Hanafi semakin pucat dan Saha membasuh wajah Hanafi sambil berkata,

"Mang tahan ya Mang, sebentar lagi kita sampai di Ranu Kumbolo dan kita akan pulang bareng".
Tidak lama kemudian mereka lanjut berjalan hingga sampai di Ranu Kumbolo pada jam 2 malam.

Beruntungnya pada tahun 2009 itu di Ranu Kumbolo sudah ada bangunan shelter dan Saha membawa Hanafi masuk kedalam shelter tersebut.
Waktu normal perjalanan dari Kalimati ke Ranu Kumbolo yang kurang lebih 4 jam, waktu itu ditempuh Saha dalam waktu 8 jam.

Sesampai di shelter mereka menidurkan Hanafi di dalam shelter, dan teman-teman lainnya memasak untuk mereka, mulai dari memasak air hangat, membuatkan teh, kopi dll.
Tidak lama kemudian Hanafi sudah tidak menggigil lagi seperti sebelumnya tapi Saha tetap yakin kalau Hanafi masih hidup, dia mencoba mendengar denyut nadinya Hanafi dan masih terasa walaupun lambat.
Malam itu Saha dan Faruq tidur di dalam shelter bersama Hanafi dengan posisi Saha di sebelah kanannya dan Faruq di sebelah kirinya.

Pagi pun tiba, kurang lebih jam 5 pagi mereka terbangun, ketika mereka terbangun Hanafi akan di cek ke'adaannya oleh tim medis napak tilas.
Mereka berdua keluar dari shelter untuk berkumpul dengan teman-teman lainnya.
Ketika sedang berkumpul tiba-tiba Saha mendengar dari mulut ke mulut kalau Hanafi sudah pergi dan sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
Faruq percaya kalau Hanafi sudah pergi, tapi Saha tetap tidak percaya.
Saha bilang pada faruq,

"Aku bisa percaya kalau Amang tidak ada kalau kita sudah sampai di Ranupani".

Karena tim penolong tidak kunjung datang ke Ranu Kumbolo akhirnya Saha memutuskan untuk membawa Hanafi turun dengan menandunya dengan kayu sambil dibantu teman-teman lainnya.
Ketika ditandu itu posisi Hanafi sudah menumpangkan tangannya diatas perut.
Ketika sudah sampai pos 4 barulah mereka bertemu dengan tim penolong, lalu Hanafi dibawa turun duluan oleh tim penolong kebawah.
Setelah hanafi dibawa tim penolong kebawah teman-teman yang lain menenangkan Saha dan Faruq,

"Sabar ya bang",

Tapi dalam hati Saha masih belum percaya sebelum dia sampai di Ranupani.
Tidak lama kemudian mereka lanjut berjalan turun, pos demi pos pun dilewati dan sampailah mereka di pos 2.
Disitu mereka bertemu dengan om Don, beliau adalah seorang Fotografer, lalu om Don berkata pada mereka berdua,

"Sabar ya mas, mungkin ini sudah takdir dari yang maha kuasa".

Mulai dari situ Saha sedikit percaya kalau Hanafi memang sudah tidak ada, tapi belum sepenuhnya percaya.
Lalu om Don memotret mereka berdua untuk berdokumentasi.

Singkat cerita sampailah mereka di pos 1, di pos 1 mereka dapat sinyal, kemudian Saha menelfon Babe untuk memberinya kabar.
(Babe adalah nama panggilan dari temannya Saha , Faruq dan Hanafi di jombang).
Dalam telfon Saha berkata,

"Be, sepurone yo sing wingi budal wong 3 saiki mung iso balik wong 2 tok"
Artinya : Be, ma'af ya, yang kemarin kita beramgkat bertiga, sekarang hanya bisa balik berdua.
Lalu babe menjawab,
"Maksudnya apa? yang jelas kalau ngomong"
"Ya kita gak bisa kembali bertiga Be", jawab Saha dengan sedih.
Lalu Faruq menyahut hpnya Saha dan bilang kepada Babe dengan singkat dan jelas.
"Be, Amang udah gak ada!"
Dari situ Babe tau kalau Hanafi sudah tidak ada.

Yang sebelumnya mereka tidak pernah nangis, seketika itu mereka nangis karena kepergian Hanafi.
Setelah itu mereka berjalan turun, ketika sampai di jalan aspal mereka dijemput dengan kendara'an motor dan diantar ke rumah salah satu warga Ranupani, sesampai disitu terlihat ramai oleh warga, polisi dan ambulance.
Dan disitu Saha baru percaya kalau Hanafi memang benar-benar sudah pergi dengan tenang.
Saha di'introgasi polisi tentang kejadian itu, ketika sedang di'introgasi Faruq pamit ke kamar mandi.
Lalu jenazah almarhum Hanafi dimasukan kedalam ambulance dan Saha diminta untuk ikut.
Saha bilang pada polisi,

"Sebentar pak, masih ada teman 1 lagi di kamar mandi"
"Udah gpp, biar nanti sama teman lainnya yang penting sekarang kamu ikut dulu", jawab pak polisi.

Jenazah almarhum Hanafi di bawa ke RS di daerah Lumajang.
Ketika sudah sampai di RS Saha melihat almarhun Hanafi sudah ada di kamar mayat.
Lalu saha ikut ke rumahnya Hanafi di Lumajang untuk ikut memakamkan almarhum.
Selama 7 hari Saha tinggal di rumah almarhum.
Keluarga almarhum sangat sedih atas keperigian almarhum, sampai-sampai meminta Saha agar tinggal aja disitu, karena perilakunya Saha selama di rumah itu, mirip sekali dengan perilaku almarhum ketika berada di rumah.
7 hari kemudian Babe dan Faruq datang kerumahnya almarhum untuk ziarah dan dan menjemput Saha untuk kembali ke jombang.
~~~SELESAI~~~

close