Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH ABU HANIFAH SAAT KECIL, YANG MENUMBANGKAN ULAMA SOMBONG DAN SESAT


Imam Abu hanifah رحمه الله‎, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi, mempunyai nama lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha Al-Kufi. Lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan.
Beliau رحمه الله‎ digelari dengan nama Abu Hanifah yang berarti suci dan lurus, karena sejak kecil Beliau رحمه الله‎ dikenal dengan kesungguhannya dalam beribadah,
berakhlak mulia, serta menjauhi perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fiqihinya dinamakan Mazhab Hanafi.

Pada masa Imam Abu Hanifah رحمه الله‎ masih kecil, sekitar umur 7 tahun, terdapatlah seorang ulama yang yang memiliki ilmu luas dan tiada bandingannya,
namanya Dahriyyah. Seluruh ulama pada waktu itu tak mampu menandinginya disaat berdebat, terutama dalam bab tauhid, oleh karena dialah yang merasa pintar.

Maka muncullah sifat kesombongannya bahkan na’udzubillah akhirnya ia berani mengatakan bahwa Allah ﷻ itu tidak ada, sayangnya para ulama juga tidak mampu mengalahkan dia dalam berdebat, lalu pada suatu pagi dikumpulkanlah para ulama disuatu majlis milik Syaikh Himad رحمه الله‎ guru Imam Abu Hanifah,
dan hari itu Abu Hanifah رحمه الله‎ yang masih kecil hadir dimajlis itu.

Maka Dahriyyah naik ke mimbar dan berkata dengan sombongnya dan congkaknya.

Dahriyah :
Siapakah diantara kalian hai para ulama yang akan sanggup menjawab pertanyaanku?
Sejenak suasana hening, para ulama semua diam,
namun tiba-tiba berdirilah Abu Hanifah رحمه الله‎ dan berkata,

Abu Hanifah رحمه الله‎ :
Omongan apa ini ? maka barang siapa tahu pasti ia akan menjawab pertanyaanmu.

Dahriyyah :
Siapa kamu hai anak ingusan, berani kamu bicara denganku, tidakkah kamu tahu, bahwa banyak yang berumur tua, bersorban besar, para pejabat, para pemilik jubah kebesaran mereka semua kalah dan diam dari pertanyaanku, kamu masih ingusan dan kecil badan berani menantangku ..!

Abu Hanifah رحمه الله‎ :
Allah ﷻ tidak menyimpan kemuliaan dan keagungan kepada pemilik sorban yang besar dan para pejabat, dan para pembesar, tetapi kemuliaan hanya diberikan kepada al-ulama.

Dahriyah : Apakah kamu akan menjawab pertanyanku ?

Abu Hanifah رحمه الله‎ : Ya aku akan menjawab pertanyaanmu dengan taufiq Allah ﷻ.

Dahriyyah : Apakah Allah ﷻ itu ada ?

Abu Hanifah رحمه الله‎ : Ya ada.

Dahriyyah : Dimana Dia ?

Abu Hanifah رحمه الله‎ : Dia, tiada tempat bagi Dia.

Dahriyyah : Bagaimana bisa disebut ada bila Dia tak punya tempat ?

Abu Hanifah رحمه الله‎ :
Dalilnya ada dibadan kamu, yaitu ruh, saya tanya, kalau kamu yakin ruh itu ada, maka dimana tempatnya?
Dikepalamu, diperutmu atau dikakimu?
Dahriah diam seribu basa dengan muka malu.

Lalu Abu Hanifah رحمه الله‎ minta air susu pada gurunya Syaikh Himad dan Beliau رحمه الله‎ bertanya pada Dahriyyah.

Abu Hanifah رحمه الله‎ : Apakah kamu yakin didalam susu ini ada manis?

Dahriyyah : Ya saya yakin disusu itu ada manis.

Abu Hanifah رحمه الله‎ :
Kalau kamu yakin ada manisnya, saya tanya apakah manisnya ada di bawah, atau ditengah, atau di atas?
lagi lagi Dahriyyah diam dengan rasa malu.

Lalu Abu Hanifah رحمه الله‎ menjelaskan :
seperti ruh atau manis yang tidak memiliki tempat, maka seperti itu pula tidak akan ditemukan bagi Allah ﷻ tempat di alam ini baik di arsy atau dunia ini.

Lalu Dahriyyah bertanya lagi.
Dahriyyah : Sebelum Allah ﷻ itu apa dan setelah Allah ﷻ itu apa?

Abu Hanifah رحمه الله‎ :
Tidak ada apa-apa sebelum Allah ﷻ dan sesudahnya tidak ada apa-apa.

Dahriyyah : Bagaimana bisa dijelaskan bila sebelum dan sesudahnya tak ada apa-apa?

Abu Hanifah رحمه الله‎ :
Dalilnya ada di jari tangan kamu, apakah sebelum jempol dan apakah setelah kelingking?
Dan apakah kamu bisa menerangkan jempol duluan atau kelingking duluan?
Demikianlah sifat Allah ﷻ. Ada sebelum semuanya ada dan tetap ada bila semua tiada. Itulah makna kalimat ada bagi hak Allah ﷻ.

Lagi-lagi Dahriyyah dipermalukan, lalu ia berkata:
Satu lagi pertanyaanku yaitu, apa perbuatan Allah ﷻ sekarang ini?

Abu Hanifah رحمه الله‎ : Kamu telah membalikkan fakta,
seharusnya yang bertanya itu di bawah mimbar dan yang di tanya di atas mimbar.

Akhirnya Dahriyyah turun dari mimbar dan Abu Hanifah رحمه الله‎ naik ke atas mimbar.

Dahriyyah : Apa perbuatan Allah ﷻ sekarang?

Abu Hanifah رحمه الله‎ :
Perbuatan Allah ﷻ sekarang adalah menjatuhkan orang yang tersesat seperti kamu kebawah jurang neraka dan menaikan yang benar seperti aku keatas mimbar keagungan.

Maha suci Allah ﷻ yang telah menyelamatkan Aqidah ahli sunnah wal jamaah melalui anak kecil.

Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Anak Kecil (Imam Abu Hanifah رحمه الله‎). Yang Menumbangkan Ulama Sombong dan Tersesat (Dahriyyah).

Mudah-mudahan kita dijauhkan dari sifat-sifat sombong. Mari kita teladani dari sifat Abu Hanifah رحمه الله‎ ini,walau dia masih kecil tapi ilmunya sungguh luar biasa.

Semoga bermanfaat

Di kutib dari:
Kitab Fathul Majid karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi Asy-Syafi’i رحمه الله‎.
~~~~~
Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.

Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).

Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.

Wallahu a’lam bis-shawab.
close