KISAH NABI MUSA MEMASUKI KEDIAMAN FIR'AUN
KISAH PARA NABI
KompasNusantara - Ulama tafsir menyebutkan, bahwa yang mengambil peti tertutup yang membawa Nabi Musa dari aliran sungai Nil adalah para selir kerajaan. Ketika itu mereka tidak berani untuk membukanya, maka mereka memutuskan untuk memberikan peti tersebut kepada istri Fir’aun, Asiyah binti Muzahim bin Ubaid bin Rayan bin Walid.
Kakek buyut Asiyah yang bernama Rayan bin Walid, adalah raja Mesir ketika zaman Nabi Yusuf terdahulu. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Asiyah ini bukan keturunan raja Mesir, melainkan berasal dari keturunan Bani Israil, masih berkerabat m dengan Nabi Musa. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa Asiyah itu adalah bibi Nabi Musa. Riwayat ini disampaikan oleh As-Suhaili.
Selanjutnya, ketika Asiyah membuka peti tersebut dan menyingkapkan kain yang menutupi bayi Musa, ternyata ia melihat seorang bayi mungil yang memiliki wajah sangat bersinar dengan cahaya kenabian.
Asiyah langsung jatuh cinta kepada bayi itu pada pandangan pertama. Namun tidak lama kemudian Fir’aun pun datang, lalu ia bertanya, “Apa ini?” Setelah Asiyah menerangkan kejadian tersebut, Fir’aun langsung memerintahkan kepada pasukannya untuk menyembelih bayi Musa.
Akan tetapi Asiyah langsung mencegahnya dan membela bayi Musa, ia berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu” (Al-Qashash: 9). Lalu Fir’aun berkata, “Bagimu mungkin bayi ini adalah penyejuk hati, tapi bagiku tidak sama sekali, aku tidak membutuhkannya.”
Lalu Asiyah berkata, “Mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita” (Al-Qashash: 9). Ternyata harapan Asiyah untuk mendapatkan manfaat dari bayi Musa dikabulkan oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Ketika di dunia ia ditunjukkan jalan kebenaran oleh Nabi Musa, dan ketika di akhirat ia akan masuk ke dalam surga karena mengikuti ajaran tersebut. “Atau kita ambil dia menjadi anak” (Al-Qashash: 9). Asiyah ingin mengangkat bayi Musa sebagai anaknya, karena mereka ketika itu memang belum dikaruniai seorang anak pun.
“Sedang mereka tidak menyadari” (Al-Qashash: 9). Yakni, mereka tidak mengetahui ternyata Allah telah menakdirkan bagi mereka untuk mengambil bayi tersebut, hingga di kemudian hari bayi itu akan meruntuhkan kekuasaan Fir’aun.
Wallahu a’lam.
Sumber:
Qashash Al-Anbiyaa’, Ibnu Katsir, hlm. 502-503 (Diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh H. Dudi Rosyadi, Lc.)
Semoga bermanfaat.
Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.
Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).
Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.
Wallahu a’lam bis-shawab.