Kisah Mukjizat Nabi Nuh dan Proses Pembuatan Bahteranya (Kapal)
KompasNusantara - Mungkin sudah pernah dengar tentang kisah mukjizat Nabi Nuh Alahissalam. Salah satu mukjizat paling terkenalnya adalah membuat bahtera (perahu) yang besar. Mukjizat itu tentu saja bisa terjadi atas izin Allah SWT.
Nah, dari kisah mukjizat Nabi Nuh itu, kita bisa mengambil nilai kesabaran dan ketabahan beliau yang luar biasa dalam menjalankan tugasnya untuk menyeru umat beriman kepada Allah SWT, sehingga menjadikan Nabi Nuh termasuk ke dalam golongan Ulul ‘Azmi.
Banyak kisah Kisah Nabi Nuh Alaihissalam yang dapat diceritakan. Namun, kisah yang paling populer adalah membuat bahtera (perahu besar) yang mampu menampung makhluk hidup agar selamat dari banjir besar.
Perahu besar ini menjadi salah satu mukjizat yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Nuh. Hingga saat ini, puing-puing perahunya pun masih menjadi misteri dan terus menarik perhatian para sejarawan serta para ahli untuk diteliti.
Biografi Singkat Nabi Nuh Alaihissalam
Nabi Nuh Alaihissalam adalah adalah putra dari Lamik bin Matta Syalih bin Idris. Jika dilihat dari silsilah keturunan sampai Nabi Adam, nama Nabi Nuh adalah: Nuh bin Lamik bin Mutawasysyilakh bin Khanukh (Nabi Idris) bin Yazid bin Malayil bin Qanin bin Anusy bin Syits bin Adam Alaihissalam.
Nabi Nuh merupakan Nabi yang ke 3 setelah Nabi Adam dan Nabi Idris. Disebutkan dalam kitab Ibnu Katsir tentang kisah para Nabi, Nabi Nuh merupakan keturunan Nabi Adam yang ke 9.
Sehingga jarak antara masa Nabi Adam dengan Nabi Nuh menurut riwayat sahih ahli sejarah islam adalah 10 abad lamanya. Hal ini juga disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Thabrani:
Saya mendengar Abu Umamah berkata, bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, Apakah Adam seorang Nabi?” Nabi Muhammad Bersabda: “Ya,” Orang tadi bertanya lagi: “Berapa jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh?” Beliau menjawab: “sepuluh abad,” H.R. Ibnu Hibban dan Thabrani.
Di dalam Al Quran, terdapat firman Allah SWT yang menyebutkan bahwa Nabi Nuh hidup selama 950 tahun:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمۡ ظٰلِمُونَ
Artinya:
Dan sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Ankabut: 14)
Perjalanan Dakwah Nabi Nuh Alaihissalam
Nabi Nuh diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 480 tahun. Allah SWT mengutus Nabi Nuh Alaihissalam kepada umat yang menyembah berhala. Nabi Nuh diberi tugas untuk mengajak Darmasyil dan kaumnya agar menyembah Allah semata dan meninggalkan berhala-berhala.
Darmasyil adalah keturunan Nabi Adam yang ke 4. Dia merupakan seorang pemimpin sekaligus raja yang zalim pada masa itu. Darmasyil dan kaumnya menyembah 5 berhala yang sangat mereka agung-agungkan, yaitu Wad, Siwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.
Nabi Nuh berdakwah selama 5 abad (500 tahun) sejak beliau diangkat menjadi seorang nabi dan rasul. Nabi Nuh sangat berjuang dalam berdakwah. Mulai dari melaksanakan dakwah dengan lembut, secara sembunyi-sembunyi, maupun terang-terangan di waktu siang dan malam agar kaumnya mau beriman.
Walaupun demikian, hanya sedikit dari kaumnya yang menjadi pengikut Nabi Nuh. Beliau hanya memiliki kurang lebih 70 sampai 80 orang pengikut. Semua pengikut tersebut hanya terdiri dari keturunan orang-orang miskin dan pekerja kasar, bukan berasal dari keluarga kaya raya atau keluarga terhormat.
Perjalanan dakwah Nabi Nuh ini dijelaskan di dalam Al Quran surah Nuh ayat 5-9:
قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوۡتُ قَوۡمِيْ لَيۡلًا وَنَهَارًا (5) فَلَمۡ يَزِدۡهُمۡ دُعَآءِيْٓ إِلَّا فِرَارًا (6) وَإِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوۡتُهُمۡ لِتَغۡفِرَ لَهُمۡ جَعَلُوٓا أَصَٰبِعَهُمۡ فِيْٓ ءَاذَانِهِمۡ وَٱسۡتَغۡشَوۡا ثِيَابَهُمۡ وَأَصَرُّوْا وَاسۡتَكۡبَرُوْا اسۡتِكۡبَارًا (7) ثُمَّ إِنِّيْ دَعَوۡتُهُمۡ جِهَارًا (8) ثُمَّ إِنِّيْٓ أَعۡلَنتُ لَهُمۡ وَأَسۡرَرۡتُ لَهُمۡ إِسۡرَارًا (9)
Artinya:
Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam (5) tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka justru mereka lari (dari kebenaran) (6)
Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat menyombongkan diri (7)
lalu sesungguhnya aku menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan (8), kemudian aku menyeru mereka secara terbuka dan dengan diam-diam (9). (Q.S. Nuh : 5-9)
Kisah Mukjizat Nabi Nuh Alaihissalam Membuat Bahtera (Kapal) Besar
Menghadapi kaum yang begitu durhaka, Nabi Nuh pun akhirnya berdoa dan meminta Allah agar segera menurunkan azab kepada kaumnya yang membangkang.
قَالَ رَبِّ إِنَّ قَوْمِيْ كَذَّبُوْنِ. فَٱفْتَحْ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَنَجِّنِيْ وَمَن مَّعِيَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya:
Dia Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sungguh kaumku telah mendustakan aku, maka berilah keputusan antara aku dan mereka, dan selamatkanlah aku dan orang yang beriman bersamaku,” (Q.S. Asy-Syu’ara Ayat 117-118).
Allah SWT mendengar doa Nabi Nuh dan mengabulkannya. Allah pun menurunkan wahyu kepada Nabi Nuh untuk membuat bahtera (perahu) yang besar. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Hud ayat 37:
وَٱصْنَعِ ٱلْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَٰطِبْنِى فِى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ ۚ إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ
Artinya:
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan,” (QS. Hud: 37).
Ketika Nabi Nuh memulai membuat bahtera, kaumnya justru terus mengejeknya. Sebagaimana dalam surah Hud ayat 38:
وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِّنْ قَوْمِهِۦ سَخِرُوْا مِنْهُ ۚ قَالَ إِنْ تَسْخَرُوْا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنكُمْ كَمَا تَسْخَرُوْنَ
Artinya:
“Dan mulailah Nabi Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nabi Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nabi Nuh, jika kalian mengejek kami maka sesungguhnya kami pun nanti akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami,” (Q.S. Hud: 38).
Azab Air Bah bagi Kaum Nabi Nuh yang Durhaka
Setelah bahtera tersebut selesai, dengan kuasa Allah SWT, Allah kemudian menurunkan hujan yang begitu deras hingga menenggelamkan bumi. Seluruh permukaan bumi tenggelam dipenuhi air bah, sehingga seluruh kaum yang durhaka dan menolak seruan Nabi Nuh tenggelam serta binasa, termasuk anaknya Nabi Nuh (kan’an) dan istrinya Nabi Nuh.
Sementara itu, Nabi Nuh dan para pengikutnya yang beriman tetap selamat di dalam bahtera (kapal). Tidak ada satu pun yang selamat dari kaum Nabi Nuh yang durhaka, kecuali kaum Nabi Nuh dan para hewan yang berada di dalam bahtera.
Nabi Nuh bersama para pengikutnya yang hanya berjumlah sekitar 70-80 orang, berlayar selama 150 hari terombang ambing di lautan tanpa batas sampai air bah reda. Setelah surut, Allah memerintahkan Nabi Nuh beserta pengikutnya turun dari bahtera.
قِيلَ يَٰنُوحُ ٱهۡبِطۡ بِسَلَٰمٖ مِّنَّا وَبَرَكَٰتٍ عَلَيۡكَ وَعَلَىٰٓ أُمَمٖ مِّمَّن مَّعَكَۚ وَأُمَمٞ سَنُمَتِّعُهُمۡ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٞ
Artinya:
Difirmankan: “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami,” (Q.S. Hud : 48).
Menurut riwayat, bahtera Nabi Nuh kemudian terdampar di Gunung Judd. Di sanalah pengikut Nabi Nuh yang berjumlah kurang lebih 70-80, beserta hewan di dalamnya keluar dan memulai kehidupan baru dengan tentram.
Mereka semua beriman kepada Allah SWT. Sebagian pendapat mengatakan Gunug Judd berada di Armenia, sementara ada juga yang mengatakan di Irak, dan yang lainnya menyebutkan di Turki.
Hingga saat ini, masih banyak para peneliti dan sejarawan yang berusaha mengungkap keberadaan atau jejak puing-puing dari bahtera Nabi Nuh. Ada yang menduga bahwa bahtera tersebut berada di pegunungan Turki. Bukan hanya itu, ada pula yang membuat replika bahtera Nabi Nuh dan kemudian menjadikannya sebagai film.
Setelah Nabi Adam, Nabi Nuh juga disebut sebagai bapak manusia karena dari banjir besar tersebut keturunan manusia yang tersisa di bumi hanyalah kaum Nabi Nuh yang berada di kapal dan selamat.
Hikmah dari Kisah Mukjizat Nabi Nuh Alaihissalam
Meskipun hampir sebagian besar kaum Nabi Nuh durhaka dan binasa, tetapi perjuangan dan upaya yang dilakukan Nabi Nuh dalam berdakwah patut dijadikan teladan, ya, Parents. Beberapa hikmah yang bisa Parents ajarkan kepada buah hati tercinta dari kisah mukjizat Nabi Nuh Alaihissalam, antara lain:
- Meneladani sikap sabar yang di miliki Nabi Nuh
- Patuh menjalankan perintah Allah
- Ikhlas pada ketetapan Allah
- Tidak boleh bersikap sombong kepada sesama manusia
- Tidak memandang tinggi atau rendahnya seseorang dari kekayaan, derajat sosial, dll
Parents, itulah kisah mukjizat Nabi Nuh Alaihissalam yang bisa kita jadikan pelajaran. Semoga bermanfaat dan semakin menambah keimanan kita kepada Allah SWT.