Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kala Nabi Ibrahim Diuji Allah

Nabi Ibrahim Alaihi Salam sangat mencintai putranya yakni nabi Ismail.

KompasNusantara - Nabi Ibrahim Alaihi Salam sangat mencintai putranya yakni nabi Ismail. Bagaimana tidak, Ismail adalah putra yang sangat dinanti-nantikan kelahirannya setelah berpuluh-puluh tahun menikahi sayyidati Hajjar. Tapi ketika Ismail tengah dalam usia lucu-lucunya, nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih putra kesayangannya itu.

Pakar tafsir Alquran yang juga dosen Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, Dr.Ustaz Muhammad Ulinnuha Husnan mengatakan wahyu kepada nabi Ibrahim yang berisi perintah menyembelih Ismail adalah sebagai ujian dari Allah SWT. Dan sebagai bukti kecintaan nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Alquran Al Karim merekam dialog antara nabi Ibrahim dan putranya itu. 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Alquran As Saffat ayat 102).

Ustaz Ulinnuha mengatakan mimpi para nabi itu adalah mimpi yang benar berupa wahyu (arru'ya as shodiqah). Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa mimpinya nabi Ibrahim terkait perintah menyembelih putranya itu terjadi tidak hanya sekali melainkan terjadi beberapa kali. Fase ini juga yang kemudian diabadikan dalam ritual haji.

Berdasarkan riwayat Ibnu Abbas itu dijelaskan bahwa pada tanggal 8 Dzulhijjah nabi Ibrahim masih ragu akan mimpinya menyembelih Ismail. Kala itu nabi Ibrahim berada di Mina. Nabi Ibrahim pun merenungkan tentang mimpinya. Karenanya hari itu juga disebut yaumul tarwiyah yang sejatinya memiliki makna hari merenung. Besoknya yakni pada 9 Dzulhijjah, nabi Ibrahim kembali bermimpi yang sama yakni perintah untuk menyembelih putranya. Kala itu nabi Ibrahim tengah berwukuf di padang Arafah. Nabi Ibrahim baru mengerti dan yakin bahwa mimpi yang dialaminya adalah mimpi yang benar ayau wahyu (ru'ya as shodiq). Karenanya hari itu disebut juga Yaumul Arafah.

"Maka setelah itu tanggal sepuluh nya dilaksanakan lah perintah untuk menyembelih sang putra," kata ustaz Ulinnuha saat mengisi Halaqah Tafsir di Masjid Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran beberapa hari lalu.

Sejumlah kitab-kitab turats menuliskan bahwa lokasi nabi Ibrahim ketika menyembelih putranya itu berada di sebuah bukit di Mina atau yang kini disebut juga majzaru Mina sebuah tempat penyembelihan qurban di Mina. Sementara itu ketika hendak disembelih, setan berupaya untuk menggoyahkan keimanan keluarga nabi Ibrahim. Akan tetapi keimanan mereka tidak tergoyahkan. Nabi Ibrahim, sayidati Hajar, dan Ismail melempari setan dengan batu. Ini yang kemudian diabadikan dalam prosesi Ibadah Haji yang disebut dengan melempar jumroh.

"Maka dari itu kalau haji selain mengingat syariatnya nabi Ibrahim, nabi Ismail, kita juga mengingat disitu ada simbol-simbol spiritualitas. Bahwa ternyata untuk mendekat kepada Allah itu tidak luput dari cobaan demi cobaan. Kalau kita menyelesaikan cobaan demi cobaan maka Insya Allah kita akan sampai kepada Allah dengan selamat. Cara menghadapi cobaan iru bagaimana, dengan melawannya. Ekspresi melawan terhadap setan itu lempar batu," katanya.  

Akan tetapi ketika nabi Ismail telah berada di lempengan batu dan hendak disembelih oleh nabi Ibrahim, Allah SWT menggantikan nabi Ismail dengan seekor hewan yang besar gemuk. Dalam beberapa riwayat disebutkan hewan itu adalah kambing kibas yang putih, besar dan bertanduk. Sejak itulah berqurban menjadi syariat turun temurun hingga kepada umat nabi Muhammad SAW. 

close