Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Al-Khawarizmi Penemu Angka Nol Dan Aljabar

Baca Juga : Penemu-penemu Islam 
1. Jabir Al-Battani
2. Al-Khawarizmi
3. Al-Idrisi
4. Al-Jazari
5. Al- Zahrawi
6. Abu Al-Wafa'

Al-ja-bar. Familiar dengan kata tersebut? Apa membacanya saja membuat kamu menarik nafas panjang? Atau bahkan membuat kamu tersenyum kecut? Sungguh bukan suatu kata yang asing bagi seorang mahasiswa matematika dan bahkan siswa SMA. Sudah bukan rahasia lagi bahwa aljabar adalah salah satu materi yang ditakuti oleh siswa SMA atau bahkan mahasiswa matematika sendiri. Namun dibalik kesulitan materi itu sendiri, pernahkah kalian bertanya, “Sebenarnya siapa sih tokoh yang menemukan aljabar?”.

Kalian tahu siapa Al-Khawarizmi? Kalau belum, yuk! kita kenalan dengan tokoh yang menemukan aljabar.

Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi atau dikenal dengan Al-Khawarizmi adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 M di Khwarezmia (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 M di Baghdad. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Al-Jabar sendiri merupakan karya pertama Al-Khawarizmi yang berupa sebuah buku yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Aljabar merupakan penggabungan teori yang memungkinkan angka rasional, irasional dan magnitude geometris menjadi objek-objek aljabar. Ia memberikan matematika sebuah dimensi baru dan perkembangan yang lebih luas daripada konsep sebelumnya. Khawarizmi juga berjasa dalam mengembangkan tabel sinus, cosinus, dan trigonometri. Karena karyanya ini, Al-Khawarizmi disebut sebagai “Bapak Aljabar”.

Selain menemukan aljabar dan algoritma, Al-Khawarizmi juga adalah orang pertama yang menjelaskan kegunaan angka-angka, termasuk angka nol. Karyanya dalam bidang Aritmatika, Kitab al-Jam’a wa al-Tafriq ni al-Hisab al-Hindi (The Book of Addition and Subtraction by the Method of Calculation of the Hindus), memperkenalkan penggunaan angka hindu 1 sampai 9 dan angka nol. Ia menulis buku yang membahas beberapa soal hitungan dan asal-usul angka, serta sejarah angka-angka yang sedang kita gunakan saat ini. Melalui Al-Khawarizmi-lah orang-orang Eropa belajar menggunakan angka nol untuk memudahkan menghitung puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya. Dengan penggunaan angka tersebut maka kata Arab Shifr yang artinya nol (kosong) diserap ke dalam bahasa Perancis menjadi kata chiffre, dalam bahasa Jerman menjadi ziffer, dan dalam bahasa Inggris menjadi cipher. Bilangan nol ditulis bulat dan didalamnya kosong. Al-Khawarizmi pun memperkenalkan tanda-tanda negatif yang sebelumnya tidak dikenal di kalangan ilmuwan Arab.

Disamping ahli matematika, Al-Khawarizmi juga seorang penerjemah, ahli geografi, dan ahli astronomi. Bahkan beliau juga menuliskan teori seni musik dalam bukunya. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai seorang ahli filsafat. Salah satu nasihat beliau yang dikenal sampai sekarang yaitu,

“Seorang manusia itu bila dihiasi dengan akhlak yang mulia maka dia telah mempunyai angka 1 dalam hidupnya. Dan bila dia dikarunia dengan wajah yang cantik atau tampan, ditambahi 0 pada angka satu yang sebelumnya maka jumlahnya 10. Seterusnya bila dia mempunyai harta maka ditambah lagi 0 pada angka sebelumnya maka jadilah angka 100. Seterusnya bila dia memiliki nasab keturunan yang mulia maka ditambahi 0 pada jumlah sebelumnya maka 1000 hasilnya. Coba perhatikan, nilai 0 yang ada pada sifat dan ciri-ciri tambahan manusia itu akan terus meningkat berlipat ganda. Tetapi alangkah ruginya, jika nilai 0 tersebut semakin meningkat tapi tidak bersandar pada angka 1 yang berada didepannya. Ketahuilah angka 1 adalah gambaran bagi akhlak yang mulia, maka sekiranya lenyap akhlak dalam diri seseorang insan tiadalah nilai sebuah kehidupan walaupun disulami dengan beribu kemuliaan.”

Masya Allah….
Lalu, hikmah atau pelajaran apa yang bisa kita ambil dari tokoh penemu aljabar ini? Tentu sangat banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari seorang Al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi adalah seseorang yang dapat memetik hikmah dari ilmu yang beliau pelajari (seperti nasihat beliau diatas contohnya). Dari situ kita harusnya ikut belajar untuk lebih pintar dalam memetik setiap hikmah yang terdapat dalam ilmu yang kita pelajari maupun dari kehidupan. Serta ketekunan dan sikap pekerja keras beliau-lah yang perlu kita contoh. Karena dari ketekunan, kemauan dan kerja keras, beliau dapat menguasai berbagai bidang keilmuan. Selama memiliki ketiga sifat tersebut, kita pasti juga bisa seperti beliau.

Sungguh tokoh yang inspiratif bukan? Walau saat ini beliau telah pergi menghadap pencipta-Nya, namun beliau masih dikenang. Penemuannya pun memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Inilah yang dinamakan “Ilmu yang bermanfaat”.

close