Al Zahrawi Penemu Ilmu Bedah Modern
Baca Juga : Penemu-penemu Islam
1. Jabir Al-Battani
2. Al-Khawarizmi
3. Al-Idrisi
4. Al-Jazari
5. Al- Zahrawi
6. Abu Al-Wafa'
7. Ibnu Batutah
ILMUWAN Muslim terbukti menjadi pionier di beberapa bidang keilmuan. Sebut saja pakar medis Ibnu Sina yang dijuluki Bapak Kedokteran Modern. Selain Ibnu Sina, tokoh muslim yang memiliki peran penting dalam dunia medis adalah Abu al Qasim al Zahrawi. Ia dijuluki Bapak Operasi Pembedahan.
Menurut laman TRT World, Abu al Qasim al Zahrawi menemukan lebih dari 200 alat bedah di abad ke-11, yang mana dari temuannya tersebut banyak nyawa terselamatkan. Namun sayang, dia tak diberi kredit yang cukup untuk penemuannya tersebut.
Salah satu buku Al Zahrawi yang sangat terkenal adalah Al Tasrif. Atau ensiklopedia bergambar alat bedah yang digunakan sebagai panduan di universitas-universitas Eropa, selama lebih dari 500 tahun.
Karya ini pun diketahui berhasil mempengaruhi perspektif ilmiah modern tentang operasi pembedahan dan berkontribusi pada Renaissance Eropa. Buku ini memiliki 30 bab, hasil dari 50 tahun praktik dan pengalaman medis pribadinya.
Karya ini pun diketahui berhasil mempengaruhi perspektif ilmiah modern tentang operasi pembedahan dan berkontribusi pada Renaissance Eropa. Buku ini memiliki 30 bab, hasil dari 50 tahun praktik dan pengalaman medis pribadinya.
Al Zahrawi yang lahir pada 936 di El Zahra dekat Cordoba di Spanyol Selatan itu juga dikenal dengan nama Albucasis yang berasal dari Bahasa Latin. Prestasi dirinya yang tak kalah luar biasa adalah mendapat gelar ahli bedah terbesar di dunia Islam dan Abad Pertengahan.
Ia pun diketahui mempelopori penggunaan catgut (jenis tali yang dibuat dari serat alami biasanya menggunakan usus domba atau kambing), untuk jahitan internal dan instrumen bedah tersebut masih digunakan sampai sekarang.
Luar biasanya, Al Zahrawi diriwayatkan merupakan keturunan Al Ansar dari Madinah itu ternyata terinspirasi Rasulullah dalam menangani penyakit dan hal ini membuatnya menyelipkan apa yang dilakukan Rasulullah pada zamannya, salah satunya cara perawatan penyakit dan obat yang dipakai Rasul.
Al Zahrawi pun ternyata merupakan sosok di balik adanya alat-alat bedah yang digunakan dalam operasi persalinan caesar dan katarak. Tidak berhenti di sana, sosok Muslim ini pun merupakan penemu akar penyebab kelumpuhan. Ya, salah satu penyebab kelumpuhan yang banyak dialami manusia adalah adanya patah tulang belakang dan ini merupakan ilmu dari Al Zahrawi.
Sosok ini pun dikenal menggunakan kombinasi unik bahan kimia untuk sterilisasi alat bedah yang memiliki dampak cukup mirip dengan sifat antibakteri di zaman sekarang.
Di sisi lain, lebih dari seratus tahun setelah kematian Zahrawi, penerjemah manuskrip ilmiah terkenal Italia bernama Gerard dari Cremon tiba di Spanyol untuk menerjemahkan karya tersebut dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Pada 1250, Inggris melaporkan memiliki manuskrip medis pertama dan menurut British Medical Journal, apa yang ada di dalam manuskrip milik Inggris dengan Al Zahrawi hampir sama.
Periode antara abad ke-8 dan abad ke-13 yang umumnya dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam telah menghasilkan banyak ilmuwan cerdas. Intelektual Muslim membuat penemuan-penemuan baru, berkontribusi pada berbagai cabang pengetahuan manusia seperti filsafat, astronomi, matematika, dan kedokteran.
Al Zahrawi pun punya andil penting dalam diagnosis bedah saraf, yang meliputi manajemen cedera kepala, cedera tulang belakang, patah tulang tengkorak, hidrosefalus, dan efusi subdural.
Pada kasus hidrosefalus, dalam hidupnya ia baru pertama kali menemukan kasus tersebut dan diagnosa yang ia keluarkan sangat tepat ketika Al Zahrawi dengan jelas menggambarkan bagaimana kelainan terbentuk, yaitu karena drainase cairan serebrospinal yang rusak, yang mana ini membuat cairan tersebut melebar ke otak dan sumsum tulang belakang.
Al Zahrawi juga telah berkontribusi yang signifikan untuk operasi pediatrik. Dia adalah orang pertama yang menjelaskan aspek medis hemofilia secara rinci. Dia ahli bedah pertama yang menggunakan cat intestines untuk menjahit. Praktik menjahit luka dan luka internal menggunakan bahan, seperti benang yang terbuat dari usus binatang diikuti selama beberapa abad.
Al Zahrawi juga menggambarkan operasi trakeotomi dan melakukan operasi darurat pada salah seorang pelayannya. Dia adalah orang pertama yang merinci operasi klasik untuk kanker payudara, lithotripsy untuk batu kandung kemih, teknik untuk menghilangkan kista tiroid, pengobatan kista sebaceous menggunakan jarum eksplorasi, dan perawatan fistula lakrimal dengan mengubahnya menjadi fistula ke dalam rongga hidung menggunakan kauterisasi.
Di bidang kebidanan dan ginekologi, Al Zahrawi menggambarkan beberapa instrumen yang digunakan untuk persalinan dan merupakan orang pertama yang menggambarkan “posisi Walcher” dalam kebidanan dan juga yang pertama kali mengajarkan posisi lithotomy untuk operasi vagina.
Ensiklopedia medis Zahrawi terdiri dari tiga buku tentang kauterisasi, insisi, perforasi, venesection, luka dan pengaturan tulang. Di bagian farmakologi dan terapi, ia membahas beberapa obat dari obat jantung dan obat pencahar hingga tata rias dan dietetika.
Dalam bukunya yang berjudul Liber Servitoris, Al Zahrawi juga memberikan beberapa tips tentang cara menyiapkan obat-obatan sederhana, yang digunakan pada masa itu.
Di bagian operasi, dia menangani mata, telinga, hidung dan tenggorokan, kepala dan leher, operasi umum, kebidanan dan ginekologi dalam semua aspeknya termasuk pengobatan militer, urologi, ortopedi. Bahkan yang kemudian dikenal sebagai metode Kocher untuk mengurangi bahu yang terkilir.
Lebih lanjut, dia menggambarkan bagaimana cara mengikat ligasi pembuluh darah 600 tahun sebelum Ambroise Pare. Selain itu, ia banyak menulis tentang tulang dan sendi sambil menyebutkan fraktur tulang hidung dan tulang belakang.
Bukunya berisi gambar-gambar instrumen ginekologi yang digunakan pada abad ke-10, dalam bukunya Al Zahrawi juga menggambarkan opsi bedah untuk merawat ginekomastia dan tekniknya masih dipertimbangkan untuk kondisi seperti saat ini.
Tulisan medis Al Zahrawi sangat dihargai di Barat setelah terjemahannya oleh Gerard dari Cremona, Rogerius Frugardi, Ronaldus Parmensis dan lainnya. Masyarakat percaya bahwa ajaran bedahnya adalah yang paling maju di Abad Pertengahan hingga abad ke-13.
Ahli bedah Prancis terkenal abad ke-14, Guy de Chauliac, mengutipnya lebih dari 200 kali dalam bukunya yang diterbitkan di kota-kota seperti Venesia, Basel, dan Oxford hingga abad ke-18. Setelah karir medis yang panjang dan terhormat, Al Zahrawi meninggal pada 1013 M di usia 77 tahun.