Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Akhir Dari Perjuangan Jepang Menguasai Asia


Baku hantam yang kembali melibatkan Tiongkok dan Jepang ini, masih dilatar belakangi oleh ambisi Jepang mengusai Asia, terutama wilayah Manchuria yang masuk ke wilayah Tiongkok. Jepang menganggap bahwa daerah Manchuria merupakan daerah yang mantab akan sumber daya dan dapat membantu Jepang mengantisipasi ancaman dari Uni Soviet.

Sementara itu, daratan Tiongkok berhasil disatukan oleh pemerintahan Kuomintang yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek. Bersatunya Tiongkok itu membuat Nasionalisme Tiongkok terbakar semangat, ditambah adanya Tiga Prinsip Rakyat yang salah satunya adalah mengeluarkan Tiongkok dari pengaruh Imperialisme asing.

Pada 1931, terjadilah pengeboman jalur kereta Api Jepang di Manchuria oleh seorang opsir Jepang, yang dikenal dengan insiden Mukden. Jepang mulai berbuat onar dengan memanfaatkan insiden itu dengan menuduh Tiongkok. Saat itu juga Tiongkok sedang menghadapi pemberontakan internal akibat kelembekan pemerintah dalam menghadapi bullyan Jepang dan ketidaksesuaian dengan Tiga Prinsip Rakyat yang dianut. Melihat peluang itu, rasa Jepang ingin menginvasi Manchuria pun Stonk.

Akhirnya, Jepang pun open war ke Tiongkok. Tiongkok yang sedang sibuk ngurusin baku hantam dalam negeri mampu digebuk dengan gampang oleh Jepang. Setelah berhasil gebukin Tiongkok di Manchuria, Jepang lalu membuat negara boneka Manchukuo. Merasa dizholimi, Tiongkok pun ngadu ke LBB. Jepang yang di bacodin banyak negara pun baper, dan keluar dari LBB.

Sejak saat itu, baku hantam antara Jepang dan Tiongkok pun terus terjadi.
Pada 1937, terjadilah insiden Jembatan MarcoPolo yang menjadi pengantar ke peperangan resmi yang lebih meriah, antara Tiongkok vs Jepang. Meskipun belum diketahui penyebab sebenarnya, namun Insiden itu diyakini bermula ketika pasukan Jepang sedang melakukan latihan militer. Sesudahnya latihan militer, pasukan Jepang pulang ke pangkalan, para pasukan Jepang itupun kaget, ternyata tentaranya hilang satu. Pasukan Jepang lalu meminta izin Tiongkok memasuki daerahnya untuk mencari tentaranya yang hilang, namun selalu ditolak.

Meskipun tentara yang hilang itu berhasil pulang sendiri dengan selamat, tapi pasukan Jepang tetap diperintahkan untuk menyerang perbatasan Tiongkok. Dan terjadilah baku hantam, yang menjadi titik awal perang Tiongkok vs Jepang 2.

Insiden itu membuat Tiongkok memberikan pernyataan perang resmi pada Jepang, dan Jepang dengan senang hati berbaku hantam dengan Tiongkok.

Memasuki fase WW2, Tiongkok yang sudah babak belur digebugin Jepang pun berpeluang gebugin balik si Jepang. Setelah Jepang menyerang Pearl Harbor, Tiongkok akhirnya dapat gebugin balik Jepang setelah Sekutu datang membantu.

Setelah Jepang menyerah akibat ditimpuk bom atom sama AS, Tiongkok juga otomatis memenangkan perang, dan daerah yang berhasil dikuasai Jepang, dikembalikan sepenuhnya.
Sejak saat itu, cita-cita Jepang menguasai Asia, hanya menjadi angan-angan belaka sang Kaisar Hirohito.

Baku hantam yang panjang ini, mengakibatkan korban jiwa yang tidak sedikit, dengan:
Tiongkok : 3.8 juta tentara (hilang, mokad, tertangkap) 17 juta sipil (mokad, hilang)
Jepang : 1.9 juta tentara (hilang, mokad, tertangkap)

Kalkulasi perhitungan korban dari 7 Juli 1937–9 September 1945, belum termasuk baku hantam dari 1931.
close