Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tradisi Potong Jari, Mengerikan Tapi Penuh Makna


KompasNusantara - Sahabat "Papua bagi cerita", kali ini kami akan membawa atau mengajak anda mengunjungi pedalaman Papua hanya dalam 15 menit kedepan, e,e... sabar-sabar sahabat "Papua bagi cerita", jagan lupa untuk membayar kami dengan cara cantumkan komentar anda berubah saran, kritikan yang tentunya membangun dan masukan setelah anda selesai berkunjung di pedalaman Papua. Sebuah kehormatan bagi Kami untuk memandu anda.

Sering sekali bila kami mendengar kalimat Papua maka, yang pertama muncul dalam benak kami adalah indentik dengan koteka dan noken ya, tidak dipungkiri bahwa koteka dan noken adalah indentitas bangsa Papua atau sekarang dikenal dengan bangsa Melanesia. 

Tapi dibalik koteka dan noken ada satu cerita misteri yang selama ini dikenal dengan cerita atau tradisi potong jari, namun sesungguhnya orang-orang belum mengetahui kebenaran dibalik tradisi ini, ya... kami tau bahwa tradisi potong jari ini sudah hampir semua orang tau dari media cetak, online dan elektronik. 

Namun kadang informasi yang didapat karena melalui wawancara, media cetak, elektronik bahkan banyak orang yang tertantang untuk melakukan penelitian namun kami bisa pastikan bahwa yang akan mereka jelaskan adalah: masyarakat potong jari itu sebuah tanda pelampiasan kesedihan mereka karena kepergian seorang yang dikasihi dalam keluarga mereka seperti, Kaka meninggal maka sodara-sodarinya memotong jari, Ayah meninggal maka Istri dan anak memotong jari atau sodara-sodarinya memotong jari.

Namun kali ini kami akan benar-benar menuntaskan misteri tradisi potong jari.

  

Kami ingin sahabat-sahabat "papua bagi cerita" mengerti tentang kehidupan bangsa Papua terlebih dulu sebelum kami menjelaskan atau menuntaskan misteri tradisi potong jari. 

Kadang kala orang percaya tidak percaya merinding mendengarkan cerita tentang misteri potong jari ini, dan tidak luput dari banyak pertanyaan-pertayaan yang bermunculan dalam pikiran kita, salah satunya apakah mereka tidak merasa sakit? Apakah mereka tidak kasihan pada diri mereka? Atau apakah mereka kurang waras? 

Woooo.... Wooo... Sahabat "Papua bagi cerita" jagan salah menafsirkan dulu. Memang dulu tidak ada yang namanya obat yang seperti sekarang, apa lagi bius. Sekarang pertanyaannya apakah mereka punya silet, pisau atau kapak yang tajam untuk memisahkan jari dari tangan?

Jawabannya tidak ada. Lalu, apa yang digunakan untuk membius? dan alat memotong apa yang dipakai untuk memotong jari? 

O,, sahabat "Papua bagi cerita" ini bagian yang menakutkan dan seru untuk di kenang. Sahabat "Papua bagi cerita" coba tebak kira-kira alat apa yang digunakan untuk memotong jari, kalau bukan lagi silet, pisau atau kapak sejenisnya, kira-kira apa ya, ternyata yang digunakan sebagai alat pemotong ada dua jenis benda di antaranya batu runcing dan belahan bambu. Alat apa yang digunakan terlebih dahulu, yang digunakan terlebih dulu adalah batu runcing lalu gimana prosesnya. 

Prosesnya adalah di saat salah satu keluarga korban mengajukan diri untuk melakukan tradisi potong jari akan ada dukun yang profesional menemani proses tersebut, langkah pertama: mereka akan menaruh alat dibawa seperti papan, balok atau sejenisnya lalu mereka menarik tangan para korban diletakkan di atas tempat yang sudah disediakan setelah diletakkan para korban disuruh mengigit sesuatu yang keras agar tidak berteriak setelah para korban sudah merasa siap maka, para dukun akan mengambil batu runcing dan datang ke arah korban untuk eksekusi. 

Sahabat "papua bagi cerita ", kira-kira apa yang muncul dalam benak anda, pada saat anda melihat dukun membawa batu runcing? Anda bisa bayangkan apakah jari akan terputus langsung, atau sebaliknya, 

O,, sahabat "papua bagi cerita" ternyata batu runcing tersebut hanya digunakan untuk menghancurkan tulang bukan untuk melepaskan jari dari tangan. Baru setelah tulangnya hancur alat apa yang digunakan untuk memotong kulit, ternyata bambu picahan yang digunakan oleh dukun untuk memotong kulit, 

Coba bayangkan kira-kira berapa lama kulit itu akan terpotong, menurut penelitian kami paling cepat 30 menit dan paling lama bisa lebih dari 30 menit. 

Sahabat "Papua bagi cerita" coba bayangkan gimana sakitnya,, beruntung sekali bila terpotong dengan cepat bila tidak, kira-kira seperti apa rasa sakit yang mereka rasakan tentu kami tidak habis pikir hanya mendengar saja bulu-bulu kami sudah merinding apalagi mau merasakan, atau sahabat "Papua bagi cerita" mau mencoba? Bila berniat bisa hubungi kami supaya kami siapkan upacaranya ya..

Kira-kira alat apa yang digunakan untuk menghentikan darah, ternyata parah dukun punya Matra tersendiri katanya, kami tidak boleh cantumkan matranya takut-nya nanti banyak korban haha...., kira-kira darahnya benar-benar berhenti tidak, ternyata parah dukun mampu untuk menghentikan darah dan mengobati dengan cara tradisional. (nanti di Sekmen berikutnya kami akan menjelaskan tentang pengobatan).

Sekarang kita ingin para sahabat "Papua bagi cerita", mengetahui bahwa kenapa masyarakat Papua memiliki keberanian untuk menyakiti dirinya?

Ternyata kami mendapati beberapa alasan yang membuat diri mereka tidak takut untuk menantang maut, 

Yang pertama: Kehidupan mereka semenjak lahir yang namanya kekerasan, pembunuhan dan perang itu bukan suatu hal baru bagi mereka sehingga tradisi potong jari bukan suatu hal yang harus ditakuti oleh masyarakat Papua sendiri.

Yang kedua: Semenjak lahir tidak ada yang namanya memanjakan anak dengan memenuhi kebutuhannya, memberikan kasih sayang bahkan sesuatu yang sepele seperti memeluk saja tidak pernah apa lagi yang lain-lain sehingga, anak bermain dengan alam hingga dewasa jadi bagi mereka membunuh dan menghilangkan bagian dari tubuh itu bukan bagian tersulit bagi mereka.

Yang ketiga: Filosofi masyarakat Papua bahwa, kesakitan pikiran lebih menyakitkan dibandingkan dengan sakit tubuh sehingga, agar pikiran mereka tidak diserang dengan rasa kesedihan yang mendalam alangkah baiknya bagi masyarakat Papua mentransfer rasa sakit dengan cara menyakiti tubuh. Itulah alasan mengapa mereka berani melakukan tindakan ekstrim seperti potong jari.

Nanti disekmen berikutnya kami akan menceritakan tentang cara pengobatan tradisional dan upacara pemotongan telinga.

Terimakasih atas kunjungan anda semoga informasi ini membantu anda untuk melengkapi bahan-bahan penelitian, tugas, skripsi atau proposal dan tentunya menambah pengetahuan anda.
close