Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH NABI NUH MENGAJAK KAUMNYA KE JALAN ALLAH


Disebutkan bahwa Nabi Nuh mengajak kaumnya ke jalan Allah dengan berbagai cara, siang dan malam, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, terkadang disertai ancaman (Allah) dan terkadang disertai janji (Allah).

Namun semua usaha dan dakwah Nabi Nuh itu ditolak, mereka terus saja memilih jalan yang menyimpang, jalan yang sesat, menyembah patung dan berhala, bahkan mereka menabuh genderang permusuhan terhadap Nabi Nuh dimanapun dan kapanpun ia berada, mereka mengejek dan merendahkan orang-orang yang ikut beriman bersamanya, mereka mengancam akan memberi hukuman yang berat serta mengusir mereka dari sana. Namun, meskipun mendapatkan berbagai penekanan namun orang-orang beriman tetap kukuh dalam keimanan mereka.

Pemuka masyarakat dan pembesar kaum Nabi Nuh berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata”.

Namun Nabi Nuh menjawab, “Wahai kaumku! Aku tidak sesat; tetapi aku ini seorang Rasul dari Tuhan seluruh alam,” yakni: Aku tidaklah sesat seperti yang kalian kira, sebaliknya aku berada di jalan yang lurus dan membawa hidayah Allah untuk kalian, karena aku adalah utusan dari-Nya, Tuhan semesta alam, Tuhan yang mengatakan pada sesuatu “jadilah” maka “jadilah sesuatu itu”.

Nabi Nuh juga berkata, “Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” Inilah tugas yang diemban oleh seorang #Rasul yakni untuk menyampaikan amanat dan nasehat yang diturunkan oleh Allah kepadanya, dan ia adalah orang yang paling mengenal Tuhannya dibanding yang lain.

Namun tetap saja kaumnya tidak mau mendengarkannya, mereka malah berkata, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta”.

Mereka merasa heran, bagaimana mungkin seorang manusia menjadi utusan Allah. Mereka juga merendahkan, mencaci dan mengejek para pengikutnya.

Sumber: Qashash Al-Anbiyaa’-Ibnu Katsir

Semoga bermanfaat

Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.

Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).

Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.

Wallahu a’lam.
close