Kisah Pemuda dan Kain Kafan dari Malaikat
KompasNusantara - Dituturkan oleh Abu Abdillah ada seorang yang berasal dari golongan tabiin bahwasanya ada seorang pemuda soleh yang tinggal di dekat rumahnya. Orangnya terlalu pendiam. Salah satu yang paling menonjol berasal dari perilakunya adalah selagi adzan berkumandang pemuda tersebut segera pergih ke masjid. Tetapi sehabis selesai sholat, ia segera pulang ke rumahnya.
Hal tersebut berlangsung berulang kali. Tentu apa yang dilakukan oleh si pemuda tersebut menjadikan Abu Abdillah penasaran. “Saya berharap ia berbicara atau meminta perlindungan kepadaku,” gumam Abu Abdillah. Memang pemuda tersebut tak pernah berbicara sama sekali. Dan ini jadi sesuatu yang misterius dan membuat penasaran. Tapi pada suatu hari pemuda tersebut tiba-tiba menyapanya.
“Wahai Abu Abdullah, apakah Engkau mempunyai mushaf yang boleh saya pinjam?,” katanya.
Pertanyaan tersebut menyebabkan Abu Abdillah kaget. Ia senang tidak kepalang, dikarenakan pemuda tersebut mulai berbicara dan meminta tolong kepadanya. Maka segeralah Abu baduillah mengambil mushaf dan segera diberikan kepadanya. Sehabis terima mushaf tersebut si pemuda berkata, “Hari ini akan terjadi sesuatu.”
Haripun berganti. Tetapi pemuda tersebut tak kunjung hadir di masjid seperti biasanya. Abu Abdillah penasaran dan berfikir ada sesuatu yang menimpa si pemuda tersebut. Setelah itu iapun mendatangi tempat tinggal pemuda tersebut. Betapa terkejutnya Abu abdillah ketika membuka pintu rumah pemuda tersebut tampak tidur dengan mendekap mushaf. Terlihat pula ember pembersih dan kain. Pemuda tersebut tampak tidak bergerak sedikitpun ketika Abu Abdullah datang. Penasaran Abu Abdullah mendekati pemuda tersebut.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…” ucap Abu Abdillah
Sesudah itu Abu Abdullah pun memberitahukan kepada tetangga kabar duka tersebut. Sehabis berembug akhirnya pemuda tersebut akan dimakamkan besok pagi. Semalaman Abu Abdullah tercenung. Ia baru mengetahui bahwa pemuda itu hidup sebatang kara, apalagi tidak mempunyai kain kafan. “Bagaimana ini?” pikirnya.
“Alhamdulillah…” ucap Abu Abdullah menyaksikan adanya kain kafan tertata rapi itu. .
Sesudah itu dengan perasaan bahagia dibawanya kain kafan tersebut ke tempat tinggal si pemuda tersebut. Abu Abdillah amat yakin bahwa kain kafan utuh tersebut untuk si pemuda, sebab tidak ada orang lain yang meninggal di tempat tersebut di hari yang sama. Lantas Abu Abdullah kembali lagi ke masjid untuk menunaikan shalat Subuh. Selesai shalat ia dikejutkan bersama dengan adanya beberapa ulama layaknya Tsabit Al Banani, Malik bin Dinar, Habib Al Farisi dan Shalih
Bersama dengan sedikit bingung Abu Abdullah berkata “Apa yang membuat para ulama tersebut melakukan shalat Subuh di masjid ini?”
Salah satu dari mereka menjawab“ katanya ada tetanggamu yang meninggal?”
“Iya. Seorang pemuda yang kerap shalat di masjid ini,” jawab Abu Abdillah
“Tolong antar kita ke rumahnya,” ungkap salah seorang diantara para ulama tersebut.
Sesampainya di tempat tinggal si pemuda itu, sufi besar Malik bin Dinar menyingkap penutup wajah pemuda itu. Betapa terkejutnya ia dikarenakan amat kenal dengan paras pemuda itu. “Sesungguhnya engkau adalah seorang pemuda yang ketika kediamanmu di suatu daerah sudah diketahui, maka engkau akan pindah ke daerah yang lain,” ungkap Malik bin Dinar
Rupanya pemuda tersebut sahabat yang dikenal oleh para ulama. Ia seorang sufi yang tidak ingin identitasnya dikenal banyak orang. Sejenak sesudah itu Malik bin Dinar berkata,” Pakaikan kain kafan yang saya bawa,” kata Malik bin Dinar. Tetapi yang lain juga menawarkan kain kafannya,
Tetapi Abdullah sesudah itu berkata, “Masya Allah… sepanjang malam saya memikirkan siapa yang sanggup menyiapkan kain kafan untuk pemuda ini. Ternyata kalian telah membawanya. Tetapi sebelum Subuh tadi aku menyaksikan ada cahaya yang berasal dari arah mihrab. Ketika kuhampiri ternyata sudah tersedia kain kafan yang tertata rapi di sana.“
“Masya Allah… kalau begitu pakaikan kain kafan tersebut. Karena itu adalah kain kafan dari malaikat,” kata mereka serempak.
Keajaiban itu tak berhenti disitu. Layaknya Uwais Al Qarni sahabat Rasulullah, kala jenazahnya dibawa keluar rumah, terlihat manusia dalam jumlah yang terlampau banyak tak terhitung. Mereka siap menshalati dan mengantarnya ke pemakaman. Namun tidak ada yang tau darimana mereka datang.