Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

GALEA, KAPAL PERANG PERADAPAN KUNO | Kompas Nusantara


KompasNusantara - Peradaban masyarakat kuno yang tinggal di sekitar Laut Tengah selalu menyelesaikan permasalahan laut yang dihadapi dengan menggunakan kapal kayu yang disebut galea. Kapal perang ini memiliki bentuk yang panjang dan terbuat dari kayu yang kokoh. Kapal ini dipercaya oleh para ahli sebagai kapal kayu paling hebat yang pernah dibuat oleh sebuah peradaban manusia pada masa itu. Tidak hanya kuat, kapal galea juga terkenal sangat indah dengan banyak ukiran dan ornamen yang mengelilingi badan kapal.

Kapal galea digerakan secara manual oleh para pendayung yang jumlahnya sangat banyak ketika sedang berada di perairan yang tidak terlalu cukup angin, sedangakan untuk tenaga utamanya tetap memanfaatkan energi angin, terutama ketika sedang mengejar musuh. Para pendayung ini biasanya adalah tentara yang ikut dalam berperang. Ketika akan berperang, galea akan membawa banyak tentara laut dan sebuah senjata untuk menenggelamkan kapal, disebut “antan pembentur”.

Awalnya kapal-kapal galea hanya memiliki satu deret dayung yang berada di kedua sisi kapal. Tetapi pada perkembangannya, terutama untuk keperluan angkatan laut, deret dayung galea dibuat menjadi dua, seperti yang digunakan oleh tentara Mesir, Punisia, dan Yunani. Hal itu dilakukan untuk menjaga keseimbangan kapal ketika berada pada gelombang laut yang besar, dan juga menjaga kecepatan kapal ketika sedang melarikan diri ataupun mengejar musuh. Akhirnya kapal galea dibuat menjadi tiga deret untuk semakin memperkokoh pergerakan galea.

Ilustrasi kapal galea
Dalam pertempuran Salamis, tahun 480 SM, armada laut Yunani yang hanya terdiri dari satuan pasukan kecil harus berhadapan dengan armada laut Persia yang berjumlah kurang lebih 800 kapal. Kedua pihak menggunakan kapal galea tipe trireme (tiga deret dayung). Pertempuran ini terjadi di teluk dekat Athena, yang cukup menguntungkan bagi pasukan Yunani.

Persia dengan kekuatannya yang besar melakukan serangkaian serangan ke wilayah Yunani. Namun dengan strategi hebat, pasukan Yunani dapat mengalahkan pasukan Persia, yaitu dengan memanfaatkan angin yang berhembus menekan barisan depan pasukan Persia yang telah lebih dahulu memasuki wilayah teluk Athena. Barisan kapal depan yang terdorong ke belakang mengakibatkan benturan tidak dapat dihindari dengan pasukan dibelakangnya.

Peperangan di Laut Tengah masih terus berlangsung setelah pertempuran Salamis, selama lebih dari 2000 tahun. Para pasukan yang bertempur masih tetap memanfaatkan kapal galea yang terus mengalami perubahan menjadi lebih kokoh. Namun ada perubahan pada bentuk kapal yang besar menjadi lebih kecil, hal itu dilakukan karena setiap pasukan mengalami kesulitan mencari pendayung dengan jumlah yang sangat banyak.

Akhirnya kapal dibuat hanya dengan menggunakan satu deret dayung, yang terdiri dari 5 orang pendayung. Teknik berperang pun diubah dari yang sebelumnya lebih fokus pada menenggelamkan kapal, menjadi peperangan dengan menggunakan pedang yang dilakukan oleh pasukan yang menaiki kapal lawan.

Ilustrasi Kapal Galea
Teknik peperangan dengan memanfaatkan pedang tidak bertahan lama setelah ditemukannya bubuk mesiu dan senjata api. Pada pertempuran Lepanto tahun 1571, para pasukan Laut Tengah terakhir kali menggunakan kapal galea sebagai kendaraan perang utama mereka. Perang ini mempertemukan pasukan Turki dengan pasukan Kristen Eropa.

Kedua pihak membawa armada galea yang dilengkapi dengan meriam besar disetiap sisinya. Pasukan Kristen memenangkan pertempuran ini dengan membawa 6 buah galea Venesia, beberapa kapal layar, dan galea kecil, yang disetiap kapal telah dilengkapi 30 buah meriam. Akhirnya kapal galea di Laut Tengah digantikan oleh jenis kapal baru yang dikenal lebih kuat dan besar.

close