KISAH THARIQ BIN ZIYAD PANGLIMA ISLAM PENAKLUK SPANYOL DALAM SEJARAH ISLAM
KompasNusantara - Thariq bin Ziyad adalah salah satu panglima muslim terbaik yang berperan besar dalam penaklukan Andalusia atau Spanyol dan menyebarkan panji-panji Islam di tanah spanyol. Dalam sejarah Spanyol, ia dikenal sebagai Thariq El-Tuerto atau Thariq yang mempunyai satu mata. Nama lengkap beliau adalah Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgha bin Walfajun Hibr Ghazin bin Walhas bin Yatuffath bin Nafzan.
Ia adalah putra suku Ash-Shodaf yakni penduduk asli daerah Al-Atlas atau daerah di Afrika Utara. Thariq bin Ziyad lahir sekitar tahun 50 H. menurut sejarahwan Syauqi Abdul Kholil dan dikutip oleh Alwi Al-Attas, ada yang menyebutkan sebagai keturunan dari Bani Hamdan dari Persia atau dari suku Lahm. Ada juga yang menyebutkan Thariq berasal dari bangsa Fandaus. Namun banyak sejarawan yang menganggap ia adalah keturunan dari bangsa Barbar.
Menurut Alwi Al-Attas, Thariq lahir dari keluarga muslim dan sejak kecil telah dididik secara islam oleh ayahnya ada kekuasaan Uqbah bin Nafi’ di Ifriqiyah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ahli bela diri.
Setelah Rasulullah SAW wafat, islam menyebar dalam spectrum yang luas. Tiga benua lama yaitu Asia, Afrika, dan Eropa pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam, tidak terkecuali Spanyol atau Andalusia. Negeri ini berada didaratan eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah.
Kondisi Spanyol sebelum Islam
Sebelumnya sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Chadic dari Jerman, pada saat itu dipimpin oleh raja Rhoderic yang Dzalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam 5 kasta sosial. Kasta pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kasta kedua diduduki oleh para pendeta. Kasta ketiga diisi oleh para pegawai Negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan.
Mereka hidup pas-pasan dan diperlakukan penguasa sebagai alat untuk memeras rakyat. Kasta keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat lainnya yang hidup pas-pasan. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kasta kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka adalah yang paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi itu, rakyat Spanyol tidak betah. Sebagian besar dari mereka hijrah ke afrika Utara. Disini, dibawah pemerintahan islam yang dipimpin oleh Musa bin Nushair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigaran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan Gubernur Cheuta yang bernama Julian dan putrinya Florenda juga ikut mengungsi.
Melihat kedzaliman itu, Musa bin Nushair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol, sekaligus menyampaikan Islam ke Negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberikan izin, Musa bin Nushair pun segera mengirimkan pasukan yakni Abu Zur’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda, menyebrang selat antara afrika utara dan daratan Eropa.
Pembebasan Spanyol/ Andalusia I
Pada bulan ramadhan tahun 91 H/ 2 April 710 M, Abu Zur’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal, dimana 4 buah kapal adalah pemberian gubernur Julian. Tanggal 25 ramdahan tahun 91 H/ 23 april 710 M, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil, di dekat kota Terife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zur’ah pada saat itu kalah banyak. Setelah penaklukan itu, Abu Zur’ah kembali pulang. Keberhasilan Ekspedisi Abu Zur’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nushair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka ia memerintahkan Thariq bin Ziyad untuk membawa pasukan untuk menaklukan Spanyol untuk kedua kalinya.
Pembebasan Spanyol/ Andalusia II
Pada hari senin tanggal 3 mei tahun 710 M, Thariq bin Ziyad mwmbawa 7000 pasukannya untuk menyebrang ke daratan eropa. Sesampainya di panta wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar dalam bahasa arab disebut Jabal Thariq.
Kemudian Thariq bin Ziyad berdiri di depan pasukannya dan memerintahkan pasukannya untuk membakar semua kapal yang mereka miliki. Pasukannya pun kaget, mereka bertanya, “Apa maksud Anda, kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita pulang?”, Tanya salah seorang pasukannya. Dengan pedang yang terhunus dan kalimat tegas, Thariq bin Ziyad berkata: “kita datang kesini bukan untuk kembali, kita hanya memiliki dua pilihan, yaitu menaklukan negeri ini lalu tinggal di sini, atau kita semua binasa”.
Kini pasukannya mulai paham, mereka menyambut panggilan jihad panglima perang mereka dengan semangat yang berkobar. Mendengar pasukan Thariq yang telah mendarat, Raja Rhoderic mempersiapkan 100.000 pasukan tentara dengan persenjataan lengkap. Ia pun memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin Nushair mengirim bala bantuan kepada Thariq bin Ziyad hanya dengan 5000 pasukan. Sehingga jumlah pasukan Thariq saat itu hanya 12.000 orang.
Pada hari ahad tanggal 28 ramadhan tahun 92 H/ 19 Juli 711 M, kedua pasukan itu bertemu dan bertempur disekitar sungai Guadalate. Julian yakni gubernur Cheuta dan beberapa anak buahnya menyusup kedalam pasukan Rodheric, ia menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk menghentikan kedzaliman Rodheric. Jika Rodheric terbunuh peperangan akan dihentikan. Usaha Julian tersebut berhasil, sebagian pasukan Rodheric menarik diri dan meninggalkan medan pertempuran.
Akibatnya barisan tentara Rodheric kemudian kacau balau, Thariq pun memanfaatkan situasi ini dan berhasil membunuh Rodheric dengan tangannya sendiri.mayat Rodheric kemudian tenggelam dan hanyut dibawa arus sungai barbate. Terbunuhnya Rodheric mematahkan semangat Spanyol, markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai.
Keberhasilan ini disambut gembira oleh Musa bin Nushair. Baginya ini adalah awal yang baik dalam penaklukan seluruh Spanyol dan Negara-negara Eropa lainnya. Setahun kemudian pada tanggal 16 ramadhan 93 H, Musa bin Nushair membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq ke Spanyol. Dalam perjalanan ini, ia berhasil menaklukan Meridha,Sonia, dan Sevilla. Sementara itu, Thriq membagi pasukannya untuk menaklukan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa pasukannya untuk menaklukan Toledo yakni ibukota Spanyol pada saat itu. Semua ditaklukan tanpa perlawanan.
Kemudian pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukan Esja. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah pirenis (Perancis). Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian, Portugis mereka taklukan dan mereka ganti namanya dengan Algharb atau barat. Sungguh itu merupakan sebuah keberhasilan yang luar biasa.
Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara dan menaklukan seluruh Eropa. Sebab waktu itu, tidak ada kekuatan darimana pun juga yang mampu menghadapi mereka. Namun niat itu tidak jadi dilakukan lantaran Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua untuk pulang ke Damaskus.Thariq pun pulang terlebih dahulu, sementara Musa bin Nushair menyusun pemerintahan baru di Spanyol.
Akhir hayat Thariq bin Ziyad
Setelah bertemu Khalifah Al-Walid, Thariq bi Ziyad ditakdirkan oleh Allah SWT untuk tidak kembali ke Spanyol atau Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya di Damaskus Syuriah pada tahun 720 M.
Demikianlah kisah dari Thariq bin Ziyad yang berhasil menaklukan daratan Spanyol/Andalusia sehingga Islam dapat tersebar di Negeri itu.
Wallahu A’lam Bishowab.