Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Shalahuddin Al Ayubi & Wanita non-Muslim yang Kehilangan Anak

Sultan Dinasti Ayyubiyah itu bersedia membantu orang yang membutuhkan pertolongan, meski bukan dari kalangan Islam.

KompasNusantara - Nama Shalahuddin Al Ayubi tidak bisa dihapuskan dari catatan sejarah perkembangan Islam. Ia merupakan sosok pemimpin yang tegas, namun juga toleran dan baik hati.

Tidak hanya di kalangan umat Islam masa itu. Kebaikan hati Shalahuddin bahkan diakui oleh kaum non-Muslim.

Shalahuddin adalah pendiri sekaligus sultan pertama Dinasti Ayyubiyah. Pusat pemerintahannya ada di Mesir dan wilayah kekuasaannya terbentang di sebagian besar Timur Tengah.

Kebaikan Shalahuddin kepada umat non-Muslim, salah satunya tercantum dalam kitab An Nawadir Ash Shultaniyah. Kala itu, Shalahuddin membantu seorang wanita non-Muslim yang kehilangan anaknya di tengah kecamuk Perang Salib.

Suatu hari, saat akan berperang, Shalahuddin ditemui prajurit garda depan Islam. Prajurit itu membawa seorang wanita non-Muslim yang terlihat ketakutan dan terus menangis.

"Wanita ini keluar dari kamp pasukan Salib, dan memohon untuk bisa menghadap engkau," kata prajurit itu.

Kemudian, melalui penerjemah, wanita itu mengatakan anak perempuannya yang masih kecil telah diculik di malam sebelumnya. Si penculik menyelinap masuk ke tenda wanita itu.

Mengetahui anaknya diculik, wanita tersebut mengaku meminta pertolongan ke sana ke mari selama seharian. Sayangnya, tidak ada satupun orang yang bisa menolongnya.

Kemudian, ada seorang anggota pasukan Salib yang menyarankan wanita itu menemui Shalahuddin untuk meminta bantuan.

"Sultan Shalahuddin adalah orang yang baik hati. Kami akan mengeluarkanmu agar bisa bertemu dengan Sultan untuk menemukan anakmu," ucap wanita itu menirukan ucapan pasukan Salib yang mengantarnya keluar dari kamp.

"Aku tidak tahu keadaan anakku, kecuali dari engkau, ya Sultan," kata wanita itu.

Mendengar perkataan wanita itu, Shalahuddin meneteskan air mata. Ia langsung memerintahkan seseorang untuk ke pasar dan mencari anak kecil itu.

Jika ditemukan sudah dijadikan budak, Shalahuddin memerintahkan agar anak tersebut ditebus. Kemudian dibawa menghadap kepadanya.

Keesokan harinya, ada seorang penunggang kuda datang menemui Shalahuddin. Di pundaknya, gadis kecil tampak tergendong.

Wanita yang meminta bantuan Shalahuddin langsung terjatuh ke tanah dan menangis karena anaknya telah ditemukan. Orang-orang di sekitar wanita itu pun turut menangis, terharu dengan peristiwa yang dialami ibu dan anak tersebut.

Wanita itu kemudian mengangkat tangannya ke langit, lalu mengucapkan kata-kata dalam bahasa yang tidak dimengerti orang lain. Gadis mungil itu diserahkan, lalu sepasang ibu dan anak itu diantar kembali pasukan Muslim menuju perkemahan pasukan Salib.

SHALAHUDDIN AL AYUBI ketika berhadapan dengan pasukan Salib, ia ditemui oleh prajurit garis depan, yang membawa seorang wanita yang terlihat amat ketakutan, dan terus-menerus menangis. Prajurit itu pun menyampaikan, ”wanita ini keluar dari kamp pasukan Salib, dan memohon untuk bisa menghadap Anda.”

Melalui penerjemah, wanita itu menyatakan bahwa para penculik dari umat Islam memasuki tendanya tadi malam dan menculik anak perempuannya yang masih kecil. Karena peristiwa itu wanita tersebut meminta pertolongan kesana-kemari selama seharian. Hingga ada dari mereka yang berkata kepada perempuan itu, ”Sultan Shalahuddin adalah orang yang baik hati, kami akan mengeluarkanmu agar engkau bisa bertemu dengan Sultan untuk menemukan anaknya.” Akhirnya pasukan Salib pun membawa wanita itu keluar wilayah yang mereka kuasai. Wanita itu pun berkata, ”aku tidak tahu mengenai keadaan anakku, kacuali dari Anda.”

Saat itu Shalahuddin pun meneteskan air matanya, setelah mengetahu apa yang terjadi. Ia pun segera memerintahkan seseorang untuk ke pasar dan mencari anak kecil itu, dan siapa yang telah membelinya, kemudian menebusnya, lalu mendatangkan anak itu kepadanya.

Esok harinya datanglah seorang penunggang kuda dengan anak perempuan di pundaknya saat melihatnya wanita tersebut pun jatuh menangis, membiarkan wajahnya menggesek tanah. Orang-orang yang ada di sekitarnya pun ikut menangis, lalu anita itu pun mengangkat kedua tangannya ke langit, seraya berucap kata-kata yang tidak dimengerti oleh mereka.

Kemudian, diserahkanlah anak kecil itu pada wanita itu, lalu pun diantar kembali oleh para prajurit menuju perkemahan pasukan Salib. (An Nawadir Ash Shulthaniyah, hal. 68,69)
close