Astronom Temukan Dunia dengan 3 Matahari, Dulunya Malah 4
Interpretasi seniman tentang HD 98800, sistem bintang empat yang terletak 150 tahun cahaya. Foto: NASA
Astronomi - Tata Surya yang kita tinggali, unik dari sudut pandang kita karena kehidupan ada di satu bagian kecil alam semesta ini di galaksi Bima Sakti. Keberadaan kehidupan ini didukung oleh Matahari di mana semua planet berputar.
Bayangkan ada sebuah sistem Tata Surya dengan empat Matahari. Sistem ini saling terjepit erat, dan para astronom berspekulasi ada empat bintang dalam sistem ini sampai tiga Matahari lainnya melahap yang keempat.
Para astronom untuk pertama kalinya menemukan sistem unik yang memiliki dua bintang biner yang mengorbit satu sama lain dan bintang yang lebih besar mengorbit keduanya. Dunia ini mereka namakan HD 98800 yang terletak 150 tahun cahaya di konstelasi TW Hydrae.
Bintang-bintang biner mengorbit satu sama lain dalam satu hari, mirip dengan Bumi yang menyelesaikan satu rotasi dalam 24 jam. Kedua Matahari, jika digabungkan, memiliki berat 12 kali massa Matahari kita.
"Sejauh yang kami tahu, ini adalah yang pertama dari jenisnya yang pernah terdeteksi. Kita tahu banyak tentang sistem bintang tersier (sistem bintang tiga), tetapi mereka biasanya secara signifikan kurang masif. Bintang-bintang masif dalam sistem rangkap tiga ini sangat berdekatan satu sama lain, ini adalah sistem yang kompak," kata Alejandro Vigna-Gomez dari Institut Niels Bohr di University of Kopenhagen, dikutip dari India Today.
Alejandro berkolaborasi dengan rekan penelitinya Bin Liu dari China untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana kombinasi unik dari kumpulan bintang biner dan bintang besar yang berputar ini terbentuk.
Para peneliti bingung dengan keberadaan bintang ketiga dalam sistem ini, yang beratnya 16 kali massa Matahari kita dengan orbit lingkaran dalam yang mengelilingi dua bintang enam kali setiap tahun.
Bintang tersier kira-kira 16 kali massa Matahari kita. Foto: NASA
Sistem ini, karena kecerahannya yang tinggi, pertama kali ditemukan oleh komunitas astronom amatir, yang mengambil data dari observatorium Transiting Exoplanet Survey Satellite milik NASA. Awalnya, mereka menganggapnya sebagai anomali dan memberi tahu astronom profesional yang kemudian mengonfirmasinya sebagai sistem bintang tiga yang unik.
Kedua peneliti kemudian mengkodekan data dan menjalankan 1.00.000 iterasi pada superkomputer untuk menilai hasil yang paling mungkin dari skenario ini.
"Sekarang kami memiliki model skenario yang paling mungkin pada sistem unik ini. Tapi model saja tidak cukup. Dan ada dua cara kita dapat membuktikan atau menguraikan teori kita tentang formasi ini. Salah satunya mempelajari sistem secara rinci dan yang lainnya membuat analisis statistik populasi bintang," kata Alejandro.
"Jika kita masuk ke sistem secara rinci, kita harus mengandalkan keahlian seorang astronom. Kami sudah melakukan observasi awal, tapi kami masih harus melihat data dan memastikan kami menafsirkannya dengan baik," jelas Alejandro.
Kedua peneliti saat ini memanfaatkan teleskop dan observatorium yang tersebar di seluruh dunia untuk melihat sistem yang unik ini.