Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Orang Mesir Tewas Ditangan Nabi Musa a.s


Ketika Musa telah mencapai usia dewasa, yakni telah sempurna tubuh dan akalnya, yang mana usia dewasa itu menurut sebagian besar ulama tercapai ketika seseorang berusia empat puluh tahun. Pada saat itulah Allah memberikan kepada Musa ilmu hikmah dan ilmu pengetahuan, yang tidak lain adalah kenabian dan syariat yang dahulu pernah disampaikan pula kepada ibunda Musa, “Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang Rasul.” (Al-Qasas: 7)

Lalu setelah itu, disebutkan pula bahwa Nabi Musa keluar dari negeri Mesir untuk pergi ke negeri Madyan dan tinggal di sana sampai waktu yang ditentukan. Di sanalah Musa mendapatkan kehormatan dan keistimewaan, di antaranya berbicara langsung kepada Allah.

Dalam perjalannannya, Nabi Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah. Sejumlah ulama, di antaranya Ibnu Abbas, Said bin Jubair, Ikrimah, Qatadah, dan As-Suddi mengatakan, “Maksudnya adalah tengah hari.” Sedangkan sebuah riwayat lain dari Ibnu Abbas menyebutkan, “Maksudnya adalah antara waktu maghrib dengan waktu isya.”

Nabi Musa mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi. Mereka saling bersitegang dan saling pukul memukul. Yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang lagi dari pihak musuhnya (kaum Fir'aun atau orang Mesir).

Kemudian orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari pihak musuhnya. Orang itu meminta Nabi Musa untuk membantunya karena ia tahu bahwa Nabi Musa dihormati di seantero negeri Mesir, karena ia diangkat menjadi anak Fir'aun dan dibesarkan di istana raja, oleh karena itu Bani Israil yang tinggal di negeri Mesir pun memuliakannya dan merasa memiliki kedudukan yang tinggi, kepala mereka pun dapat terangkat setelah mengetahui bahwa keluarga kerajaan mengasuh Nabi Musa, mereka sudah menganggap bahwa keluarga kerajaan adalah keluarga Nabi Musa sendiri.

Lalu, ketika orang Israil itu meminta pertolongan kepada Nabi Musa untuk mengalahkan orang Mesir, maka Musa pun menolongnya, lalu Nabi Musa meninjunya. Maka matilah terkaparlah orang Mesir yang dipukulnya itu.

Orang Mesir itu sebenarnya adalah seorang kafir dan musyrik terhadap Allah, namun Nabi Musa sama sekali tidak bermaksud untuk membunuhnya, ia hanya ingin menakut-nakuti dan membuatnya jera. Meski demikian, Nabi Musa tetap berkata, “Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan.”

Kemudian Nabi Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhmya aku telah menzhalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.” Maka Allah pun mengampuninya. Nabi Musa berkata, “Ya Tuhanku! Demi mikmat yang telah Engkau anugrahkan kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.”

Selanjutnya, karena kejadian itu, Nabi Musa menjadi ketakutan berada di negeri Mesir. la khawatir Fir’aun dan pasukannya mengetahui bahwa orang Mesir yang terbunuh itu akibat perbuatan dirinya ketika sedang menolongg orang Israil, hingga mereka semakin yakin bahwa Musa adalah bagian dari Bani Israil dan akan terjadi sesuatu yang luar biasa yang selama ini mereka waspadai.

Maka keesokan paginya ketika ia berjalan menyusuri pinggir kota, sambil melihat-lihat dan mengamati keadaan kota. Tiba-tiba orang Israil yang kemarin ditolongnya datang menghampirinya, berteriak-teriak agar Musa menolongnya lagi untuk melawan orang Mesir lainnya, maka Musa langsung menghardiknya dan menyalahkan orang itu yang terlalu kerap berkelahi dan menyebabkan kerusuhan, Nabi Musa berkata, “Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat.”

Meski demikian, Musa tetap berupaya untuk membantu orang Israil itu, namun ketika ia hendak memukul orang Mesir yang menjadi musuhnya dan musuh orang Israil itu, orang Mesir itu berkata, “Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.”

Fir’aun pun sudah mengetahui bahwa Nabi Musa-lah yang kemarin menyebabkan satu orang Mesir terbunuh. Maka ia pun mengutus ajudannya untuk menjemputnya. Namun, utusan itu didahului oleh
seseorang laki-laki yang mengambil jalan pintas, yang datang bergegas dari ujung kota.

Ia berlari-lari agar dapat mendahului ajudan Fir’aun. Lalu ia berkata, “Wahai Musa Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu.”

Maka keluarlah Nabi Musa dari kota itu dengan rasa takut, waspada kalau ada yang menyusul atau menangkapnya. Ia keluar dari negeri Mesir dengan terburu-buru, tanpa mengenali dan mengetahui jalan yang harus dilaluinya, seraya berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu.”

Wallahu a’lam.

Sumber : Qashash Al-Anbiyaa’, Ibnu Katsir, hlm. 506-510 (Diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh H. Dudi Rosyadi, Lc.)
close