Kisah Ahli Ibadah yang Kalah Melawan Iblis
KompasNusantara - Di sebuah daerah terdapat seorang yang sangat dikenal sebagai ahli ibadah (‘Abid). Suatu hari sekelompok orang berkunjung kepadanya seraya memberitau bahwa di daerah tersebut ada golongan orang yang menyembah pohon, bukannya menyembah Allah. Mendengar berita demikian, Sang ‘Abid marah. Sesudah itu dia mengambil kapaknya dan pergi menuju pohon dimaksud untuk menebangnya.
Namun Iblis yang menampakkan dirinya sebagai seorang Syekh menghadang langkah si ahli ibadah tersebut.
"Ke mana anda akan pergi,” tanya Iblis.
"Aku akan menebang pohon yang disembah tersebut,” kata ahli ibadah tersebut.
"Apa kepentinganmu dengan pohon tersebut? Anda sudah meninggalkan ibadah dan kesibukanmu dengan dirimu sendiri, lalu anda meluangkan untuk tak selain itu,” selidik Iblis.
"Ini adalah bagian dari ibadahku juga,” jawab si ‘Abid.
"Jikalau begitu aku tidak akan membiarkanmu untuk menebangnya."
Lalu Iblis menyerang sang ahli ibadah. Tanpa kesulitan sang ‘Abid berhasil mengalahkan Iblis, membantingnya ke tanah dan selanjutnya mampu menduduki dadanya.
"Lepaskanlah aku, sehingga aku sanggup berbicara kepadamu,” pinta Iblis.
Sang ‘Abid pun berdiri. Lalu Iblis berkata:
"Wahai si ‘Abid, sesungguhnya Allah sudah melepaskan urusan ini darimu dan bukan mewajibkannya atasmu. Anda bukan akan menanggung dosa orang lain. Allah pun miliki para nabi di segala penjuru bumi. Seandainya Allah inginkan, niscaya dia akan mengutus mereka kepada para penyembah pohon ini dan memerintahkan mereka untuk menebangnya."
"Aku wajib menebangnya,” tutur ahli ibadah bersikukuh.
Iblis pun lagi menyerang si ‘Abid. Tapi dengan dengan mudah si ‘Abid mampu mempu menahan perlawanan Iblis, dibantingnya ke tanah lalu diduduki dadanya. Selanjutnya Iblis tidak berdaya dan berkata kepada sang ‘Abid:
"Apakah anda mau terima penyelesaian antara aku dan anda yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagimu.
"Apa itu?” Tanya sang pakar ibadah.
"Lepaskanlah aku suapaya aku mampu mengatakannya.”
Sang ‘Abid pun melepaskannya. Lalu iblis berkata:
"Anda adalah seorang laki-laki miskin. Anda tidak mempunyai apa-apa. Anda adalah semata-mata beban yang memberatkan manusia. Mungkin anda akan berbuat baik kepada setiap orang, menolong tetangga-tetanggamu, dan tidak lagi membutuhkan orang lain.
"Benar,” si ‘Abid mengiyakan.
"Pulang dan tinggalkanlah urusan ini. Tiap-tiap malam aku akan meletakkan dua dinar di bawah kepalamu. Sementara pagi hari anda sanggup mengambilnya lalu membelanjakannya untuk dirimu dan keluargamu, dan juga menyedekahkan untuk teman-temanmu. Hal tersebut akan lebih berfungsi bagimu dan bagi kaum muslimin ketimbang menebang pohon yang disembah ini. Apabila anda menebangnya, hal tersebut bukan akan membahayakan mereka dan bukan pula memberi kegunaan atas teman-teman muslim anda,” ujar Iblis menjelaskan.
Sang ‘Abid merenungkan apa yang diucapkan Iblis, lalu berkata, "Syekh ini benar. Aku memang bukanlah seorang nabi aku tidak harus menebang pohon ini. Lagipula Allah pun tidak memerintahkan aku untuk menebangnya supaya aku tidak akan berdosa apabila membiarkannya. Dan apa yang disampaikannya memang lebih banyak manfaatnya.”
Sesudah itu, Iblis bersumpah dan berjanji kepada sang ‘Abid akan mencukupi janjinya tersebut. Sang ‘Abid pun pulang ke tempat ibadahnya. Pada pagi harinya dia saksikan dua dinar di bawah kepalanya. Dia pun mengambilnya. Begitu pula pada keesokan harinya. Namun terhadap pagi hari ketiga dan pagi hari setelahnya dia tidak mendapati sesuatu apa pun. Merasa kecewa atas kejadian tersebut, ahli ibadah menjadi marah dan mengambil kapaknya. Iblis kembali lagi menghadangnya dalam bentuk seorang Syekh.
"Mau ke mana anda?”
"Aku akan menumbangkan pohon tersebut.”
"Demi Allah, anda tidak akan bisa melakukannya. Dan anda tidak akan memperoleh jalan menuju pohon tersebut.”
Sang ‘Abid menyergap Iblis sebagaimana ia melakukannya terhadap kejadian pertama.
"Tidak mungkin,” kata iblis.
Lalu Iblis membekuk sang ‘Abid dan membantingnya. Didalam sekejap dia menjadi layaknya burung kecil di antara dua kaki Iblis. Iblis duduk di atas dadanya dan berkata, "Berhentilah dari urusan ini. Apabila tidak, aku akan membunuhmu.”
Kini sang ‘Abid tidak mempunyai daya untuk melawan Iblis.
"Wahai Syekh, anda sekarang sudah mengalahkanku. Lepaskanlah aku dan beritahukanlah kepadaku mengapa dulu aku mampu mengalahkanmu, namun sekarang anda yang mengalahkanku,” tanya ahli ibadah.
"Sebab waktu pertama kali anda marah, anda lakukan hal tersebut karena demi Allah, dan niatmu adalah akhirat supaya Allah menundukkanku untukmu. Namun kali ini anda marah demi dirimu sendiri dan demi dinar-dinar yang aku hentikan untukmu,” pungkas Iblis.
Demikian kurang lebihnya (Bukan terjemahaan harfiah) salah satu cerita israiliyat yang dilansir oleh Imam Al-Ghazali di dalam Ihya' Ulumid Din jilid empat ketika sang Hujjatul Islam tersebut memaparkan berkaitan "Keutamaan Ikhlas" bersama dengan analogi cerita. Bila kini banyak orang berusaha mengambil pelajaran dan iktibar lewat jalan membaca cerita-cerita fiksi yang dikarang para sastrawan, maka bersama dengan tujuan yang serupa kisah israiliyat juga tidak boleh dianggap remeh lebih-lebih yang disajikan oleh tokoh sekaliber Imam Al-Ghazali yang kita yakini lebih hebat daripada para sastrawan-penyair jaman kini . (M. Haromain)