Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Ruh Syekh Abdul Qadir Jailani Memberikan Pundaknya kepada Rasulullah SAW, Agar Bisa Menaiki Buraq


KompasNusantara - Nama Syekh Abdul Qadir Jailani adalah nama yang sudah tidak asing bagi masyarakat muslim.

Syekh Abdul Qadir Jailani disebut-sebut sebagai Sultonul Auliya alias Rajanya para Wali Allah SWT.

Beliau juga diketahui memiliki banyak karomah, yang mungkin bagi sebagian orang dianggap tidak masuk akal.

Sebut saja peristiwa saat Syekh Abdul Qadir Jailani menghidupkan orang yang meninggal dunia sekitar 500 tahun sebelumnya.

Terkait julukan Sultonul Auliya kepada Syekh Abdul Qadir Jailani, tentu ini tak lepas dari pertemuan beliau dengan Rasulullah SAW.

Dimana Syekh Abdul Qadir Jailani memberikan bahunya kepada Nabi Muhammad SAW saat beliau hendak melakukan Mi'raj atau perjalanan Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha yakni langit ketujuh.

Kisah ini disebutkan dalam kitab Al-Lujaini ad-Dani karya Syekh Al-Karim Ja'far bin Hasan Abdul Karim al-Barzanji dan dalam kitab Raudhah an-Nadzir.

Syekh Rasyid bin Muhammad Al-Junaidi meriwayatkan, pada malam Rasulullah SAW Mi'raj, malaikat Jibril menghadap Rasulullah SAW sambil membawa Buraq untuk diserahkan kepada beliau.

Telapak kaki Buraq tersebut mengeluarkan cahaya seperti cahaya bulan.

Seketika itu, Buraq tidak mau diam karena begitu senangnya bertemu baginda Rasulullah SAW.

Kemudian, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Wahai Buraq, kenapa engkau tidak mau diam? Apa karena engkau tidak mau aku tunggangi?"

Buraq kemudian menjawab: "Wahai Rasulullah, bukan aku tidak mau ditunggangi Baginda, tetapi aku mempunyai permintaan kepada Baginda wahai kekasih Allah SWT. Permintaanku adalah nanti di hari kiamat ketika Baginda masuk surga agar tidak menunggangi yang lain, kecuali aku" kata Buraq.

Rasulullah kemudian bersabda: "Wahai Buraq, permintaanmu aku kabulkan"

Buraq itu kemudian kembali berkata: "Wahai Baginda, sudikah kiranya Baginda memegang pundakku agar menjadi ciri di hari kiamat?"

Kemudian Rasulullah SAW memegangkan kedua tangannya pada pundak Buraq tersebut.

Buraq pun senang dan gembira yang luar biasa, hingga badannya tidak muat lagi ditempati ruhnya. Buraq tersebut membesar dan tinggi hingga 40 hasta.

Rasulullah SAW berdiri sebentar sambil melihat betapa tingginya Buraq tersebut. Beliau berpikir bagaimana caranya naik ke punggung Buraq tersebut, sedangkan saat itu tidak ada tangga untuk naik.

Pada saat itu juga, datang ruh Syekh Abdul Qadir Jailani seraya berkata: "Silahkan Baginda naik ke pundak saya"

Rasulullah SAW naik ke pundak Syekh Abdul Qadir Jailani lalu Syekh Abdul Qadir Jailani berdiri, sehingga Rasulullah SAW bisa naik ke punggung Buraq.

Lalu Rasulullah SAW bersabda:

"Dua telapak kakiku menaiki pundakmu wahai Abdul Qadir, maka telapak kakimu nanti yang akan menaiki pundak semua wali Allah"

Pernyataan Rasulullah SAW itu, sekaligus sebagai gelar terhormat yang diberikan kepada Syekh Abdul Qadir Jailani.

Syekh Al-Imam Syihabuddin Abu Hafsh Umar bin Muhammad bin Muhammad al-Suhrawardi, mengisahkan: Aku mendengar Syekh Muhyiddin Abdul Qadir berkata di atas kursinya, "Semua wali berada di telapak kaki nabi dan aku berada di telapak kaki kakekku, yaitu Muhammad SAW,". Nabi Muhammad SAW tidak mengangkat kedua kakinya, melainkan tempat bekas kakinya aku akan menginjaknya dengan telapak kakiku. Hal itu bukanlah apa-apa, melainkan telapak kaki kenabian yang tidak ada cara lain lagi untuk memperolehnya, melainkan oleh para Nabinya"

Itulah kisah Syekh Abdul Qadir Jailani yang memberikan pundaknya kepada Rasulullah SAW saat hendak naik Burak ketika Mi'raj.[]

close