Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Yasir bin Amir - Sahabat Nabi Yang Gugur Disiksa Quraisy


KompasNusantara - Yasir bin Amir adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang masuk Islam pada masa-masa awal dakwah Rasulullah sehingga beliau termasuk dalam As-Sabiqun Al-Awwalun (Pemeluk Islam Pertama/generasi pertama).

Yasir adalah sahabat yang gugur di masa-masa sulit dengan usianya yang tidak lagi muda, Yasir cukup menderita karena siksa dan kekejaman Quraisy.

Kisah Yasir bin Amir - Sahabat Nabi Yang gugur disiksa Quraisy

Bermukim di Mekkah
Ibnu Sa’ad menulis dalam Thabaqat al-Kubra bahwasanya Yasir bin Amir bukanlah asli penduduk Kota Mekah. Yasir adalah pendatang yang berasal dari Yaman. Yasir bin Amir datang ke Mekah adalah untuk mencari saudaranya yang hilang. 

Diceritakan bahwa Yasir bersama dua saudaranya yang lain bernama Malik dan Harits menempuh perjalanan dari Yaman menuju Mekah. Namun sesampainya di Mekah, ternyata tiga bersaudara itu tidak dapat menemukan keberadaan saudaranya dan juga tidak mendapatkan informasi yang cukup untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Yaman. Ketika Malik dan Harits memutuskan untuk pulang, ternyata Yasir berubah pikiran. Yasir ingin tetap tinggal di Mekah karena telah merasa nyaman hidup di Mekah.

Agar bisa menetap, sebagai pendatang yasir harus mematuhi peraturan di Mekah. Bbeliau harus berbaiat kepada satu kabilah besar agar harta dan jiwanya dapat terjamin keamanannya. Ibnu Sa’ad menulis bahwa Yasir bin Amir berbaiat kepada Abu Hudzaifah, pembesar dari kabilah Makhzum dan bergabung dengannya.

Abu Hudzaifah kemudian menikahkan Yasir dengan budak perempuannya bernama Sumayyah. Tidak lama kemudian Sumayyah dimerdekakan oleh Abu Hudzaifah. Dari pasangan Yasir dan Sumayyah lahirlah Ammar, salah seorang sahabat yang gigih memperjuangkan Islam. Sesuai aturan perbudakan yang berlaku ketika itu, Ammar otomatis berstatus budak Abu Hudzaifah, meskipun pada akhirnya Ammar dimerdekakan Abu Hudzaifah. Keluarga Yasir ini terus ikut Abu Hudzaifah hingga ia wafat.

Memeluk Islam

Dalam buku al-Kamil fi al-Tarikh, Ibnu al-Atsir mencatat bahwa keluarga Yasir masuk Islam di tahun ke-5 masa Kenabian (bi’tsah). Kemungkinan besar Yasir yang paling akhir menyatakan masuk Islam dibandingkan dengan Ammar dan Sumayyah dalam keluarga tersebut. Hal ini sesuai dengan catatan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah yang menuliskan bahwa Ammar dan Sumayyah adalah termasuk dalam tujuh orang yang paling pertama masuk Islam, Ammar yang keenam dan Sumayyah yang ketujuh. Sedangkan Yasir, dalam hitungan Ibnu Hajar, berada dalam bilangan tiga puluhan.

Keislaman keluarga Yasir ini sangatlah mahal bagi kabilah Bani Makhzum. Disebabkan dahulu mereka adalah bekas budak Bani Makhzum, maka bisa dikatakan mereka disiksa secara tidak semena-mena oleh para pembesar Bani Makhzum. Termasuk di antara yang paling keras terhadap keluarga ini adalah Abu Jahal, sepupu Abu Hudzaifah.
Orang-orang Quraisy menjalankan siasat terhadap Kaum Muslimin sesuai situasi dan kondisi. Seandainya mereka ini golongan bangsawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan. Dan setelah itu mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit.

Dan sekiranya yang beriman itu dari kalangan penduduk Makkah yang rendah martabatnya dan yang miskin, atau dari golongan budak belian, maka mereka didera dan disulutnya dengan api bernyala.

Maka keluarga Yasir termasuk dalam golongan yang kedua ini. Dan soal penyiksaan mereka, diserahkan kepada Bani Makhzum. Setiap hari Yasir, Sumayyah dan Ammar dibawa ke padang pasir Makkah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai azab dan siksa.

Penderitaan dan pengalaman Sumayyah dari siksaan ini amat ngeri dan menakutkan, namun Sumayyah telah menunjukkan sikap dan pendirian tangguh, yang dari awal hingga akhirnya telah membuktikan kepada kemanusiaan suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur.

Gugur dalam Mempertahankan Aqidah

Abu Jahal menyiksa keluarga Yasir dengan berbagai siksaan agar mereka keluar dari Islam. Para pembesar Bani Makhzum juga ikut menyiksa keluarga Yasir. Berbagai siksaan fisik dan mental tidak menyulutkan kedua pasangan Yasir dan Sumayyah meskipun mereka sudah sangat renta. Yasir bin Amir pada akhirnya meregang nyawa akibat siksaan yang teramat berat dan bertubi-tubi.

Keluarga Yasir tetap berpihak pada ajaran Muhammad. Gugurlah Sumayyah sebagai saksi atas kebenaran yang diyakininya. Ia wanita pertama yang menyandang gelar syahidah atas din Islam ini. Disusul suaminya, Yasir sebagai lelaki pertama yang bergelar sebagai syuhada.

Sementara Ammar, anak pertama tetap bergulat menanggung siksaan. Ia tetap berupaya menanggung siksaan itu betapa pun pedihnya. Namun ia tetaplah sebagai manusia. Sesungguhnya siksaan yang ia terima telah melampaui batas kemanusiaan, hingga tanpa sadar Ammar pun mengucapkan kata-kata kekufuran sebagai upaya melepaskan siksaan yang ia derita.

Sungguh ia bersedih dengan ucapan itu, walaupun dalam hatinya tetap meyakini sepenuhnya akan kebenaran Islam. Pada saat itu turunlah kebenaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah ia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam keadaan beriman (dia tidak berdosa).” (QS. An-Nahl: 106).

Rasulullah SAW selalu mengunjungi tempat-tempat yang diketahuinya sebagai arena penyiksaan bagi keluarga Yasir. Ketika itu tidak suatu apa pun yang dimilikinya untuk menolak bahaya dan mempertahankan diri.

Tidak ada keterangan pada usia berapa Yasir bin Ammar wafat. Bila ditelusuri dari catatan Ibnu al-Atsir dalam al-Kamil fi al-Tarikh terkait usia Ammar bin Yasir ketika wafat di tahun 37 H pada usia 94 tahun, bisa dihitung bahwa Ammar berusia 44 tahun ketika pada masa kenabian. Bila Yasir terpaut misalnya 20 tahun atau 30 tahun dengan usia Ammar, bisa dikatakan bahwa pada saat itu Yasir bin Amir berusia sekitar 60–70 tahun atau bahkan lebih.

Wallahu A’lam.
close