Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Muhair bin Ahbar, Jin yang Membela Rasulullah Saw


Muhair bin Ahbar merupakan jin dari golongan jin yang memeluk Islam dan memegang teguh agama tauhid sejak zaman Nabi Nuh AS. Generasi demi generasi dan Rasul berganti Rasul, Ibnu Ahbar mengimani para Rasul tersebut termasuk kepada Nabi Muhammad SAW.

Bisa jadi ia termasuk dalam kelompok jin yang mengikuti risalah Nabi SAW sebagaimana yang tertulis dalam Al Qur'an Surah al Jin ayat 1-2. Muhair bin Ahbar tinggal di Gunung Tursina bersama istrinya.

Namun ia lebih sering bersafar (berkeliling melang-lang buana layaknya seorang musafir). Suatu saat ia pulang ke rumah dan didapatinya istrinya sedang menangis.

Iapun bertanya, "Kenapa engkau menangis?" Istrinya yang juga memeluk Islam dan mempunyai kecintaan yang sangat besar kepada Nabi SAW, berkata, "Apakah engkau tidak tahu, sesungguhnya si Musfir (salah satu jin kafir yang jahat) telah menjelek-jelekkan Nabi Muhammad SAW sehingga beliau menjadi sedih".

Beberapa waktu sebelumnya telah terjadi peristiwa menggemparkan di Makkah karena berhala milik Walid bin Mughirah (salah seorang pembesar kafir Quraisy) bisa berbicara. Peristiwa itu berawal saat kaum Quraisy ingin menyatukan pendapat dalam menyikapi dakwah Nabi SAW, terutama menjelang dimulainya musim haji.

Kala itu mereka menolak dakwah dan ajakan beliau untuk bertauhid, namun alasan apa yang tepat dari penolakan tersebut?

Berbagai isu pun muncul, seperti menyatakan Nabi SAW sebagai dukun, penyair, penyihir, pengacau,provokator, radikal,anti kebinekaan, dan berbagai usulan lain, bahkan sebagai orang yang sinting. Walid menolak semua isu tersebut karena semua itu sangat jauh dengan kenyataan yang ada pada pribadi dan perilaku Nabi SAW.

Ketika mereka meminta usulan dari Walid, ia meminta waktu 3 hari untuk memikirkannya. Dalam 3 hari tersebut, Walid bin Mughirah melakukan penyembahan kepada berhalanya yang di beri nama Hubal secara intensif.

Ia tidak makan, minum dan tidur, ia bahkan juga mengajak anggota keluarganya melakukan hal yang sama. Kemudian ia juga memberikan persembahan yang luar biasa.

Setelah 3 hari, Walid berkata kepada Hubal (nama berhalanya) "Demi penyembahan yang aku lakukan dalam tiga hari ini, beritahu aku perihal Muhammad..!!"

Saat itulah jin kafir yang bernama Musfir masuk ke dalam berhala Hubal dan berkata, "Muhammad bukanlah Nabi, jangan kau benarkan perkataannya!!"

Dan beberapa "nasihat" Musfir untuk Walid yang pada dasarnya menjelek-jelekkan Nabi SAW. Walid sangat gembira, dan mengabarkan hal itu kepada pemuka kafir Quraisy lainnya.

Mereka mengundang Nabi SAW pada keesokan harinya untuk berkumpul di halaman Ka'bah. Nabi SAW datang bersama Abdullah bin Mas'ud.

Saat mereka berkumpul semua, mulailah Walid memberi persembahan kepada berhalanya dan menanyakan seperti hari sebelumnya. Musfir segera masuk ke dalam berhala Hubal kemudian mengatakan perkataan seperti hari sebelumnya.

Kaum kafir Quraisy itu bersorak gembira. Ibnu Mas'ud bertanya kepada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, apa yang dikatakan berhala tersebut?"

"Tenanglah Abdullah, sesungguhnya itu setan" kata nabi menenangkan Ibnu Masud.
Kembali kepada Muhair bin Ahbar, begitu mendengar penjelasan istrinya, ia sangat marah.

Ia mencari jejak si Musfir dan mengejarnya hingga membawanya ke Makkah. Ia berhasil menemukannya di antara Shafa dan Marwah dan kemudian membunuhnya di sana.

Nabi SAW dalam perjalanan pulang dengan perasaan gundah dan sedih. Beliau tahu betul semua itu adalah rekayasa setan terkutuk, tetapi bagaimana cara meyakinkan mereka. Dalam kegundahan itu, tiba-tiba beliau bertemu penunggang kuda berpakaian hijau, yang sedang menuntun kudanya mendekati beliau.

Setelah dekat, ia mengucapkan salam kepada beliau. Nabi SAW berkata, "Siapa kamu? Salam yang kamu ucapkan sungguh terasa amat indah bagiku?"

"Saya Muhair Ibnu Ahbar dari bangsa jin, saya telah memeluk Islam sejak jaman Nabi Nuh AS," kata Muhair.

Mulailah ia menceritakan pengalamannya sejak melihat istrinya menangis dan cerita tentang beliau bersama Walid, juga pengejarannya terhadap Musfir. Ia juga menceritakan kalau baru saja membunuh Musfir di antara Shafa dan Marwah, kepalanya terpotong dan berada di kandang kuda, sedangkan badannya terbang di antara shafa dan Marwah, menyerupai seekor kambing tanpa kepala.

Ia juga menunjukkan pedangnya yang masih berlumur darah Musfir. Nabi SAW amat gembira mendengar cerita Muhair tersebut, dan mendoakan kebaikan atas apa yang dilakukannya.

Beliau kemudian berkata, "Tinggal di mana anda?"
"Saya tinggal di Gunung Tursina!!" balas Muhair.

Kemudian Muhair berkata lagi, " Ya Rasulullah, apakah engkau tidak ingin aku mengejek mereka lewat berhala-berhala mereka, sebagaimana mereka telah mengejek engkau."

"Lakukan saja kalau engkau suka," Kata Nabi SAW.

Tampaknya saat itu kaum kafir Quraisy masih mabuk "kemenangan" dengan peristiwa sebelumnya sehingga mereka mengundang kembali Nabi SAW untuk hadir dalam pertemuan yang sama keesokan harinya. Mereka menghiasi Hubal dengan baju dan berbagai persembahan, kemudian berkata, "Hai Hubal, betapa cerah penglihatanku hari ini jika engkau mengejek Muhammad".

Muhair yang siap di tempat itu, segera masuk ke dalam berhala Hubal dan mengeluarkan perkataan yang sangat mengagetkan kaum kafir Quraisy, "Wahai penduduk Makkah, ketahuilah bahwa Muhammad ini adalah Nabi yang haq, agamanya benar, ia mengajak kepada jalan yang benar. Kalian semua dan berhala-berhala kalian ini tidak ada gunanya, jika kalian tidak membenarkan dan mengimaninya, kalian akan berada di neraka jahanam, kekal di dalamnya. Ikutilah Muhammad, ia Nabi Allah, dan mahluk terbaik-Nya."

Kaum kafir Quraisy termangu, diam dan seperti tak percaya, dari "bibir" berhala Hubal yang sama, tetapi sangat jauh berbeda dengan perkataan kemarinnya. Abu Jahal segera tanggap atas situasi itu.

Ia segera bangkit dan mengambil berhala Hubal, kemudian membanting ke tanah hingga pecah berkeping-keping. Nabi SAW pulang dengan gembira.

Beliau juga sempat memberikan nama baru buat Muhair, yakni Abdullah bin Ahbar. Ibnu Ahbar sangat gembira dengan pemberian nama baru oleh Nabi SAW tersebut, ia menyenandungkan syair untuk membanggakan nama barunya dan perjuangannya membela Nabi SAW.
close