Kisah Sultan Murad dan Seorang Wali Aneh
KompasNusantara - Kisah Sultan Murad menemukan mayat seorang wali yang semasa hidupnya senang membeli minuman keras dan mendatangi pelacur. Simak kisah selengkapnya yang menarik dan penuh rahasia ini…
Kisah Sultan Murad (Sultan Turki Abad 17)
Diriwayatkan disuatu ketika malam Sultan Murad IV merasa gundah yang tak diketahui sebabnya. Sultan Murad mengundang sipir (Kepala penjaga) lalu menceritkan rahasia kegundahannya.
Sesudah itu Sultan Murod berkata, “Ayo kita keluar, jalan-jalan ke perkampungan untuk menyaksikan suasana rakyat!”
Acara kunjungan ke kampung, atau blusukan sebenarnya tidak hal baru bagi Sultan Murad. Mereka pun berlangsung sampai tibalah di penghujung desa. Tersedia seorang pria tergeletak di atas tanah! Sesudah diperiksa Sultan, ternyata pria tersebut sudah tewas.
Namun sungguh aneh, orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya membiarkan begitu saja dan tak mau memperdulikannya. Seperti hal-nya bangkai binantang saja.
Sultan memanggil orang-orang yang melalui mayat laki-laki tersebut tanpa memperdulikannya, tanpa mereka mengerti bahwa yang memanggil adalah Sultan Murad, lantas bertanya:
“Kenapa ada orang meninggal disini tetapi tak seorang pun membawa dan mengurusnya? Siapa dia? Di mana keluarganya?”
Jawab meraka, “Ini orang zindiq, senang minum khamr, dan kerap berbuat zina.”
Kata Sultan, “Tetapi bukankah dia umat Nabi Muhammad ? Ayo bawa mayat ini ke tempat tinggal keluarganya!”
Sementara hingga di tempat tinggal, istrinya menangis melihat mayat suaminya. Para pengantar pun satu per satu meninggalkannya, kecuali Sultan dan seorang pengawalnya. Namun istri sang mayat tidak mengetahui bahwa orang tersebut adalah sultan.
Didalam tangisan istrinya tersebut, dia berseru “Semoga Allah merahmatimu, wahai wali Allah. Aku bersaksi bahwa engkau sungguh wali Allah.”
Sultan Murad terlalu heran mendengar ucapan wanita tersebut, dan berkata, “Bagaimana engkau mengetahui bahwa suamimu tersebut adalah wali Allah, padahal kata orang-orang tadi suamimu adalah pemabuk dan pezina”
Wanita tersebut menjawab, “Aku telah duga hal tersebut. Memang suamiku tiap malam pergi ke kedai minuman keras kemudian membelinya sebanyak mungkin, lalu membawanya pulang ke rumah. Hingga sampai di rumah, semua minuman (Khamr) tersebut dibuang ke toilet. Kata suami saya, “Semoga saya dapat meringankan keburukan khamr berasal dari kaum Muslimin.”
Suami saya juga selalu pergi ke wanita pelacur dan memberinya uang, sambil berkata, “Malam ini kau kubayar dan jangan melayani tamu sampai pagi!”
Suamiku bilang ke saya, “Alhamdulillah, semoga bersama tersebut aku mampu meringankan keburukannya (Pelacuran) berasal dari pemuda-pemuda muslim malam ini.”
Orang-Orang melihat dan mengerti bahwa suamiku membeli khamr (Minuman keras), dan masuk ke tempat tinggal pelacur. Orang-Oran pun membicarakan keburukan suamiku.
Suatu hari saya pernah bertanya kepada beliau 'suami saya', “Jika engkau mati, pasti tidak ada lagi orang yang bersedia mengurusi mayatmu.”
Suami saya bersama bibir tersenyum menjawab, “ Jangan risi sayangku… pemimpin kaum muslimin-lah yang akan menshalatkanku beserta para ulama dan pembesar-pembesar negeri lainnya.”
Sehabis mendengar penuturan istri almarhum, sultan pun benar-benar tersentuh, terharu dan menangis sambil berkata, “Suamimu benar! Demi Allah aku adalah Sultan Murad Ar-Rabi. Besok kita akan memandikan suamimu, laksanakan shalat jenazah dan menguburkannya.”
Diriwayatkan bahwa tak sekedar Sultan Murad, para ulama, syekh dan para masyarakat kota hadir mengurus jenazahnya.
Maha Besar Allah, seringkali kami menilai orang bersama sekedar memirsa penampilan, kulit luarnya dan berasal dari omongan orang (Media) yang belum pasti kebenarannya.
Maka mulai hari ini, mari buang jauh-jauh prasangka buruk dan jangan menyebar keburukan orang lain. Berbuat baiklah semampu kita…
Allah Maha Mengerti.