Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ORANG TUA RATU BALQIS; PASANGAN MANUSIA DAN JIN


KompasNusantara - Saba’ adalah negeri tua yang terletak di Yaman Selatan, dan berdasarkan penelitian terhadap reruntuhan kerajaan tersebut terungkap bahwa seorang ratu pernah berkuasa di kawasan tersebut antara tahun 1000-950 SM dan dia melakukan perjalanan ke utara, ke Yerussalem yang menjadi pusat kekuasaan Nabi Sulaiman 'Alaihissalam. Cerita tentang Ratu Saba’ yang terkenal dipanggil Ratu Balqis diabadikan dalam Al-Quran di dalam surat an-Naml (ayat 20 s/d 40).

Menurut informasi burung Hudhud, negeri Saba’ dipimpin oleh seorang wanita bernama Balqis yang dianugerahi segala macam sesuatu, memiliki singgasana yang sangat besar, memiliki kekuatan perang yang tangguh, dan kekuatan politik serta ekonomi yang kuat.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ

"Maka tidak lama kemudian datanglah Hud-hud, lalu ia berkata; aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya dan aku bawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini." (QS.An-Naml-27:22).

إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ

"Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar." (QS.An-Naml-27:23).

وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَعْمَٰلَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ

"Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (QS.An-Naml-27:24).

Berbicara tentang ratu Balqis akan memunculkan pertanyaan, siapa nama penguasa Saba’ tersebut dan siapa orang tua ratu Balqis ?

Imam Ath-Thabari dalam kitab Tarikh-nya dan Jawwad Ali dalam al-Mufashshal fi Tarikh al-Arab Qabla al-Islam menjelaskan, nama asli penguasa tersebut bernama Balqis atau Balqamah, para ahli nasab dan sejarah menyebutkan: Balqis binti Ilisyarah, atau Balqamah binti Ilyasyrah, atau Balqis binti Dzi Syarah bin Dzi Jadn bin Aili Syarah, bin Haris, bin Qais, bin Shaifi, bin Saba’, bin Yasyjub, bin Ya’rub bin Qahthan.

Konon ibunya berasal dari bangsa Jin, bernama Raihanah binti Sakan dan ada yang mengatakan Bal’amah binti Syaishan. 
Imam As-Suyuthi dalam Jami’ush Shaghir meriwayatkan sabda Nabi ﷺ dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu:

كَانَ أَحَدُ أَبَوَي بلقيس جِنِّياً

“Salah satu dari kedua orang tua Balqis adalah bangsa Jin”.

Pertemuan dan pernikahan ayah dan ibu Balqis dikisahkan oleh Imam al-Munawi dalam Faidl al-Qadir sebagai berikut: 
Ayah Balqis adalah raja Yaman yang memiliki kegemaran berburu, pada saat itu ia merasa haus, lalu dibukakanlah tenda untuknya dan dari dalam datanglah seorang kakek. Raja minta disediakan minuman. Lalu kakek itu memanggil seorang wanita yang ia perintah untuk menghantarkan minuman. Wanita itu kemudian keluar, dan ternyata sangatlah cantik bagaikan matahari dan ditangannya memegang cangkir dari batu yaqut.

Raja tertarik pada wanita itu kemudian meminang pada ayahnya, dan disebutkan bahwa ayahnya berasal dari bangsa jin. Ayah itu kemudian menikahkan putrinya dengan raja, tetapi dengan syarat, jika raja menanyakan sesuatu yang dilakukan istrinya, maka pertanyaan itu menjadi talaknya.

Dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, dimana sebelumnya raja belum pernah memiliki anak laki-laki. Tanpa sepengetahuan raja, anak itu dibunuh oleh ibunya sendiri. Kejadian tersebut membuat raja sedih, namun tidak berani bertanya, meminta penjelasan kepada istrinya.

Di waktu berikutnya, sang istri melahirkan lagi seorang anak perempuan yang diberi nama Balqis, ia tampak senang, tetapi sang raja justru tampak gelisah. Raja kemudian tidak tahan untuk menanyakan semua yang sudah dilakukan istrinya.

Istri raja kemudian berkata, “Inikah balasan darimu? Aku membunuh anak laki-lakimu itu karenamu! Sesungguhnya ayahku telah mencuri berita dari langit, dia mendengar malaikat mengatakan, jika anak itu sudah besar, dia akan membunuhnu. Ayahku juga mencuri berita langit tentang anak perempuan ini, dan mendengar para malaikat banyak yang memujinya, dan banyak yang menggambarkan kerajaannya. Ini adalah perpisahan antara diriku dan dirimu”. Setelah itu istri raja tidak pernah terihat lagi.

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menceritakan: Ayah Balqis adalah salah satu wazir (menteri) raja ‘Aat. Raja memiliki kebiasaan memaksa istri-istri rakyatnya, sedangkan wazir tersebut adalah laki-laki yang sangat pencemburu, sehingga dia memilih untuk tidak menikah.

Suatu hari di tengah perjalanan dia bertemu dengan seorang pria yang tidak dikenal, lalu ditanya, “Apakah engkau memiliki istri?”, “Aku tidak akan menikah selamanya, karena raja di negeri kami suka memaksa istri rakyatnya”, jawab wazir.

Pria itu kemudian menimpali, “Jika engkau mau menikahi putriku, maka selamanya raja tidak akan bisa memaksanya.” Wazir mejawab, “Tetap saja akan dipaksa.” Pria itu menjelaskan, “Sesungguhnya kami adalah bangsa jin, dimana raja tidak akan mampu memaksa kami.” Akhirnya wazir menikahi putri dari pria itu dan dikaruniai anak yang bernama Balqis.

Imam Ibnu Adil dalam tafsir al-Lubab juga bercerita, ayah Balqis adalah Syarahil yang menjadi raja Yaman dari keturunan Ya’rub bin Qahthan. Dia adalah seorang raja agung. Suatu ketika dia berkata pada raja-raja sekitar, “Tidak ada satu pun dari kalian yang kafa’ah (sepadan) dengan aku.” Sehingga dia tidak mau menikah dengan putri para raja tersebut. Akhirnya dia dinikahkan dengan wanita bangsa jin yang bernama Raihanah binti Sakan, kemudian terlahirlah Balqis, dan dia tidak memiliki anak selain Balqis.

Masih banyak lagi cerita yang dikisahkan dalam beragam versi, bertebaran dalam kitab-kitab, sehingga al-Alusi dalam Ruhul Ma’ani menyimpulkan, hadis yang menceritakan salah satu orang tua Balqis adalah jin merupakan hadis dlaif (lemah), dan cerita seputar pernikahan mereka hanyalah legenda yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadis sahih.

Imam Asy-Syanqithi dalam Adhwaul Bayan juga menyimpulkan, secara lahiriyah hadis tentang orang tua Balqis adalah hadis dlaif, begitu pula atsar yang mengisahkan sejarah mereka berdua tidak memiliki dasar yang bisa dipercaya.

Bahkan Imam al-Mawardi menentang pernikahan manusia dengan bangsa jin dan menilai sebagai sesuatu yang tidak rasional, karena mereka berasal dari jenis yang berbeda, sehingga memiliki tabiat yang berbeda pula. Manusia adalah jasmani, sedangkan jin adalah ruhani. Manusia berasal dari
“…tanah kering seperti tembikar” (Q.S. Ar Rahman [55] : 14),

خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِن صَلْصَٰلٍ كَٱلْفَخَّارِ

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, (Q.Surah Ar Rahman (الرّحْمن), Ayat: 14),

sedangkan jin tercipta dari 
“…nyala api” (Q.S. Ar Rahman [55] : 15).

وَخَلَقَ ٱلْجَآنَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ

dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
(Q.Surah Ar Rahman (الرّحْمن), Ayat: 15).

Perbedaan tersebut tidak mungkin disatukan, dan tidak mungkin juga bisa menghasilkan seorang anak.

Note:
Dalam hal ini, menurut hemat saya, cenderung kepada pendapat pertama, ibu Ratu Balqis berasal dari bangsa Jin, sebagaimana yang dilansir Imam As-Suyuthi dalam Jami’ush Shaghir, Imam al-Munawi dalam Faidl al-Qadir, Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, & Ibnu Adil dalam tafsir al-Lubab. Karena berdasar merujuk kepada penciptaan Nabi Adam 'Alaihissalam dari tanah, kemudian isteri nya, Hawa dari tulang rusuk Adam 'Alaihissalam. Demikian juga penciptaan Nabi Isa 'Alaihissalam tanpa ' bibit' dari seorang ayah. Itu semua, tidak mustahil. Sangatlah mudah & gampang bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala Sang Maha Pencipta segala sesuatu, jika menghendaki sesuatu terjadi, maka terjadilah. 
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
(Q.Surah Ya Sin (يس), Ayat: 82).

فَسُبْحَٰنَ ٱلَّذِى بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(Q.Surah Ya Sin (يس), Ayat: 83).

Bagaimana seorang muslim mengimani ke Mahabesaran & ke Agungan Allah Subhanahu wa Ta'ala bukan hanya dengan hati, tapi juga memaksimalkan fungsi akal, agar segala sesuatu yang diimani & diyakini sesuai hati nurani & sesuai akal pikiran, dan logika manusia untuk menerima kebenaran ajaran Islam itu sendiri, tentunya dengan mendahulukan tuntunan wahyu Ilahi, Al Qur'an & hadis Nabi ﷺ.

close