Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Taubatnya Pemerkosa Mayat dan Besarnya Ampunan Allah


KompasNusantara - Alkisah Umar bin Khattab bersama seorang pemuda datang menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Sayyidina Umar Radhiyallahu’anhu yang pertama menemui Rasulullah. Ditemui sang Rasul sambil menangis.

“Wahai Umar, apakah yang membuat engkau menangis hingga seperti ini?” tanya Rasulullah heran.

“Ya Rasulullah, ada seorang di muka pintu ini yang sudah membakar hatiku,” jawab Umar.

“Ya Umar, bawalah ia masuk,” ucap Rasulullah. Kemudian masuklah pemuda yang tadi datang bersama Umar dengan keadaan yang sama, yakni sambil menangis.

“Apakah yang telah engkau perbuat hingga menangis seperti ini?” tanya Rasulullah. Lalu terjadilah percakapan antara Rasulullah dan pemuda tadi.

“Wahai Rasulullah, saya telah melakukan dosa yang besar! Saya takut pada Allah Ta’ala yang sangat murka kepadaku.”

“Apakah engkau mempersekutukan Allah?”

“Tidak, ya Rasulullah.”

“Apakah engkau membunuh jiwa yang engkau tidak berhak membunuhnya?”

“Tidak, ya Rasulullah.”

“Allah akan mengampunkan dosamu meskipun sebesar langit dan bumi dan bukit-bukitnya.”

“Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa yang lebih besar dari langit, bumi dan bukit-bukitnya.”

“Apakah dosamu itu lebih besar dari Arsy? Besar mana dengan Arsy?”

“Dosaku sangat besar, ya Rasulullah.”

“Lebih besar mana dosamu dengan keagungan, ampunan, dan rahmat Allah?”

“Tentu keagungan, ampunan, dan rahmat Allah lebih besar. Namun, dosaku sangat besar, ya Rasulullah.”

“Katakan, dosa apa yang sudah engkau perbuat?”

“Saya malu mengatakannya, ya Rasulullah.”

Karena telah didesak oleh Rasulullah terus menerus, pemuda tersebut akhirnya menyampaikan dosa yang telah diperbuatnya.

“Ya Rasulullah, aku seorang tukang gali kubur sejak tujuh tahun. Pada suatu hari, aku menggali kubur seorang gadis Anshar. Setelah aku telanjangi dari kafannya, aku tinggalkan mayat itu. Namun, kemudian hawa nafsuku bangkit. Aku kembali dan menyetubuhi mayat gadis itu hingga puas. Kemudian belum jauh aku tinggalkan, tiba-tiba gadis itu bangkit dan berkata padaku, ‘Celakalah engkau wahai pemuda. Tidakkah kau malu kepada Tuhan apa yang akan membalas di hari pembalasan, yaitu ketika tiap orang dzalim akan dituntut oleh yang dianiyaya. Kau biarkan aku telanjang, dan kau hadapkan aku di hadapan Allah sebagai orang yang junub’.”

Mendengar cerita tadi lantas membuat Rasulullah marah. Beliau bangkit dari duduknya lalu berkata, “Hai, fasik. Alangkah layaknya kamu masuk neraka. Keluarlah dari tempat ini.”

Pemuda itu pun bangkit dan segera keluar. Sungguh sedih hatinya. Sungguh ia sangat berharap ampunan akan dosa-dosanya. Ia terus berjalan tanpa tau arah. Ia bertaubat hingga menangis selama 40 hari 40 malam.

“Wahai Tuhan Muhammad, Adam, dan Hawa, jika Engkau mengampuniku maka beritahukanlah kepada Muhammad dan para sahabatnya. Namun jika tidak, maka kirimkanlah api dari langit lalu bakarlah aku, dan selamatkan aku dari api neraka. Sungguh aku tak sanggup menerima siksaanmu di akhirat kelak,” taubat sang pemuda sambil terus menangis.

Setelah itu Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk turun ke bumi dan datang menemui Rasulullah. Allah hendak menegur Rasulullah.

“Salam kepada engkau Muhammad, Tuhanmu mengirimkan salam untuk mu,” ujar Jibril kepada Rasulullah.

“Dialah kedamaian itu, dan dari-Nya pula kedamaian dan akan kembali kepada-Nya kedamaian.”

“Apakah engkau yang menciptakan makhluk?”

“(Justru) Dialah yang menciptakanku dan makhluk-makhluk yang lain.”

“Apakah engkau yang memberikan rezeki?”

“Dialah Allah yang memberi rezeki kepadaku dan makhluk-makhluk yang lain.”

“Apakah engkau yang memberikan taubat kepada mereka?
“Dialah yang mengampuniku dan mengampuni mereka.”

“Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Ampunilah hamba-Ku itu, karena sesungguhnya Aku mengampuni dia.”

Lantas Rasulullah segera mengutus beberapa sahabat untuk mencari pemuda tersebut. Ia hendak mengabari bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya.

Sungguh Allah Maha Pengampun dosa-dosa hamba-Nya. Bahkan dosa yang paling besar dan keji sekalipun. Hendaknya kita tidak berputus asa dengan ampunan Allah dan senantiasa meminta ampun.

Wallahu ‘alam.

close