Usamah bin Zaid, Panglima Perang Tentara Muslim Berusia 18 Thn
KompasNusantara - Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id, dari Az Zuhriy dari 'Urwah dari 'Aisyah Radliallahu'anha bahwa orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang mengelisahkan, yaitu tentang seorang wanita suku Al Makhzumiy yang mencuri. Lalu mereka berkata, "Siapa yang mau merundingkan masalah ini kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam?"
Sebagian mereka berkata, "Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan Rasulullah.” (HR. Bukhari)
Usamah bin Zaid merupakan panglima perang termuda dalam sejarah Islam. Ia mengikuti perang pertama kali untuk menegakkan agama Allah di usia 15 tahun pada perang Mu’tah.
Tidak hanya menjadi panglima perang termuda yang mampu memimpin kalangan seniornya seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, dan sahabat lainnya, Usamah bin Zaid juga menjadi pemuda kesayangan Rasulullah.
Tepat di usia 18 tahun, anak remaja ini dipercaya Rasulullah untuk memimpin perang di perbatasan Syam.
Memimpin Sahabat Rasulullah yang Lebih Senior
Kekuatan Islam sempat goyah ketika Rasulullah mulai sakit. Terutama di perbatasan Syam. Bahkan, dari kota Yaman muncul seseorang yang mengaku nabi baru.
Dalam kondisi yang genting, Rasulullah kemudian mengangkat Usamah bin Zaid yang berusia 18 tahun sebagai panglima perang.
Melalui komando Usamah bin Zaid, sahabat – sahabat lain yang lebih senior diajak berperang di perbatasan Syam dan membasmi nabi palsu.
Kecakapan Usamah bin Zaid dalam memimpin perang memang sempat diragukan oleh pasukan Muslim. Terlebih lagi, usianya masih bau kencur. Mendengar selentingan negatif tentang Usamah bin Zaid, sahabat Umar bin Khattab melaporkan kepada Rasulullah. Begitu mendengar banyak orang yang meremehkan keahlian perang Usamah bin Zaid, Rasulullah marah.
Nabi Muhammad berjumpa pada sahabat di Masjid Nabawi. Beliau kemudian bersabda, “Wahai manusia, aku mendengar pembicaraan mengenai Usamah? Demi Allah, seandainya kalian meragukan kepemimpinannya, berarti kalian juga meragukan kepemimpinan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Demi Allah Zaid sangat layak memimpin, begitu pula dengan putranya, Usamah.”
Rasulullah menyatakan bahwa Zaid bin Haritsah dan putranya, Usamah bin Zaid sangat pantas menjadi pemimpin dan sebaik-baik manusia.
“Jika ayahnya sangat aku kasihi, begitu pun putranya. Mereka orang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga sebaik-baik manusia di antara kalian," kata Baginda Rasulullah.
Selepas mengatakan hal itu, Rasulullah pulang ke rumahnya. Mendengar seruan Rasulullah, kaum Muslimin mulai berbondong-bondong datang dan bergabung dalam pasukan Usamah bin Zaid.
Rasulullah Wafat, Ketika Usamah bin Zaid Hendak Berperang
Sebelum berangkat ke medan perang, Usamah bin Zaid mengunjungi Rasulullah yang tengah terbaring sakit. Panglima perang termuda Muslim itu didoakan Rasulullah agar bisa meraih kemenangan.
Usamah bin Zaid baru sampai setengah perjalanan menuju medan perang, kabar wafatnya Rasulullah sudah ia dengar.
Ia kembali ke Madinah untuk mengantarkan manusia paling mulia itu ke peristirahatan terakhirnya. Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq sebagai pengganti Rasulullah kemudian memerintahkan Usamah bin Zaid agar tetap melanjutkan perjalanan dan menaklukkan perbatasan Syam.
Alhasil, ketika Usamah bin Zaid bergerak cepat menerjang musuh di wilayah Wadilqura, Usamah bin Zaid berhasil memenangkan peperangan itu.
Dalam tempo satu bulan lebih 10 hari, Usamah bin Zaid sudah kembali ke Madinah. Pasukannya pulang dengan selamat tanpa ada satu pun korban yang gugur.
Hebatnya lagi, mereka membawa pulang harta rampasan perang yang berlimpah. Semenjak perang di perbatasan Syam yang gemilang itu, Usamah bin Zaid menjadi panglima perang termuda yang disegani oleh umat Islam.
Diketahui, Usamah bin Zaid meninggal dunia di usia 58 tahun di Madinah, Arab Saudi. Semasa hidup Usamah mempersunting wanita bernama Fatima Bint Qais Al-Fehrya dan dikaruniai seorang anak yang diberi nama Muhammad bin Usama. []