Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Khubaib bin Adi yang Disalib hingga Ditelan Bumi


KompasNusantara - Suatu hari sekelompok orang kafir datang menemui Rasulullah dan berkata bahwa mereka telah memeluk Islam. Kemudian Rasulullah mengirimkan sepuluh sahabat kepada mereka untuk mengajari Al Qur’an.

Ternyata sekelompok kafir tersebut membunuh para utusan Rasulullah tersebut, kecuali Khubaib bin Adi yang berhasil melarikan diri dan bersamanya ada seorang sahabat bernama Zaid bin Datsinah. Namun sayangnya aksi pelarian tersebut gagal dan keduanya ditawan. Orang yang menawannya tahu bahwa Khubaib merupakan orang yang membunuh Abu Aqabah Al Harits di perang Badar.

Khubaib akhirnya dijual kepada Ibnu Aqabah sebagai bentuk balas dendam terhadap sang sang ayah. Ia hendak dibunuh secara perlahan dengan cara disalib hidup-hidup.

Pada saat yang sama di Madinah, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang bisa menurunkan Khubaib dari kayunya (penyalibnya) maka dia mendapatkan surga.” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Abu Daud).

Di antara orang yang hadir, Zubair bin Awwam benjawab, “Aku, wahai Rasulullah!”

Kemudian seorang sahabat lain, yakni Miqdad berkata, “Aku bersamanya, wahai Rasulullah.”

Kemudian Zubair dan Miqdad berangkat ke Mekkah dan mendapati Khubaib di atas kayu salibnya. Sayangnya, Khubaib saat itu telah meninggal dunia. Tubuhnya dikelilingi dan dijaga oleh 40 orang Quraisy. Kedua sahabat tersebut kemudian menunggu hingga orang-orang Quraisy lalai. Setelah dirasa cukup lenggang, keduanya berusaha menurunkan jasad Khubaib.

Ketika akhirnya orang Quraisy sadar, mereka mencari jasad Khubaib dengan mengikuti jejak kaki orang yang telah mengambil jasad tersebut. Mereka kemudian bertemu dengan Zubair dan Miqdad. Kedua sahabat tersebut merasa telah ketahuan sehingga meletakkan jasad Khubaib di atas tanah.

Tak disangka, jasad Khubaib justru ditelan tanah dan menghilang. Persitiwa ini juga disebut sebagai Baliul ardh atau orang yang ditelan bumi.

Setelah itu Zubair melepeaskan sorban yang digunakan untuk menyembunyikan dirinya. Dia berkata, “Aku adalah Zubair bin Awwam. Ibuku adalah Shafiah binti Abdul Muthalib. Temanku adalah Miqdad. Jika kalian ingin, aku bisa menyombongkan diri—setiap keduanya menyombongkan diri. Aku juga bisa membunuh kalian atau jika kalian ingin pergi, pergilah.”

Orang Quraisy tersebut berkata, “Kami hendak pergi.” Kemudian pergilah mereka.

Miqdad dan Zubair pun kembali ke Madinah dan menceritakan apa yang dialami mereka juga dengan jasad Khubaib. Kedatangan mereka ternyata disambut dengan kabar gembira bahwa keduanya akan mendapat surga, begitu pula dengan Khubaib.

Kejadian ini disebut-sebut sebagai sebab turunnya firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 207. Adalah Khubaib yang menjual dirinya dengan surga.

Allah berfirman, “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Baqarah: 207).

Pada saat orang Quraisy hendak membunuhnya, Khubaib berkata, “Tunggulah! Aku ingin shalat dua rakaat.”

Setelah selesai, Khubaib melihat orang Quraisy seraya berkata, “Demi Allah, jika bukan karena aku takut kalian bunuh, maka aku akan menambah shalat sehingga waktu eksekusi pembunuhanku akan berlangsung lama.”

Kemudian Khubaib berdoa, “Ya Allah, hitunglah jumlah mereka. Bunuhlah mereka satu per satu, jangan biarkan satupun dari mereka.”

Di tengah keadaannya yang tersalib dan dihujani anak panah, seorang pemuka Quraisy mendatanginya dan berkata, “Sukakah engkau bila Muhammad menggantikanmu sementara engkau sehat bersama keluargamu?”

Khubaib menjawab, “Demi Allah! Tak sudi aku bersama anak istriku selamat menikmati kesenangan dunia, sementara Rasulullah terkena musibah walau oleh sepotong duri!”

Sebelum akhirnya dibunuh, Khubaib berbisik, “Aku tidak peduli ketika aku dibunuh dalam keadaan muslim, di tempat mana saja nyawaku hilang karena Allah. Demikian ini karena Allah, kalau Dia berkehendak, akan memberkahi seluruh anggota tubuh yang terkoyak.”

Demikianlah keteguhan Khubaib dalam menjaga iman dan Rasul-Nya. Balasan surga dan segala keindahan di dalamnya telah menanti Khubaib. []

Wallahu ‘alam.

close